Jokowi Ungkap Kekagumannya pada NU

Presiden Joko Widodo atau Jokowi membuka acara Musyawarah Nasional Alim Ulama sekaligus Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (NU) Tahun 2019.

diperbarui 28 Feb 2019, 08:33 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2019, 08:33 WIB
Gaya Jokowi dan Prabowo Saat Debat Kedua Capres
Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi memberi paparannya dalam debat kedua Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2). Debat dipimpin oleh Tommy Tjokro dan Anisha Dasuki. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi membuka acara Musyawarah Nasional Alim Ulama sekaligus Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (NU) Tahun 2019. Kegiatan berlangsung di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, Kota Banjar, Jawa Barat, pada Rabu, 27 Februari 2019.

Dalam sambutannya, mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyampaikan apresiasinya kepada NU yang berkontribusi besar dalam merawat keutuhan negara. Sejarah menyebut bahwa warga Nahdliyin termasuk yang berada di garis terdepan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

"NU sebagai jamiyah diniyah Islamiah terbesar di Indonesia dan bahkan di dunia sudah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perjuangan, menjaga, dan merawat negara besar kita Indonesia yang kita cintai bersama," ujarnya.

Jokowi juga menyebut bahwa NU selalu berupaya untuk mempertahankan dasar negara Pancasila, dari pihak-pihak yang ingin mempertentangkannya dengan Islam.

NU sendiri memandang bahwa Pancasila merupakan solusi kebangsaan yang menjadi konsensus berbangsa dan bernegara sejak Indonesia merdeka.

"Maka saya menyambut dengan penuh gembira Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar tahun 2019 Nahdlatul Ulama pada siang hari ini," pungkas Jokowi.

Simak berita lainnya di Jawapos.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Jati Diri NU

Sementara, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) Ma'ruf Amin mengungkap, ada orang-orang menganggap NU bersifat lemah. Makanya banyak warga Nahdliyin yang keluar dari gerakan utama NU.

"Orang NU, fikranya NU, akidahnya NU, amaliyahnya NU, tapi harakahnya (gerakannya) tidak ikut NU. Dia terprovoksi karena menganggap gerakan NU ini lemah, lembek, katanya begitu," kata Ma'ruf.

Pemikiran yang menganggap lembek, kata Ma'ruf, sesungguhnya tidak mengenal jati diri asli NU. Dia menegaskan NU santun, bukan lemah.

"Artinya apa, NU jangankan teriak, kalau NU dehem saja orang gemetar semua," imbuh Ma'ruf.

Cawapres 01 itu menuturkan lemah dan bijak sangat berbeda. Ma'ruf kemudian membandingkan dengan ormas Islam lain. Hasilnya, NU adalah ormas paling besar.

"Kalau mereka itu jumlahnya puluhan ribu, paling besar ratusan ribu, kalau NU itu ratusan juta," ucap Ma'ruf.

Ma'ruf mengimbau warga NU yang belum mengikuti gerakan NU harus diberikan pemahaman supaya tak terprovokasi.

"Sehingga dia mengambil cara yang menurut dia keras. Ini kita harus menjaga memahamkan mereka," pungkas Ma'ruf.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya