Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dikenal dengan keanekaragaman budayanya. Salah satu bentuk kebudayaan yang sudah ada sejak dulu dan hingga kini masih hadir di tengah-tengah masyarakat adalah padepokan.
Padepokan adalah lembaga pendidikan lokal yang berdiri sejak masa Hindu-Budha. Walaupun terbilang lampau, padepokan masih menjadi alternatif bagi para orangtua untuk menjadikannya wadah pendidikan anak-anaknya. Di antaranya seperti yang dterlihat di Padepokan Sangkuraga di Desa Sukaraja, Kecamatan Ciawigebang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang dipimpin Saepul Milah atau Kang Muh.
Advertisement
"Tidak semua padepokan mengajarkan pendidikan maupun pelatihan bela diri dengan baik. Banyak yang hanya mengajarkan materi dasarnya saja, sehingga ketika anak didik keluar dari padepokan, ilmunya tidak bisa terpakai, "katanya dalam keterangan tertulis, Minggu (9/8/2020).
Hal ini pula yang menurutnya mendorongnya mendirikan padepokan. Yakni agar bisa berbagi ilmu. Padepokan Sangkuraga mengajarkan seni bela diri yang akurat.
Beladiri yang diajarkan merupakan gabungan dari silat Cimande, Menpo Cikalong, Singo Demak, Silektuo Sumatra, Karateka, Boxer, Kung Fu, Taekwondo, Muang thai, dan tinju. Seni bela diri yang di terapkan di padepokan adalah seni bela diri yang selama ini Kang Muh pelajari dari sejak umur 19 tahun.
"Kami menyediakan dua versi, untuk di arena dan di luar arena di lapangan. Bagi yang ingin belajar silahkan datang langsung mulai dari SD, SMP, SMA, Mahasiswa, Dewasa, Tua ataupun Muda. Kami siap untuk berbagi ilmu yang kami punya," imbuhnya.
Di Padepokan Sangkuraga, selain diajarkan mengenai silat dan ilmu beladiri, para murid juga dididik untuk mempelajari kitab-kitab agama, mengamalkan ayat suci untuk mendukung pengobatan, mendalami ilmu pengobatan baik fisik maupun psikis, serta ilmu gaib.
Bersifat Positif
Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Judi Wahjudin menyatakan, padepokan merupakan sebuah pranata atau lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang kebudayaan, yang di dalamnya memiliki sifat positif. Yaitu, pendidikan informal, apakah itu terkait olahraga, olah rasa, olah hati dan olah pikir.
"Jadi, ada baiknya, kita semua bisa mendukung keberadaannya, sehingga bermanfaat buat masyarakat luas," katanya.
Menurut Judi, pihak lembaga terkait pembinaan pelaku dan kebudayaan baru berdiri Januari. Namun sudah jauh-jauh hari sebenarnya terminologi padepokan muncul dan sudah sinergi dengan pihak Direktorat Kebudayaan, tetapi dalam lingkup padepokan seni dan kebudayaan.
"Sementara terkait dengan olahraga, pengobatan dan lainnya masih dalam penjajakan awal. Karena terminologi padepokan harus kita sepakati lingkupnya seperti apa. Karena di kemenkes ada salah satu direktorat, namanya direktorat penyehatan tradisional,” jelasnya
Direktorat tersebut mengakomodasi, memfasilitasi, dan mengadvokasi masyarakat, atau lembaga-lembaga yang terkait dengan pengobatan tradisional. Mulai dari herbal hingga pengobatan melalui terapi pernafasan.
Pihaknya, kata Judi, masih mengeksplorasi mengenai padepokan karena sangat beragam.
"Ada juga yang menyalahgunakan terminologi padepokan untuk hal-hal yang sifatnya kurang positif," pungkasnya.
Advertisement