Cerita Nuraini Selamat dari Maut Saat Tenggelam di Banjir Bidara Cina

Saat tenggelam banjir selama sekitar dua menit, Nuraini mengaku sudah merasa dirinya akan meninggal dunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Apr 2019, 17:03 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2019, 17:03 WIB
Nuraini
Nuraini, warga Bidara Cina, Jakarta Timur tengah membersihkan rumahnya setelah terendam banjir Jakarta. (Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan warga di Bidara Cina, Jakarta Timur, telah menjadi korban banjir sejak Kamis 25 April 2019. Mereka yang terkena banjir, saat ini sudah kembali untuk membersihkan rumahnya.

Banjir kali ini menyisakan cerita mengerikan bagi Nuraini. Ibu tiga anak ini menjadi korban banjir dan sempat tenggelam saat ingin menyelamatkan barang dagangannya.

Ia bercerita awal mula dirinya tenggelam. Saat itu, ia bersama anak, menantu dan cucu sedang mengemas sebagian barang yang hendak diselamatkan dari banjir. Karena ketika itu, air sudah mulai naik memasuki rumahnya sekitar pukul 05.30 WIB, Jumat 26 April 2019.

"Jadi kita pada beres-beresin pakaian aja yang bisa kita bawa ke posko. Pas jam 6 pagi atau setengah 7, air udah mulai masuk ke rumah sekitar 150 centimeter," kata Nuraini saat bercerita kepada merdeka.com, Minggu (28/4/2019).

Lalu, sekitar 15 menit mengemas barang, anak, menantu beserta cucu itu langsung pergi meninggalkan rumah dan menuju ke posko pengungsian korban banjir. Hanya Aini yang masih bertahan di rumah berlantai dua tersebut.

Alasan tetap bertahan di rumah, karena ia harus bertanggung jawab dengan barang dagangannya atau makanan pesanan orang lain seperti lontong, daging dan juga berbagai jenis kue.

"Saya kan terima pesanan kue (makanan), nah pas banget orangnya juga udah kasih duitnya buat lunasin pesanannya Rp 2 juta," ujarnya.

 

Kejeblos di Asbes

Banjir Jakarta
Kondisi rumah Nuraini yang atapnya jebol akibat kejeblos hingga sempat tenggelam banjir. (Merdeka.com)

Tak lama ia ditinggal anaknya pergi ke posko pengungsian, rumahnya sudah mulai dipenuhi air hingga ketinggian sekitar 2,5 meter. Ia pun pergi ke lantai dua sekaligus membawa makanan pesanan orang lain yang dikerjakan.

"Saya masih bertahan di lantai dua itu sampe jam 2 siang. Nah, pas saya mau diselamatin sama anak saya itu, saya jatuh (jeblos) di asbes depan rumah," ucapnya.

Lalu, Andi yang merupakan anak dari Nuraini ini mengaku sempat mendengar suara terlebih dahulu sebelum menyelamatkan ibunya yang terjatuh dari lantai dua rumahnya.

"Pas jaraknya udah deket dari rumah buat nyelametin ibu, saya denger suara kenceng banget kaya orang jatuh. Langsung aja saya berenang ngelawan arus buat ke rumah, eh ternyata suara itu suara ibu saya jatuh (jeblos) dari asbes," ucap Andi.

"Mungkin karena batin orangtua sama anak kali ini, makanya saya pas denger suara orang jatuh langsung buru-buru berenang ngelawan arus ke rumah. Eh bener, ibu saya yang jatuh itu," sambungnya.

Saat tenggelam selama sekitar dua menit, Aini mengaku sudah merasa dirinya akan meninggal dunia. Karena, ia sempat muncul bayangan anak, mantu dan cucunya di hadapan dirinya saat bereda di dalam air.

"Saya udah istigfar aja, posisi udah gelap banget pas saya kelelep (tenggelam) dan air kali udah saya minum. Alhamdulillah, saya masih diberi hidup sama Allah. Karena saya langsung ditarik ke atas sama anak saya, kalau enggak mah mungkin udah geletak kaku kali sekarang di dalem rumah," cerita Aini sambil membersihkan rumahnya dari lumpur dan sampah banjir.

"Selama banjir, baru kali ini saya tenggelam. Dan Alhamdulillah, orang yang pesen makanan sama saya baik dan maklumin. Orangnya udah ikhlasin duitnya, tapi saya ada niatan buat gantiin uangnya kalau saya udah rezeki," tutup Aini.

 

Reporter: Nur Habibie

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya