Jokowi Telepon Menlu Minta Urus WNI Korban Perdagangan Manusia

Hal ini disampaikan Ketua Umum PSI Grace Natalie saat bertemu Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (18/7/2019).

oleh Lizsa Egeham diperbarui 19 Jul 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2019, 06:00 WIB
Pimpin Sidang Kabinet Paripurna, Jokowi Bahas Prioritas Nasional 2019
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (9/4). Sidang membahas ketersediaan anggaran dan pagu indikatif serta prioritas nasional tahun 2019. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Partai Solidaritas Indonesia (PSI) melaporkan soal korban kasus perdagangan manusia atau human trafficking kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Hal ini disampaikan Ketua Umum PSI Grace Natalie saat bertemu Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (18/7/2019).

"Tadi kami sampaikan kepada beliau berbagai update, termasuk yang kami advokasi terkait dengan ada sejumlah perempuan Indonesia yang jadi korban human trafficking dan masih tertahan di luar negeri, belum bisa pulang," jelas Grace usai pertemuan.

Menurut dia, Jokowi sangat peduli dengan kasus tersebut. Grace mengatakan mantan Gubenur DKI Jakarta itu langsung menelepon Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk mengurus masalah ini.

"Tadi kami sampaikan dan beliau langsung telefon menlu agar segera diurus," ujarnya.

Grace mengatakan, Jokowi heran kasus yang dialami sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) ini belum juga tuntas. Padahal, kasus perdagangan manusia tersebut telah bergulir sejak lama.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Jokowi Siap Jemput Korban

Untuk itu, Grace menyebut bahwa Jokowi siap menjemput para korban tersebut, jika diperlukan. Mantan Wali Kota Solo itu pun telah meminta Menlu agar segera memulangkan para korban ke tanah air.

"Beliau bilang, "Oh ya, saya sudah pernah dengar yang ini, masa belum pulang?". Jadi langsung minta ajudan nelfon ke Menlu, tadi kita mendengar beliau kasih instruksi ini harus segera dipulangkan, "kalau perlu saya jemput", begitu kata beliau," tutur Grace.

Dia menjelaskan, para korban tersebut umumnya berasal dari Jawa Barat dan telah setahun berada di China. Meski saat ini berada di KBRI Beijing, namun para korban tak bisa kembali ke Indonesia.

"Jadi mereka ditipu, mau dapat pekerjaan, gak taunya begitu sampai sana mereka dikawini, diperlakukan, dipaksa berhubungan yang tidak normal, dan kayak tahanan. Dikasih makan lewat jendela dan sebagainya. Itu sudah setahun mandek," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya