Mengusut Teror di Hari Kemerdekaan

Penyerangan di Polsek Wonokromo, Surabaya terjadi pada Sabtu 17 Agustus 2019 sekitar pukul 16.35 WIB.

oleh Dian KurniawanFachrur Rozie diperbarui 19 Agu 2019, 00:02 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2019, 00:02 WIB
Aksi Serangan Teroris
Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Suasana mencekam terjadi di ruang Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polsek Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur. Seorang pria bernama Imam Musthofa alias IM tiba-tiba menyerang anggota polisi bernama Aiptu Agus Sumartono.

Penyerangan di Polsek Wonokromo terjadi pada Sabtu 17 Agustus 2019 sekitar pukul 16.35 WIB, di saat orang-orang tengah mengikuti upacara penurunan bendera dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-74 Republik Indonesia.

Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung Mangera mengatakan, semula Imam datang dengan berpura-pura ingin membuat laporan. Dia kemudian dipersilakan duduk di depan Aiptu Agus yang tengah piket di SPKT. Keduanya sempat berbincang-bincang.

Belum jelas apa yang akan dilaporkan, pelaku tiba-tiba berdiri dan langsung mengayunkan senjata tajam jenis parang ke kepala kiri Aiptu Agus. Korban yang berusaha menahan serangan dengan tangannya terus dihujani bacokan.

"Aiptu Agus yang mencoba mundur membela diri malah menarik IM naik ke meja dan melompat menyerang sang polisi," ucap Barung.

Namun pelaku yang kehilangan keseimbangan saat melompat justru jatuh dan langsung dibekap oleh Aiptu Agus. "Pelaku IM sempat berhasil ditenangkan, Aiptu Agus juga berhasil menjauhkan parang IM dengan bantuan polisi lainnya," ujar Barung.

Namun pelaku ternyata menyimpan satu celurit di dalam jaketnya yang langsung disabetkan lagi ke arah Aiptu Agus hingga delapan kali. Setelah mengetahui Aiptu Agus tersungkur bersimbah darah, pelaku mencoba menyerang polisi lain dengan melompati meja. Namun dia akhirnya dilumpuhkan dengan timah panas polisi.

Dari tangan pelaku, polisi menemukan barang bukti berupa satu buah pisau, satu buah celurit, satu buah ketapel dengan amunisi kelereng, satu airsoft gun, satu buah kaos warna hijau, satu tas ransel hitam, dan dua lembar kertas bergambar logo kelompok teroris ISIS.

Polisi menduga, pelaku merupakan simpatisan ISIS. Saat ini, pria tersebut dibawa Densus 88 Antiteror Polri untuk penyidikan lebih lanjut.

Kepala Biro penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, pihaknya tengah mengusut dugaan keterlibatan pelaku dengan jaringan teroris lain, termasuk ISIS.

"Ya sedang didalami (terkait jaringan ISIS) oleh tim Densus," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo saat dikonfirmas di Jakarta, Minggu (18/8/2019).

Dedi masih menutup rapat sosok IM lebih detail. Termasuk dugaan IM tak sendiri dalam melancarkan aksinya di Polsek Wonokromo. Dedi mengatakan, tim Densus 88 masih menelisik dugaan-dugaan tersebut.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Geledah Rumah dan Jemput Keluarga Pelaku

Terduga Teroris Blitar Berprofesi Sebagai Penjual Tabung Elpiji
Ilustrasi Densus 88 Antiteror 88 Polri, Foto: Antaranews.com

Polisi menyelidiki kasus penyerangan Polsek Wonokromo yang dilakukan seorang pria bernama Imam Musthofa. Densus 88 yang diterjunkan menggeledah indekos tersangka.

Densus 88 Mabes Polri yang diterjunkan kemudian membawa pelaku ke indekos di Jalan Sidosermo IV gang I nomor 10 A, Surabaya. Di tempat tersebut, tim khusus antiteror itu mencari sejumlah barang bukti.

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera mengatakan pelaku telah dibawa oleh Densus 88 Mabes Polri untuk pengembangan penyidikan. "Masih dibawa tim untuk pengembangan," katanya, Sabtu (17/8/2019).

Disinggung mengenai jaringan teroris pelaku, Barung mengatakan penyerangan yang dilakukan diduga masih perseorangan. Pelaku saat diinterogasi mengaku bahwa perbuatan penyerangan Polsek Wonokromo tersebut adalah aksi amaliyah.

"Indikator aksi amaliyah dari pembelajaran yang disampaikan pelaku tadi. Juga ditemukan lambang ISIS yang dibawa pelaku," lanjutnya.

Sementara itu, Rahmat, pemilik indekos mengatakan, pelaku IM itu selama ini dikenal sebagai orang yang pendiam. Ia juga jarang berkomunikasi dengan tetangga sekitar.

"Kalau di sini pendiam. Memang dua tahun terakhir berubah total," ungkap Rahmat.

Dari penggeledahan ini, petugas mengamankan sejumlah barang. Namun belum diketahui jelas barang apa saja yang turut disita.

Selain itu, Densus 88 Antiteror Polri juga membawa seorang perempuan berinisial F, yang diduga istri dan dua anak pelaku. Keluarga pelaku dibawa untuk diperiksa intensif sebagai saksi.

 

Belajar dari Facebook Aman Abdurrahman

Bom Teroris
Ilustrasi Foto Teroris (iStockphoto)

Imam Musthofa, penyerang anggota Polsek Wonokromo, Surabaya diduga terpapar paham radikal dari internet. Berdasarkan penyelidikan sementara, pelaku diduga mempelajari terorisme melalui konten Aman Abdurrahman.

Diketahui 10 hari sebelum kejadian, Imam berangkat dari tempat tinggalnya di Sumenep menuju rumah kos di Jalan Sidosermo IV, gang I, nomor 10 A, Surabaya menggunakan angkutan umum Bus.

Imam dikenal pendiam dan jarang berkomunikasi dengan warga sekitar. Bahkan akhir-akhir ini, pelaku terlihat makin keras tentang pemahaman keagamaannya.

"Pelaku belajar dari media sosial Facebook," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera, Sabtu (17/8/2019).

Barung Mangera menyampaikan, pelaku berinisial IM saat ini dibawa oleh Densus 88 Anti Teror Mabes Polri dari Polsek Wonokromo.

"Sementara diduga melakukan amaliyah. Indikator amaliyah itu dari pembelajaran yang disampaikan pelaku tadi," tutur Barung.

Barung menegaskan bahwa pihaknya tengah melakukan penyelidikan secara komprehensif. "Pelaku penyerangan itu perseorangan," ucap Barung.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, pelaku penyerangan terhadap anggota Polsek Wonokromo, Jawa Timur, melakukan radikalisasi diri sendiri atau self radicalism dengan melihat internet.

"Sementara info yang saya dapat dari Densus 88 maupun Polda Jatim, tersangka ini self radicalism, radikalisasi diri sendiri karena melihat online, dari gadget, internet," kata Tito di Jakarta, Minggu (18/8/2019).

Menurut Tito, berbekal berselancar di internet pelaku berinisial IM kemudian meyakini pemahaman interpretasi jihad versi dirinya sendiri dengan mendatangi Polsek Wonokromo dan menyerang petugas.

"Polisi dianggap thogut karena bagi mereka, polisi selain thogut juga dianggap kafir harbi karena sering melakukan penegakan hukum kepada mereka, sehingga bagi pelaku melakukan serangan kepada kepolisian dianggap bisa mendapat pahala," ujar Tito.

Tito berencana memberikan penghargaan berupa kenaikan pangkat luar biasa kepada anggota Polsek Wonokromo yang terluka. Dia juga akan mengevaluasi sistem keamanan di polres, polsek hingga polda.

"Kalau memang ada jaringan, maka semua jaringannya harus ditangkap. Undang-undang baru nomor 5 tahun 2008 memberikan kekuatan cukup besar kepada penegak hukum, kepada negara untuk menangani jaringan terorisme. Kasusnya akan kita kembangkan terus, kita akan tangkap siapapun yang terlibat," tegas Tito.

Sementara itu, kondisi anggota SPKT Polsek Wonokromo yang menjadi korban penyerangan, Aiptu Agus mulai membaik setelah menjalani operasi. Dia telah dipindah dari ruang ICU dan saat ini dipindah ke RS Bhayangkara Polda Jatim.

Kapolrestabes Surabaya Kombes Sandi Nugroho menyampaikan, pelaku menyerang korban pada bagian tubuh yang vital yakni leher. Beruntung korban bisa menghindar dan mengenai pada bagian yang lain.

"Alhamdulillah tadi pagi saya habis ke sana, menjenguk polisi yang jadi korban. Alhamdulillah semalam sudah langsung dioperasi. Hari ini kondisinya sudah membaik. Mudah-mudahan bisa pulih untuk kerja lagi," tuturnya, Minggu (18/8/2019).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya