Liputan6.com, Jakarta - Jumlah wirausahawan dinilai masih terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia. Seperti disampaikan Presiden Joko Widodo, di 2018 jumlah wirausahawan baru sebanyak 3,1 persen. Hal ini masih jauh tertinggal, jika berpatokan dengan negara-negara yang lebih maju di mana jumlah wirausahawan berkisar 14 persen dari jumlah penduduk.
Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (PP Kagama) AAGN Ari Dwipayana, Kamis (3/10/2019) di Jakarta.
"Penting bagi kita semua untuk ikut merefleksikan kondisi dan kesiapan sektor kewirausahaan dan kewirausahaan sosial oleh para ahli dan praktisi yang mumpuni di bidangnya," ujar Ari.
Advertisement
Hal tersebut mendorong PP Kagama bekerja sama dengan Pengda Kagama Sumut menyelenggarakan Seminar dan Expo 2019 .
Berbagai agenda digelar mulai tanggal 3-5 Oktober 2019 di Ballroom Hotel Adimulia Kota Medan, Sumatera Utara. Mulai dari Pameran Milenial Fest Industri 4.0, Seminar Milenial Fest Industri 4.0, Kompetisi Startup dan Industri Kreatif serta Inovasi dan Penelitian Kampus, serta lomba PUBG dan Mobile Legends.
Ketua Pengda Kagama Sumut Hamied Wijaya memaparkan, sebanyak 100 booth telah mendaftar mengikuti pameran. Rinciannya industri kreatif sebanyak 23 booth, start-up sebanyak 33 booth, artificial intelegence/robotic 9 booth, dan inovasi kampus 35 booth.
Di samping itu juga diselenggarakan lomba-lomba, yakni lomba inovasi dan penelitian millenial diikuti 35 grup, start-up 20 grup, e-Sport 100 grup, dan fotografi diikuti 30 grup..
Untuk seminarnya sendiri, kata Hamid, akan dibagi dalam tiga sesi. Sesi pertama membahas Inovasi dan Disrupsi Industri 4.0, sesi kedua tentang Smart City Menuju Industri 4.0, dan sesi ketiga tentang Kewirausahaan dan Kewirausahaan Sosial dalam Era Revolusi Industri 4.0.
"Seminar sesi pertama dan kedua dilaksanakan pada hari Kamis 3 Oktober 2019, sedang sesi ketiga dilaksanakan pada hari Jumat 4 Oktober 2019," kata Hamied.
Bertindak selaku keynote speaker adalah Wimboh Santoso (Ketua OJK), Airlangga Hartarto (Menteri Perindustrian RI), Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah).
Adapun yang menjadi pembicara sesi pertama adalah Michael Reza Say (VP Corporate Affairs Gojek), Paripurna P Sugarda (Wakil Rektor UGM). Pembicara sesi kedua Rini Rachmawati (Staf Ahli Menkominfo), Muhammad Aditya (Gamatechno) dan Musa Rajekshah (Wagub Sumatera Utara).
Sedang pembicara sesi ketiga adalah Alamanda Shantika Santoso (President Direktor of Binar Academy), Hendri Saparini (Founder CORE Indonesia), Arina N Baroroh (Project Manager Du’Anyam), dengan moderator Brigita Manohara, presenter TV One.
Hamid berharap, melalui seminar tersebut dunia pendidikan khususnya kampus-kampus dapat mengedukasi anak-anak muda untuk dapat berperan aktif memanfaatkan dan menciptakan ide atau kreativitas di era revolusi industri 4.0. Ia menilai, penyedia jasa teknologi startup dan inovasi mahasiswa atau kampus mempunyai peran penting dalam revolusi industri 4.0.
"Dalam kompetisi ini kami memberikan kesempatan kepada para pelaku start-up lokal dan industri kreatif, serta kampus untuk unjuk gigi. Kompetisi ini digelar seharian penuh, tanggal 04-05 Oktober," ujarnya.
Seminar dan Expo 2019 ini merupakan rangkaian kegiatan menyambut Munas XIII Kagama yang diselenggarakan PP Kagama tanggal 14-17 November 2019 di Bali. Pada MUNAS tersebut Presiden Joko Widodo, alumnus Fakultas Kehutanan UGM dijadwalkan hadir dan membuka Munas secara resmi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tantangan Tidak Ringan
Sementara itu, menyambut penyelenggaraan seminar tersebut, Ari Dwipayana mengatakan di era revolusi industri 4.0 ini, kewirausahaan yang berorientasi profit maupun kewirausahaan sosial mempunyai tantangan yang tidak ringan. Sebab, dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa, sektor perekonomian membutuhkan pengusaha setidaknya 40 juta orang. Belum lagi soal inovasi dan tuntutan kebutuhan pekerjaan yang berkualitas.
"Tidak hanya entrepreneur, kita butuh high impact entrepreneur," jelas Ari.
Hal tersebut, kata dia, membutuhkan dedikasi sumberdaya untuk fasilitasi pendampingan, supaya dapat membangun ekosistem yang dinamis dan komunitas entrepreneur yang produktif serta berdampak ke masyarakat luas.
Ari merasa bersyukur karena pemerintah Indonesia telah membuktikan komitmennya dalam penciptaan ekosistem kewirausahaan yang lebih kondusif, seperti mengadakan berbagai program termasuk pendampingan, mentorship, maupun dukungan, dan fasilitasi.
"Kementerian Perindustrian, misalnya, memiliki target spesifik untuk menambah 20.000 pengusaha baru pada akhir 2020," ujar Ari yang juga Staf Khusus Presiden Bidang Politik dan Pemerintahan itu.
Hal tersebut memerlukan sinergi dan konvergensi lintas sektor yang terkait, terutama untuk mewujudkan ekosistem kewirausahaan dan kewirausahaan sosial di Indonesia.
"SDM generasi muda dan kompetensinya harus ditingkatkan guna mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional," tambah Ari.
Â
Advertisement