Liputan6.com, Jakarta - Polri masih memiliki pekerjaan rumah menyelesaikan sejumlah kasus, salah satunya penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan. Lalu, bagaimana dengan kelanjutan Novel usai DPR resmi menetapkan Komjen Idham Azis sebagai Kapolri?
Usai resmi menjadi orang nomor satu di kepolisian, Idham kembali ditagih mengenai penuntasan kasus penyerangan Novel Baswedan. Dia mengatakan, segera menunjuk Kabareskrim baru untuk melanjutkan penyelidikan kasus tersebut.
“Kalau tidak ada aral melintang, besok saya kemungkinan besar akan dilantik oleh bapak presiden dan sesaat nanti setelah itu saya akan menunjuk Kabareskim yang baru,” kata Idham usai paripurna penetapan dirinya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (31/10/2019).
Advertisement
Idham menyebut, Kabareskrim baru akan bekerja cepat mengungkap pelaku penyerangan air keras pada Novel. “Untuk segera mempercepat pengungkapan kasus Novel Baswedan,” ucap dia.
11 April 2017
11 April 2017, menjadi momen yang tak terlupa bagi penyidik senior KPK Novel Baswedan. Kala itu, lepas subuh, Novel yang sedang berjalan kaki sendirian dari masjid di kompleks rumahnya, menjadi target penyerangan.
Dua orang yang berboncengan sepeda motor menyiramkan air keras ke wajahnya. Cairan asam mengenai kedua matanya. Sakitnya bukan kepalang.
Operasi demi operasi dijalani hingga ke Singapura untuk memperbaiki kedua matanya yang rusak. Kini, baru mata kirinya yang diobati. Itupun, dengan cara yang tak lazim bagi orang awam medis.
Lapisan putih matanya (sklera) ditutup menggunakan gusi karena rusak. Alhasil, mata kirinya tak bisa berkedip.
"Mata kanan saya ini belum tersentuh obat. Kalau mau diobati dengan keadaan sekarang, dengan teknologi kedokteran sekarang, bisanya dibuat seperti kiri. Mata kiri saya bisa melihat tapi agak sempit. Kalau mata kanan buram," kata Novel Baswedan dalam wawancara khususnya bersama Liputan6.com.
Berbicara soal penyerangannya, dia yakin, kejadian dua tahun lalu merupakan perlawanan kembali koruptor ke KPK. Terlebih, saat itu, dia tengah mengusut kasus korupsi besar. Dia pun menduga serangan yang ditujukan kepadanya dilakukan secara sistematis dan terorganisir.
"Artinya memang itu sudah cukup banyak terjadi. ketika terjadi penyerangan kepada saya, membuat saya semakin yakin bahwa ini satu serangan yang dilakukan secara sistematis dan terorganisir. Itu juga bersesuaian dengan hasil rekomendasi dari Komnas HAM yang mengatakan hal serupa, bahwa penyerangan kepada saya sistematis dan terorganisir," lanjut dia.
Meski demikian, Novel tak kapok menumpas korupsi bersama rekan-rekannya. Dia menilai perlawanan balik koruptor merupakan risiko dari pekerjaannya. Corruptor's fightback, kata dia, merupakan keniscayaan.
Advertisement