Azis Syamsuddin: Ada Usulan Anggota DPR Ikut Pilkada Tak Perlu Mundur

Sebagai catatan, pada Pilkada Serentak 2018, sejumlah anggota DPR maju sebagai calon kepala daerah.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Nov 2019, 17:07 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2019, 17:07 WIB
Paripurna DPR Sahkan Pemberhentian Kapolri Tito Karnavian
Ketua DPR Puan Maharani bersama tiga Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel, Azis Syamsuddin, Sufmi Dasco Ahmad memimpin Sidang Paripurna ke-3 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2019-2020, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (22/10/2019). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin mengatakan, dalam wacana revisi UU Pilkada, salah satu yang dikaji adalah revisi pasal terkait anggota dewan tidak perlu mundur jika mencalonkan sebagai kepala daerah.

Anggota Fraksi Golkar itu menyebut pihaknya masih membahas kemungkinan aturan anggota dewan harus mundur diubah dan terkait sistem pemilihan langsung.

"Tentang usulan bahwa akan ada dilakukan pilkada langsung, kemudian dengan usulan berkaitan dengan anggota DPR yang maju tidak perlu mundur harus cuti, itu sedang dibahas semua," ujar Azis di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/11/2019). 

Pada Pasal 7 Ayat (2) huruf s Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota (UU Pilkada), bakal calon kepala daerah harus menyatakan telah mundur sebagai anggota DPR, DPRD, dan DPD.

Sebagai catatan, pada Pilkada Serentak 2018, sejumlah anggota DPR maju sebagai calon kepala daerah.

Seperti Ida Fauziah dari PKB yang maju sebagai cawagub Jateng, Viktor Laiskodat dari Nasdem yang maju sebagai cagub NTT, Benny K Harman dari Demokrat maju cagub NTT, sampai TB Hasanuddin dari PDI Perjuangan maju sebagai cagub Jabar. Mereka mengundurkan diri sebagai anggota DPR untuk maju pada Pilkada 2018.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Golkar Kaji Dampak Revisi UU Pilkada

Azis mengatakan, Golkar tengah mengkaji apakah situasi memungkinkan untuk melakukan revisi. Karena mendekati waktu Pilkada 2020, Golkar mengkaji apa dampak jika revisi dilakukan segera.

"Berkenaan dengan dampak maupun sikon waktu, apa masih keburu di tahun 2020. Nah ini dampaknya mau kita lihat," kata dia.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya