Seniman Menolak Kegiatan Komersial di Kawasan TIM

Ketua Seniman TIM Radhar Panca Dahana berharap aspirasi yang disampaikan para seniman dapat tersampaikan.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Nov 2019, 07:26 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2019, 07:26 WIB
Kontroversi Hotel di Proyek Revitalisasi TIM
Aktivitas pekerja saat mengerjakan proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Selasa (26/11/2019). Pembangunan hotel berbintang di proyek revitalisasi TIM menuai penolakan dari seniman karena dinilai menjadi area komersial serta menggangu ruang berekspresi. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Para seniman yang aktif di Taman Ismail Marzuki (TIM) mengatakan tidak menginginkan revitalisasi pusat budaya dan kesenian itu dilanjutkan jika di kawasan itu nantinya ada kegiatan komersial.

Kawasan komersial yang paling ditentang keberadaannya oleh seniman adalah hotel yang akan bernama Wisma TIM dengan standar pelayanan sekelas hotel bintang lima.

"Mau bentuknya hotel, toko, supermarket, terserah yang penting kita enggak komersialisasi. Ayo kita duduk bareng bicarakan dulu secara komprehensif, baru setelah itu revitalisasi," kata Ketua Seniman TIM Radhar Panca Dahana di ruang Fraksi PDIP DPRD DKI, Rabu (27/11/2019).

Sastrawan senior Indonesia itu berharap aspirasi yang disampaikan oleh para seniman melalui diskusi bersama dengan PDI Perjuangan dapat tersampaikan.

"Kita berharap dapat mencapai tujuan-tujuan yang positif karena mereka (PDIP) pasang badan, sehingga kita dapat berjuang mendapatkan tujuan kita," kata Radhar seperti dikutip Antara.

Sementara itu, Ketua Fraksi PDI Perjuangan Gembong Warsono mengatakan, pihaknya akan terus mendukung seniman karena mereka adalah pengguna utama wadah pusat kesenian di Jakarta itu.

"Hampir semua menolak dalam pembahasan APBD tadi. Semua menolak adanya pembangunan hotel. Nanti dipertemukan dengan SKPD terkait, yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata," kata Gembong.

"Kita akan sama-sama diskusikan agar apa yang dikeluhkan seniman bisa ditangkap oleh Pemprov sehingga memaksimalkan TIM sebagai pusat ketahanan budaya kita," kata dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Akan Dilakukan Moratorium

Menurut Gembong, setelah melakukan perbincangan bersama para seniman TIM maka didapatkan kesimpulan bahwa para seniman menginginkan revitalisasi yang dilakukan oleh Jakpro di moratorium sementara waktu.

"Teman-teman seniman ingin diadakan moratorium, mereka ingin ada duduk bersama karena nanti yang akan menggunakan mereka, mereka sebagai pengguna harus diajak bicara," kata Gembong.

Revitalisasi TIM sudah dikerjakan sejak awal 2019 dan seluruh proyek pengerjaan akan memakan biaya Rp 1,8 triliun.

Saat ini pengerjaan revitalisasi TIM yang dilakukan oleh Jakpro memasuki tahap 1, yaitu pembangunan Wisma TIM, parkiran dengan basement dan Masjid Amir Hamzah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya