Syafii Maarif: Jangan Serampangan Hapus UN

Syafii menyatakan, rencana penghapusan UN tidak bisa direalisasikan secara instan.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Des 2019, 08:11 WIB
Diterbitkan 13 Des 2019, 08:11 WIB
Buya Syafii Maarif
Buya Syafii Maarif optimistis Ahok bisa pimpin BUMN (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Jakarta Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Syafii Maarif meminta Mendikbud Nadiem Makarim tidak buru-buru menghapus ujian nasional (UN).

"Jangan serampangan. (Pendidikan) ini bukan Gojek," kata Syafii seusai menghadiri pengukuhan Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sebagai guru besar UMY di Yogyakarta, Kamis (12/12/2019).

Seperti dilansir dari Antara, Syafii menyatakan, rencana penghapusan UN tidak bisa direalisasikan secara instan. Rencana itu, kata dia, harus diputuskan secara hati-hati serta perlu ditinjau dari berbagai perspektif.

"Harus dikaji ulang secara mendalam dengan melibatkan pakar pendidikan yang mengerti betul itu ya," kata dia.

Syafii khawatir jika akhirnya dihapus, UN yang selama ini dipandang sebagai penjaga mutu belajar siswa, akhirnya akan membuat para siswa tidak sungguh-sungguh lagi dalam belajar.

"Di mana-mana Ujian Nasional itu ada. Untuk menjaga mutu," kata dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Ganti Format

Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim meluruskan berbagai pertanyaan dari anggota Komisi X DPR terkait kebijakan penghapusan ujian nasional (UN) mulai 2021. Nadiem menegaskan bahwa UN formatnya diganti, bukan dihapus.

"Agar tidak ada salah mispersepsi, UN itu tidak dihapus, mohon maaf, kata dihapus itu hanya HL di media agar diklik, karena itu yang paling laku. UN itu diganti, diganti jadi asesmen kompetensi,”kata Nadiem di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (12/12/2019).

Nadiem menjelaskan, penghapusan hanyalah format ujian per mata pelajaran dan diganti dengan asesmen kompetensi ditambah survei karakter.

"Yang dihapus adalah format per mata perlajaran mengikutin kelengkapan silabus, itu aja yang dihapus, diganti asesmen kompetensi minimum, mirip PISA plus ada satu survei karakter,” jelasnya.

Dia mengakui, penyederhanaan ujian itu adalah hal cukup dramatis, sehingga memicu banyak reaksi. Sebab dengan asesmen maka siswa tidak lagi wajib menghafal.

"Penyederhanaan yang cukup dramatis pak, intinya tidak bisa dihafal, tidak ada buku bertumpuk-tumpuk. Ini problem solving analisa test,” kata dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya