Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka datang dari pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. KH Salahuddin Wahid atau biasa dipanggil Gus Sholah menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta pada pukul 20:55 WIB, Minggu 2 Februari 2020.
"Gus Sholah baru saja wafat, pada pukul 20:55. Mohon dimaafkan seluruh kesalahan. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu...," tulis putra dari Gus Sholah, Irfan Wahid dalam akun twitternya, Minggu 2 Februari 2020.
Baca Juga
Adik kandung almarhum Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini meninggal di usia 78 tahun. Kesehatan mantan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat pada masa awal reformasi 1998 ini mulai menurun sejak dua minggu lalu.
Advertisement
Putra dari Gus Sholah, Irfan Wahid atau yang akrab disapa Ipang Wahid juga menjelaskan bahwa saat itu, Gus Sholah mengalami gangguan di organ jantung.
Bahkan, tim dokter yang merawat Gus Sholah juga telah melakukan ablasi atau operasi untuk mengatasi gangguan irama jantung atau aritmia dengan menggunakan kateter yang dimasukkan ke dalam ruang jantung.
Tindakan operasi yang dilakukan tim dokter pun berjalan dengan lancar. Gus Sholah bahkan sempat pulang ke kediamannya beberapa hari sebelum kondisi kesehatannya mulai menurun drastis pada Jumat, 31 Januari 2020.
Gus Sholah dibawa ke rumah duka di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Dari rumah duka, jenazah diberangkatkan ke pondok pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur untuk dikebumikan.
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid memimpin doa, usai doa, peti jenazah dimasukan ke dalam mobil sambil diiringi lanatunan shalawat dari para pelayat yang datang. Alhamrhum kemudian dimakamkan di samping makam Gus Dur.
Wafatnya Gus Sholah meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia. Dia juga dikenal sebagai sosok yang kharismatik oleh berbagai kalangan dan tokoh nasional, termasuk oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Jokowi
Presiden Joko WIdodo atau Jokowi melayat ke rumah duka Gus Sholah, Senin (3/2/2020) pagi. Atas nama pemerintah dan seluruh masyarakat, Jokowi menyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya Gus Sholah.
Jokowi mengenang Gus Sholah sebagai cendekiawan muslim yang menjadi panutan bersama. Sehingga, meninggalnya Gus Sholah masyarakat Indonesia merasa sangat kehilangan.
"Semoga segala amal baik Gus Sholah diterima di sisi Allah SWT khusnul khotimah dan yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran," ujar Jokowi di rumah duka, Jakarta, Senin (3/2/2020).
Jokowi bercerita saat terakhir kali bertemu Gus Sholah di istana, Gus Sholah banyak menyampaikan mengenai keislaman dan ke-Indonesiaan.
"Saya kira hal yang terkait dengan Islam dan kebangsaan yang disampaikan Beliau kepada saya banyak titipan kepada kita tetapi saya kira tidak perlu saya sampaikan di sini," kata Jokowi.
Advertisement
Ma'ruf Amin
Sementara itu, Wakil Presiden Ma'ruf Amin dengan didampingi istrinya, Wury Estu Handayani, pada Senin pagi melawat ke kediaman pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng
Ma'ruf mengenang sosok Gus Sholah sebagai tokoh yang sangat baik dalam mengupayakan persatuan antarsesama umat islam, khususnya dari kalangan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.
"Dalam hal persaudaraan Islam, Beliau sangat intens dalam bagaimana membangun ukhuwah antarsesama umat Islam, khususnya antara NU dan Muhammadiyah," kata Ma’ruf Amin saat melayat ke rumah duka Gus Sholah di kawasan Mampang, Jakarta, Senin (3/2/2020) pagi.
Dia menambahkan, sebagai pengasuh ponpes terbesar di Jombang, Gus Sholah banyak berkontribusi dalam mengawal kehidupan keagamaan sekaligus menjaga kerukunan bangsa.
"Beliau meninggalkan tinggalan-tinggalan yang baik, bekas-bekas yang baik, baik bagi pendidikan maupun ide-ide kebangsaan. Jadi saya kira untuk Beliau sudah cukup pengabdiannya," kata Ma’ruf yang juga alumnus dari Pondok Pesantren Tebuireng itu.
Sebagai adik dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Gus Sholah semasa hidupnya juga terus melanjutkan cita-cita Gus Dur dalam menjaga kerukunan berdemokrasi di Indonesia.
"Beliau juga selalu melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh Gus Dur, merajut kerukunan bangsa dan berdemokrasi di negara ini. Beliau orang baik dan banyak berkontribusi dalam mengawal kehidupan keagamaan, kerukunan kebangsaan hingga masalah kemajuan di bidang pendidikan dan pembangunan manusia," ujar Ma'ruf.
Â
Haedar Nashir
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir bercerita pada 31 Januari 2020 lalu, dirinya sempat membesuk Gus Sholah yang sedang dalam proses operasi jantung di RS Harapan Kita, Jakarta.
Haedar mengungkapkan sudah lama mengenal sosok Gus Sholah. Di mata Haedar, Gus Sholah adalah sosok yang rendah hati.
"Gus Sholah suka bergaul luas dengan banyak kalangan, moderat, memiliki komitmen keislaman yang kuat, dan visi kebangsaan yang luas," ujar Haedar, Minggu, 2 Februari 2020.
Haedar masih ingat benar pada 2017 bersama dengan Gus Sholah dan istri masing-masing menunaikan ibadah haji atas undangan khusus Raja Salman.
Saat musim haji itu, ia bersama Gus Sholah termasuk rombongan perwakilan dunia Islam yang bertemu Raja Salman di Istana Mina.
Kesederhanaan dan kesantuan Gus Sholah tetap dirasakan Haedar ketika itu. Mereka banyak berdiskusi tentang Muhammadiyah dan NU, umat Islam, bangsa, dan perkembangan global.
"Wawasan Gus Sholah moderat dan melintasi, selalu menjaga keseimbangan," ucap Haedar.
Haedar juga sempat berkomunikasi dengan Gus Sholah sebelum pemilik nama lengkap Solahudin Wahid itu terbaring sakit.
Ketika itu mereka berbincang perihal rencana pemutaran Film Dua Tokoh Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim Asyari, yang rencananya mengundang Presiden RI.
"Beliau ingin agar umat dan masyarakat luas mengenal KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asyari, kedua tokoh umat dan bangsa yang besar jasanya dan melahirkan Muhammadiyah dan NU sebagai warisan terpenting," tuturnya.
Pada akhirnya, Haedar mengajak masyarakat untuk melepas kepergian Gus Sholah dengan ikhlas.
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, semoga almarhum husnul khatimah dan diterima di sisi Allah SWT," kata Haedar.
Â
Advertisement
Khofifah Indar Parawansa
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menilai KH Sholahuddin Wahid atau Gus Sholah adalah paket lengkap dari seorang negarawan dan putra terbaik yang dimiliki Indonesia.
"Beliau adalah guru, aktivis, ulama, cendekiawan, sekaligus tokoh hak asasi manusia (HAM) di Indonesia. Insya Allah, husnul khatimah (wafat dengan akhir yang baik)," kata Khofifah.
Mewakili Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan seluruh masyarakat Jawa Timur, Khofifah mendoakan semoga Allah SWT menempatkan Gus Sholah di tempat terbaik.
"Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadahnya, mengampuni seluruh khilaf dan memberikan ketabahan serta keikhlasan bagi keluarga besar Gus Sholah," ucap dia.
Orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut juga sempat mengunggah foto bersama Gus Sholah di akun Instagramnya, @khofifah.ip.
Di caption, ia menulis tentang kabar meninggalnya Gus Sholah dan mengajak masyarakat mendoakan agar almarhum diterima di sisi Allah SWT.
"Innalillahi wainna ilaihirojiun. Telah berpulang ke rahmatullah, Gus Sholah (KH Sholahudin Wahid) di RS Jantung Harapan Kita, Minggu (2/2) sekitar pukul 21.00," tulis gubernur perempuan pertama di Jatim tersebut.
Zainut Tauhid
Menurut Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid, Gus Sholah merupakan seorang negarawan, ulama, cendekiawan dan pegiat kemanusiaan.
Dia mengatakan, Gus Sholah mengayomi semua golongan tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan. Gus Sholah, lanjut dia, adalah perekat persatuan dan penjaga harmoni kebhinnekaan.
"Beliau adalah tokoh NU yang berpikiran terbuka, demokratis, dan jernih dalam melihat masalah. Sehingga dalam memberikan solusi salalu mengedepankan pertimbangan kemaslahatan untuk kepentingan yang lebih besar, dan mengenyampingkan kepentingan kelompok dan golongan," ujar Zainut kepada Liputan6.com, Minggu, 2 Februari 2020.
Dia menambahkan, Gus Sholah tidak segan menyampaikan kritik kepada siapa pun jika dianggap salah, dan membela siapa pun yang benar meskipun orang lain menganggap salah. Semua itu dilakukan tanpa ada pamrih dan beban, karena disampaikan dengan penuh keihlasan.
"Beliau menjadi jembatan yang menghubungkan semua golongan. Jembatan yang menghubungkan tokoh-tokoh agama, pemerintah dan masyarakat," kata dia.
Bahkan di kalangan NU, lanjutnya, Gus Sholah menjadi jembatan antara golongan muda dan golongan tua. Sehingga, di NU tidak terjadi kesenjangan generasi, baik dari aspek pemikiran maupun sikap keagamaannya.
Sebelum wafat, lanjut Zainut, Gus Sholah menyampaikan pesan kepadanya. Pesan itu disampaikan melalui pesan WhatsApp pada 30 Januari 2020.
"Pesan terakhir beliau kepada saya disampaikan oleh putra beliau Gus Billy Wahid melalui pesan WA pada tanggal 30 Januari 2020 terkait dengan rencana pemutaran film Jejak Langkah 2 Ulama KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari. Beliau berpesan agar Gus Billy Wahid berkomunikasi dengan saya, untuk hal tersebut saya menyambut dengan senang hati," ujar dia.
"Tidak lama setelah saya mendapat informasi beliau dirawat di rumah sakit karena kondisinya lemah. Belum sempat saya sowan beliau ternyata Allah Yang Maha Pengasih berkehendak lain," imbuh Zainut.
Zainut mengatakan, bangsa Indonesia kehilangan Gus Sholah sebagai seorang ulama besar putra terbaik bangsa yang mengabdikan hidupnya untuk kepentingan umat dan bangsa.
"Beliau adalah seorang negarawan, ulama, cendekiawan dan pegiat kemanusiaan. Beliau mengayomi semua golongan tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan. Beliau adalah perekat persatuan dan penjaga harmoni kebhinnekaan," katanya.
Dia juga mengenal Gus Sholah sebagai tokoh NU yang berpikiran terbuka, demokratis dan jernih dalam melihat masalah.
Sehingga, lanjut Zainut, dalam memberikan solusi salalu mengedepankan pertimbangan kemaslahatan untuk kepentingan yang lebih besar dan mengesampingkan kepentingan kelompok dan golongan.
"Semoga Allah SWT memberikan pahala surga kepadanya. Selamat jalan Gus Sholah. Guru bangsa yang mulia, pintu-pintu langit terbuka lebar dan para malaikat menyambutmu dengan hamparan surga. Amin," demikian Zainut Tauhid Saadi.
Â
Advertisement
Fachrul Razi
Meninggalnya Gus Sholah mengingatkan Menteri Agama Fachrul Razi pada saat Pemilihan Presiden 2004, yang mana Gus Sholah merupakan calon Wakil Presiden berpasangan dengan calon Presiden Wiranto.
"Kesan saya waktu sama-sama dengan beliau waktu pilpres beberapa tahun lalu, Beliau calon wakilnya Pak Wiranto. Saya pada saat itu kumpul cukup lama dan saya tahu sekali bagaimana rendah hatinya, baiknya Beliau," kata Fachrul di kediaman Gus Sholah, Jakarta Selatan.
Ia pun merasa sangat kehilangan sosok Gus Sholah yang merupakan tokoh agama serta tokoh nasional. Menurutnya, Gus Sholah selalu memberikan pesan-pesan yang tak pernah menyinggung perasaan orang lain.
"Ya kita kehilangan seorang tokoh nasional, tokoh agama yang luar biasa bukan saja untuk agama Islam tapi untuk semua agama," ujarnya.
"Beliau selalu menyampaikan pesan-pesan sejuk, tidak pernah menyinggung perasaan orang lain dan mudah-mudahan harapan kita ke depan kita dapat lagi tokoh tokoh seperti beliau," sambung Fachrul.
Din Syamsudin
Selain itu, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) Din Syamsuddin juga berbelasungkawa atas wafatnya Gus Sholah. Menurut dia, Gus Sholah pergi di saat umat sedang memerlukannya.
"Kepergian KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) ke hadirat Sang Pencipta adalah kehilangan besar bagi umat dan bangsa. Kepergiannya justru terjadi pada saat umat memerlukannya," kata Din dalam keterangannya, Jakarta, Senin (3/2/2020).
Selain sebagai pemimpin Ponpes Tebuireng, Jombang, bagi dia Gus Sholah juga merupakan seorang negarawan yang dapat mempersatukan seluruh masyarakat.
"Gus Sholah adalah seorang kiai, pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng. Selain itu beliau adalah seorang negarawan, figur nan penuh dengan kearifan dan kebijaksanaan, serta cenderung mempersatukan. Gus Sholah memiliki itu semua," ujar Din.
Salah satu caranya untuk mempersatukan masyarakat, kata Din, yakni dengan mempertemukan para tokoh Islam untuk menyatukan pikiran dalam menyelesaikan masalah-masalah kebangsaan.Â
Selain itu, Gus Sholah juga dinilai sebagai sosok yang sangat peduli dan prihatin jika melihat adanya keterpecahan umat maupun suatu organisasi.
"Saya dengar langsung kala mampir di Jombang maupun dalam berbagai kesempatan, begitu besar keprihatinan almarhum terhadap keterpecahan umat dan rendahnya qiyadah merekatkan ukhuwah Islamiyah baik antarorganisasi maupun dalam satu organisasi. Menurut almarhum, banyak yang terjebak pada hubbuddunya (pragmatisme dan materialisme)," kata Din memungkasi.
Â
(Winda Nelfira)
Advertisement