Mantan Politikus PDIP I Nyoman Dhamantra Divonis 7 Tahun Penjara

Selain pidana badan, majelis hakim juga menjatuhkan hukuman agar I Nyoman tak dipilih dalam jabatan publik selama 4 tahun.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 06 Mei 2020, 18:14 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2020, 18:09 WIB
I Nyoman Dhamantra Jalani Sidang Putusan Suap Impor Bawang
Mantan Anggota DPR dari PDIP, I Nyoman Dhamantra akan menjalani sidang putusan secara vidcon di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (6/5/2020). I Nyoman Dhamantra terkait dugaan menerima suap izin impor impor bawang putih tahun 2019. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat memvonis mantan anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, I Nyoman Dhamantra hukuman pidana 7 tahun penjara denda Rp 500 juta subsider 3 bulan kurungan.

Majelis meyakini I Nyoman Dhamantra menerima suap untuk memuluskan pengurusan Surat Persetujuan Impor (SPI) bawang putih di Kementerian Perdagangan (Kemdag) dan Rekomendasi Impor Produk Holtikultura (RIPH) di Kementerian Pertanian (Kemtan).

"Terbukti melanggar dakwaan pertama, melanggar Pasal 12 ayat 1 huruf a UU 31 Tahun 1999 jo UU 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP," ujar Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri mengutip vonis Majelis Hakim Pengadilan Tipikor, Rabu (6/5/2020).

Selain pidana badan, majelis hakim juga menjatuhkan hukuman agar I Nyoman tak dipilih dalam jabatan publik selama 4 tahun.

Ali menyebut, sidang putusan terhadap I Nyoman digelar secara online. Jaksa penuntut umum di Gedung Merah Putih KPK, Majelis Hakim di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Pengacara dan Terdakwa di Gedung Merah Putih KPK.

Sementara untuk peranyara suap I Nyoman, yakni Elviyanto dan Mirawati masing-masing di pidana penjara 5 tahun dan denda 500 juta subsider 3 bulan kurungan.

"Jaksa menyatakan berpikir (terhadap vonis), sementara penasihat hukum I Nyoman, Mirawati, dan Elviyanto menyatakan banding," kata Ali.

 

Dituntut 10 Tahun

Vonis terhadap mereka lebih rendah dari tuntutan jaksa. Jaksa penuntut umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menuntut mantan anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, I Nyoman Dhamantra 10 tahun penjara denda Rp 1 miliar subsider 6 bulan kurungan.

Dalam tuntutannya, jaksa meyakini Nyoman selaku anggota Komisi VI DPR bersama-sama dengan Mirawati dan Elviyanto menerima suap Rp 2 miliar dan janji Rp 1,5 miliar dari Direktur PT Cahaya Sakti Argo (CSA) Chandry Suanda alias Afung, dan dua pihak swasta Dody Wahyudi dan Zulfikar.

Mirawati dan Elviyanto masing-masing dituntut tujuh tahun penjara dan denda Rp 1 miliar subsider enam bulan kurungan penjara dalam sidang yang juga digelar hari ini.

Suap diterima Nyoman untuk memuluskan pengurusan Surat Persetujuan Impor (SPI) bawang putih di Kementerian Perdagangan (Kemdag) dan Rekomendasi Impor Produk Holtikultura (RIPH) di Kementerian Pertanian (Kemtan).

"Menuntut, agar majelis hakim menyatakan terdakwa I Nyoman Dhamantra, terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut," ujar Jaksa Takdir Sugan di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Rabu (22/4/2020).

Tak hanya pidana penjara, Jaksa juga menuntut agar Nyoman dijatuhi hukuman tambahan berupa pencabutan hak politik selama lima tahun setelah menjalani pidana pokok.

Pencabutan hak politik ini dituntut Jaksa lantaran Nyoman telah mencederai amanat yang diberikan masyarakat yang telah memilihnya sebagai anggota DPR dengan melakukan tindak pidana korupsi.

"Perbuatan ini bukan saja tidak mendukung program pemerintah dalam memberantas tindak pidana korupsi, namun juga telah mencederai amanat yang diembannya selaku legislator yang merupakan 'wakil rakyat' dan tidak memberikan teladan yang baik kepada masyarakat," kata Jaksa Takdir.

Nyoman juga tidak mengakui secara terus terang perbuatannya dan telah mencoreng citra anggota DPR yang seharusnya melindungi dan memperjuangkan kepentingan rakyat. Sementara untuk hal yang meringankan, Jaksa menyatakan Dhamantra belum pernah dihukum.

Atas perbutannya itu, Dhamantra dinilai telah melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 11 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya