Liputan6.com, Jakarta Isu kiamat yang dikaitkan dengan Tafsir Kalender Suku Maya, yang jatuh hari ini 21 Juni 2020, menjadi trending topic di twitter, dan ramai diperbincangkan oleh warganet.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun angkat bicara. Adapun, disebut tanda-tanda kiamat tersebut belum ada.
"Saya tidak percaya besok kiamat. Karena tanda-tanda untuk itu (kiamat)Â belum ada," kata Sekjen MUI Anwar Abbas kepada Liputan6.com, Minggu (21/6/2020).
Advertisement
Dia menuturkan, dalam salah satu hadis, di mana Nabi menyebutkan ada beberapa tanda kiamat.
"Asap, Dajjal, binatang besar, terbit matahari dari tempat tenggelamnya, turunnya Isa bin Maryam Alaihissalam, Ya’juj dan Ma’juj, tiga kali gempa bumi, sekali di timur, sekali di barat dan yang ketiga di Semenanjung Arab yang akhir sekali adalah api yang keluar dari arah negeri Yaman yang akan menghalau manusia ke Padang Mahsyar mereka," ungkap Anwar.Â
Karena itu, masih kata dia, tanda-tanda tersebut tidak ada. Sehingga kabar kiamat hari ini jangan dipercaya.Â
"Karena tanda seperti yang ada dalam hadis nabi tersebut belum ada, maka umat islam diharap untuk tidak terpengaruh oleh berita-berita tersebut," pungkasnya.Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tafsir Kiamat Suku Maya
Pandemi virus corona telah menjadikan 2020 sebagai tahun yang mengerikan. Di tengah itu semua, informasi keliru dan hoaks tentang penyakit COVID-19 juga menimbulkan kecemasan berlebihan yang tidak perlu di masyarakat.
Kini, untuk memperkeruh dan menambah kesimpangsiuran informasi, muncul 'ahli teori konspirasi' yang mengklaim bahwa kiamat akan terjadi pada 21 Juni 2020, berdasarkan 'tafsir' atau prediksi kalender Suku Maya kuno.
Mayoritas orang di seluruh dunia saat ini mengikuti kalender Gregorian tetapi kalender ini muncul pada 1582 dan sebelum ini orang menggunakan kalender yang berbeda untuk melacak tanggal. Dua dari kalender yang paling populer adalah kalender Maya dan kalender Julian.
Menurut para ahli, kalender Gregorian diperkenalkan untuk lebih mencerminkan waktu yang dibutuhkan Bumi untuk mengorbit Matahari. Namun, diyakini oleh banyak orang bahwa sebanyak 11 hari hilang dari tahun yang pernah ditentukan oleh kalender Julian.
Seiring waktu, hari-hari yang hilang ini bertambah dan sekarang sebuah teori konspirasi telah muncul yang menyatakan bahwa kita sebenarnya ada di tahun 2012, bukan tahun 2020. Dan, tahun 2012 telah dikenal sebelumnya sebagai nubuat kiamat yang diklaim oleh Suku Maya kuni.
Klaim itu juga turut digaungkan oleh Paolo Tagaloguin yang pada akun Twitternya mengklaim sebagai 'sarjana Fulbright, biologis'.
Dalam tweet yang sekarang dihapus, ia dilaporkan mengatakan, "Mengikuti Kalender Julian, kita secara teknis berada pada 2012. Jumlah hari yang hilang dalam satu tahun karena peralihan ke Kalender Gregorian adalah 11 hari. Selama 268 tahun menggunakan Kalender Gregorian (1752-2020) kali 11 hari = 2.948 hari. 2,948 hari/365 hari (per-tahun) = 8 tahun."
Mengikuti teori ini, 21 Juni 2020, sebenarnya adalah 21 Desember 2012. Dapat diingat bahwa pada 2012, tanggal 21 Desember diusulkan oleh beberapa orang sebagai akhir dunia oleh para ahli teori konspirasi.
Â
Advertisement