5 Fakta Gunung Merapi yang Kembali Erupsi

Meski kembali erupsi, status Gunung Merapi tetap berada pada Level II atau Waspada.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 22 Jun 2020, 17:36 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2020, 17:36 WIB
Erupsi Gunung Merapi, Minggu, 21 Juni 2020. (Foto: Liputan6.com/BPPTKG/Wisnu Wardhana)
Erupsi Gunung Merapi, Minggu, 21 Juni 2020. (Foto: Liputan6.com/BPPTKG/Wisnu Wardhana)

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Merapi yang berada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali erupsi pada Minggu, 21 Juni 2020.

Diketahuinya erupsi Gunung Merapi itu berdasarkan laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).

Menurut laporan BPPTKG, tinggi kolom erupsi Gunung Merapi mencapai 6.000 meter atau 6 kilometer.

"Teramati tinggi kolom erupsi ± 6.000 meter dari puncak," demikian disampaikan BPPTKG melalui akun Twitter resminya @BPPTKG, Minggu, 21 Juni 2020.

Meski kembali erupsi, status Gunung Merapi tetap berada pada Level II atau Waspada. Masyarakat pun tetap diminta untuk berhati-hati.

Berikut fakta-fakta Gunung Merapi yang kembali erupsi pada Minggu, 21 Juni 2020 dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Erupsi pada Pagi Hari

Erupsi Gunung Merapi terjadi ketika Indonesia masa darurat Covid-19. (Foto: Liputan6.com/Wisnu Wardhana)
Erupsi Gunung Merapi terjadi ketika Indonesia masa darurat Covid-19. (Foto: Liputan6.com/Wisnu Wardhana)

Gunung Merapi meletus lagi, Minggu, 21 Juni 2020.

Berdasar laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), tinggi kolom erupsi gunung yang berada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan DIY itu mencapai 6.000 meter atau 6 kilometer. Erupsi terjadi mulai jam 09.13.

"Teramati tinggi kolom erupsi ± 6.000 meter dari puncak," demikian disampaikan BPPTKG melalui akun Twitter resminya @BPPTKG, Minggu, 21 Juni 2020.

Erupsi Gunung Merapi tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 328 detik.

"Arah angin saat erupsi ke barat," lanjut BPPTKG.

 

Daerah Terdampak Erupsi

Gunung Merapi Erupsi
Abu tipis terdistribusi di beberapa wilayah sekitar lereng Gunung Merapi. (Foto: Humas BNPB)

Sementara itu daerah-daerah akibat letusan Gunung Merapi ini di Kabupaten Magelang dilaporkan mulai hujan abu.

Di Kecamatan Srumbung hujan abu justru terlibat tipis dibandingkan dengan Kecamatan lain.

"Ini masih hujan abu, tapi nggak deras," kata Risty, salah satu warga Srumbung.

Sementara di kecamatan Salam hujan abu justru lebih deras. Di daerah Jumoyo kendaraan yang melintas jalur Magelang-Yogyakarta banyak yang menepikan kendaraannya menunggu situasi tak banyak debu.

Di kecamatan Muntilan, hujan abu tebal akibat letusan Merapi terjadi di desa Gunungpring.

Berikut data sebaran hujan abu vulkanik erupsi Gunung Merapi Minggu, 21 Juni 2020, sampai dengan pukul 10.17 WIB:

1. Kec.Srumbung

-Desa Kaliurang

-Desa Kemiren (cukup deras)

-Desa Srumbung (cukup deras)

-Desa Banyuadem (cukup deras)

-Desa Kalibening

-Desa Ngargosoko

-Desa Kradenan

2. Kec. Dukun

-Desa Ngargomulyo

-Desa Keningar

-Desa Ngadipuro

-Desa Sumber

3. Kec. Muntilan

-Desa Muntilan (tipis)

-Desa Gunungpring-

Desa Sedayu (tipis)

 

Status Tetap Waspada

Gunung Merapi Erupsi
Gunung Merapi menyemburkan asap dan abu vulkanis terlihat dari utara kota Yogyakarta, Selasa (3/3/2020). Gunung Merapi meletus pada pukul 05.22 WIB dengan tinggi kolom 6.000 meter , status waspada (level II). (HO/Merapi Observation/AFP)

BPPTKG tetap mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada meski mengalami erupsi.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan, Yulianto menyampaikan, saat ini Gunung Merapi berada pada status Level II (Waspada).

Namun dengan rekomendasi potensi ancaman bahaya saat ini berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan jatuhan material vulkanik dari letusan eksplosif.

 

Masyarakat Diminta Hati-Hati

Letusan Gunung Merapi pada Jumat, 26 Maret 2020. (Foto: Liputan6.com/BPPTKG/Wisnu Wardhana)
Letusan Gunung Merapi pada Jumat, 26 Maret 2020. (Foto: Liputan6.com/BPPTKG/Wisnu Wardhana)

Akun Twitter BPPTKG menyebutkan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian, kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana, Minggu, 21 Juni 2020.

BPPTKG juga mengimbau warga untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, Gunung Merapi sudah berada di level II dengan status waspada sejak 21 Mei 2018 lalu.

Jati menyebut, berdasarkan karakter gunung dengan status tersebut, maka rekomendasi BPPTKG masyarakat diminta agar mengantisipasi bahaya abu vulkanik dari kejadian awan panas maupun letusan eksplosif.

"Masyarakat juga diharapkan untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak. Selain itu, tidak ada aktivitas manusia pada radius 3 km dari puncak Gunung Merapi," ujar Jati.

Pada level itu, lanjut dia, potensi ancaman bahaya berupa luncuran awan panas dan runtuhnya kubah lava dan jatuhan material vulkanik dari letusan eksplosif.

 

Gunung Borobudur Terdampak

Candi Borobudur
Candi Borobudur menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Foto: (Switzy Syabandar/Liputan6.com)

Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, terdampak hujan abu tipis setelah erupsi Gunung Merapi, Minggu, sekitar pukul 09.13 WIB dan 09.27 WIB.

Kasi Konservasi Balai Konservasi Borobudur (BKB) Yudi Suharsono di Magelang, mengatakan hujan abu di wilayah Borobudur cukup deras.

"Namun, hujan abu itu tidak begitu lama sehingga candi terkena abu tipis," ucap dia.

Setelah mengetahui terjadi hujan abu erupsi Merapi, pihaknya bersama beberapa petugas BKB langsung melakukan monitoring kondisi seluruh Candi Borobudur.

"Berdasarkan hasil monitoring ketebalan abu tidak bisa diukur karena terlalu tipis. Kita sudah monitor keseluruhan candi dan didokumentasikan lengkap," katanya, dikutip Antara.

Ia menuturkan hari ini juga akan dilakukan pembersihan dengan sistem kering, yaitu disapu atau sikat untuk mengumpulkan abu dan juga disedot untuk membersihkan di bagian sela-sela batu.

"Hari ini mungkin ada lima-enam orang untuk mulai membersihkan candi. Tenaga terbatas karena ini hari libur dan nanti akan kita kondisikan lagi," jelas Yudi.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya