BMKG: 64 Persen Wilayah Indonesia Masuki Musim Kemarau

Hal itu berdasar evaluasi yang dilakukan BMKG pada akhir Juni 2020.

oleh Rita Ayuningtyas diperbarui 19 Jul 2020, 17:08 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2020, 17:08 WIB
Ratusan hektar lahan pertanian di kawasan Wanaraja, wilayah Garut Utara mulai mengalami kekeringan akibat musim kemarau berkepanjangan
Ratusan hektar lahan pertanian di kawasan Wanaraja, wilayah Garut Utara mulai mengalami kekeringan akibat musim kemarau berkepanjangan (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut 64 persen wilayah di Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Hal itu berdasar evaluasi yang dilakukan BMKG pada akhir Juni 2020. 

"Jadi masih ada 36 persen wilayah kita yang musim hujan," kata Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Indra Gustari, di Jakarta, seperti dilansir dari Antara, Minggu (19/7/2020).

Wilayah-wilayah yang berada pada musim hujan tersebut masih berpotensi mengalami curah hujan yang tinggi. Hal itu termasuk pada daerah-daerah yang belum teridentifikasi musim kemaraunya.

Hasil evaluasi tersebut, lanjut dia, sejalan dengan titik pengamatan di permukaan yang dinamakan pos hujan. Berdasarkan data atau peta pos hujan, daerah Jawa Barat, Bali hingga Nusa Tenggara sudah 21 hari, bahkan satu bulan tidak mengalami hujan.

"Bahkan ada satu titik di Kupang sudah 70 hari tidak turun hujan," kata Indra dalam konferensi pers BMKG.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Soal Luwu

Terkait curah hujan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, yang baru saja dilanda banjir bandang, BMKG melihat curah hujan cukup tinggi di daerah tersebut hampir sepanjang tahun.

"Hampir sepanjang tahun curah hujannya di atas 50 milimeter dan puncak hujan di daerah Kecamatan Masamba, yaitu akhir Maret dan Juni," ujar Indra.

Berdasarkan titik pengamatan di permukaan, menurut Indra Gustari, curah hujan di Kabupaten Luwu Utara pada 13 Juli atau pada saat terjadi banjir badang sebenarnya tidak tinggi dan berada di kriteria rendah, yaitu di bawah 50 milimeter selama 10 hari.

Namun, curah hujan sebelumnya, tepatnya 12 Juli, tergolong tinggi, yaitu di atas 50 milimeter dalam 10 hari. Sehingga banjir bandang tersebut tidak hanya disebabkan oleh curah hujan pada 13 Juli, namun akumulasi dari hari sebelumnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya