Cerita Warga Desa Adat Wae Rebo Rindu Kunjungan Wisatawan karena Pandemi Corona

Selain membagikan masker, para peserta FamTrip juga membagikan tumbler untuk mengurangi penggunaan wadah berbahan plastik di desa Wae Rebo.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Okt 2020, 14:44 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2020, 09:43 WIB
Keindahan desa adat Wae Rebo, NTT
Keindahan desa adat Wae Rebo, Kabupaten Manggarai, NTT. (Dok: Kemenparekraf)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah sempat dibuka untuk umum, kawasan Desa Adat Wae Rebo, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali ditutup. Penutupan dilakukan atas permintaan masyarakat adat yang khawatir dengan penyebaran virus corona atau Covid-19.

Kekhawatiran itu pun turut dirasakan oleh para peserta Familiarization Trip (FamTrip) 2020 Labuan Bajo Flores. Para peserta FamTrip, yang terdiri dari pada influencer, tokoh milenial dan key opinion leaders (KOL) Indonesia ini, menggelar aksi bagi-bagi masker bagi warga adat di desa yang telah ditetapkan sebagai situs warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 2012 yang lalu.

Total ada 600 masker dan hand sanitizer yang dibagikan kepada warga adat Wae Rebo.

Selain membagikan masker, para peserta FamTrip juga membagikan tumbler untuk mengurangi penggunaan wadah berbahan plastik di desa yang berada pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut itu.

Peserta FamTrip Labuan Bajo Flores membagikan alat pelindung diri berupa masker dan hand sanitizer kepada warga desa adat Wae Rebo, Kabupaten Manggarai, NTT. (Dok: BOPLBF)

Salah seorang peserta FamTrip BOPLBJF, Arsikh Mawaddah mengatakan pembagian alat pelindung diri berupa masker dan juga hand sanitizer diharapkan mampu  mendukung  upaya masyarakat adat Wae Rebo menjalankan protokoler kesehatan. 

Dia meyakini pandemi corona saat ini turut mempengaruhi pendapatan masyarakat Desa Wae Rebo yang mayoritas menggantungkan hidup dari sektor pariwisata.

"Dengan kondisi saat ini, jumlah kunjungan pasti menurun. Mereka pasti berharap wisatawan kembali datang ke desa mereka, namun di satu sisi, mereka khawatir penyebaran Covid-19 yang mungkin saja terbawa dari para wisatawan,” ucap Arsikh.

Peserta FamTrip Labuan Bajo Flores membagikan alat pelindung diri berupa masker dan hand sanitizer kepada warga desa adat Wae Rebo, Kabupaten Manggarai, NTT. (Dok: BOPLBF)

Sementara itu, Perwakilan Desa Adat Wae Rebo, Vilhelmus menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para peserta FamTrip Labuan Bajo Flores yang peduli terhadap kesehatan warganya.

"Terima kasih kami ucapkan kepada teman-teman semua baik dari BOP, Influencer, serta semua pihak terkait dengan situasi dan keadaan kondisi yang seperti ini. Kalian tetap datang, karena cinta dan sayangnya kepada kami,” ucap Vilhelmus.

Vilhemus mengakui, pihaknya sempat bahagia karena pda awal September lalu Wae Rebo kembali dibuka dan menerima kunjungan wisatawan. Namun, karena jumlah kasus covid-19 di Indonesia yang terus meningkat, sepekan kemudian masyarakat meminta agar Wae Rebo kembali ditutup.

"Setelah virus corona ini muncul kami jadi susah, pendapatan warga menurun drastis. Karena kunjungan tamu-tamu (wisawatan) menurun drastis. Kami pun tetap harus memperhatikan kesehatan warga, agar virus corona tidak sampai ke Desa Wae Rebo ini,” ucap dia.

Vilhelmus berharap agar pemerintah mampu menurunkan kasus corona di Indonesia agar kunjungan wisata ke wilayahnya kembali meningkat.

Dia juga berharap  kepada  pemerintah daerah, atau pun Badan Otoritas Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) selaku wakil pemerintah pusat, untuk gencar melakukan promosi wisata, agar desanya kembali dikunjungi wisatawan, baik dari dalam negeri atau mancanegara. 

"Kami mengharap virus cepat hilang, sehingga tamu-tamu dari mana saja datang. Karena kunjungan mereka, hidup kami berubah, itu harapan kami," tandas Vilhemus

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Wajib Ikuti Protokoler Kesehatan

Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina
Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina saat Rapat Koordinasi Pengembangan Pariwisata Wilayah Koordinatif Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF), di Ayana Resort Komodo, Labuan Bajo, 6 s.d. 7 Oktober 2020. (Dok: BOPLBF)

Sementara itu, Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina menjelaskan pendampingan penerapan protokol kesehatan diperlukan sebagai pendukung bagi warga Waerebo.

"Kami siap mendukung pendampingan kepada masyarakat Wae Rebo mulai dari protokol kesehatan hingga penyediaan fasilitas fisik untuk CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability),” tegas Shana saat mendampingi Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat melaksanakan kunjungan kerja ke Desa Adat Wae Rebo, Minggu 6 September 2020.

Sebagai langkah awal, Shana menegaskan pihaknya akan melaksanakan kegiatan padat karya Gerakan BISA (Bersih, Indah, Sehat, dan Aman) di Wae Rebo, sekaligus memberikan pendampingan penerapan protokol kesehatan kepada masyarakat desa adat yang telah dinyatakan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia pada Agustus 2012.

Dia juga menegaskan, wisatawan yang berkunjung ke desa yang memiliki tujuh bangunan rumah berbentuk kerucut itu, nantinya diwajibkan untuk mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditetapkan.

Penerapan protokol kesehatan wajib dilaksanakan dengan tujuan untuk menjaga keamanan, khususnya kesehatan  masyarakat dan wisatawan yang datang berkunjung.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Pokdarwis setempat agar menempatkan petugas di pintu masuk kedatangan untuk memastikan wisatawan yang datang berkunjung sudah memakai masker dan melakukan pengecekan suhu sebelum melakukan pendakian. Selain itu juga akan diatur daya tampung untuk penerapan sosial disctancing di dalamnya," kata Shana Fatina menandaskan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya