Dampak COVID-19, Kemiskinan di Kota Depok Tertinggi di Jawa Barat

Kasus penyebaran dan penularan COVID-19 di Kota Depok masih terjadi, akibatnya tingkat kemiskinan di Kota Depok mengalami peningkatan.

oleh Dicky Agung Prihanto diperbarui 17 Feb 2021, 09:59 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2021, 09:59 WIB
Bantuan Sosial Tunai (BST) Kota Depok
Warga menunggu giliran menerima uang Bantuan Sosial Tunai (BST) bulan Januari di halaman Masjid Jami Al-Hidayah RW 01 Bedahan, Depok, Selasa (16/2/2021). Sekitar 159.470 Keluarga Penerima Manfaat di Kota Depok menerima BST yang disalurkan PT Pos Indonesia pada Februari ini. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Depok - Kasus penyebaran dan penularan COVID-19 di Kota Depok masih terjadi, akibatnya tingkat kemiskinan di Kota Depok mengalami peningkatan. Hal itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok.

Kepala BPS Kota Depok, Mufti Swaghara mengatakan, pandemi COVID-19 di Kota Depok berdampak terhadap aspek kehidupan. Aspek tersebut meliputi kesehatan, ekonomi, maupun sosial.

"Kondisi ini bisa terlihat pada salah satu indikator sosial yaitu kemiskinan dan mengalami peningkatan," ujar Mufti, Rabu (17/2/2021).

Ikuti cerita dalam foto ini https://story.merdeka.com/2303605/volume-5

Mufti menjelaskan, pada 2019 kemiskinan makro di Kota Depok sebesar 2,07 persen atau sekitar 49,35 ribu jiwa, dengan garis kemiskinan per kapita per bulan sebesar Rp 644.860. Menurutnya, garis kemiskinan di Kota Depok merupakan yang tertinggi se-Provinsi Jawa Barat. Namun, Indeks Kedalaman Kemiskinan sebesar 0,24 atau terbaik se-Jawa Barat, sedangkan indeks keparahan kemiskinannya sebesar 0,04 terbaik se-Jawa Barat.

“Sehingga bisa disimpulkan bahwa pada tahun 2019, kemiskinan di Kota Depok berada pada level terbaik se Jawa Barat, baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas. Meskipun garis kemiskinannya terbesar,” terang Mufthi.

Mufti mengungkapkan, pada 2020 pandemi telah mengubah kondisi kemiskinan di Kota Depok. Indikator kemiskinan pada 2020 mengalami peningkatan menjadi 2,45 persen atau sekitar 60,43 ribu jiwa. Peningkatan jumlah penduduk miskin di Kota Depok tergolong wajar, mengingat resesi ekonomi yang terjadi sebagai dampak terjadinya pandemi berkelanjutan.

"Secara kualitas, kemiskinan di Kota Depok masih tetap menjadi yang terbaik di Jawa Barat, dimana indeks kedalamannya tetap terbaik di angka 0,29, sedangkan indeks keparahan kemiskinannya juga tetap yang terbaik di jawa barat dengan nilai 0,06,” ucap Mufti.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Biaya Hidup Paling Tinggi

Mufti menuturkan, meskipun Kota Depok sebagai kota termahal di Jawa Barat, namun kemiskinannya yang terbaik. Biaya untuk bisa hidup dengan layak di Kota Depok itu paling mahal se-Jawa Barat.

Jika seseorang yang sehari-hari hidup di Kota Banjar sebulannya hanya memerlukan biaya sekitar Rp 344.363, untuk dapat hidup dengan dasar minimal yang layak, di Kota Depok untuk standar minimal layak untuk bisa hidup sehari-hari di Kota Depok membutuhkan biaya Rp 688.194 per orang dan per bulannya.

“Alasan apa membandingkan dengan Kota Bajar? Karena Depok paling tinggi, jadi bisa dibandingkan dengan kota manapun di Jawa Barat,” tutup Mufti.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya