Liputan6.com, Jakarta Pandemi Covid-19 menyebabkan perekonomian Indonesia, khususnya di Jawa Tengah merosot. Data BPS terbaru menyebutkan bahwa hanya ada 3 sektor yang naik. Yakni industri teknologi informasi, industri kesehatan, dan pertanian.
"Selain itu merosot," jelas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Baca Juga
Hal tersebut Ganjar sampaikan dalam webinar Kagama Inkubasi Bisnis XX bertajuk Daya Tahan UMKM di Tengah Pandemi, Minggu (2/5/2021). Webinar tersebut digelar oleh PP Kagama bekerja sama dengan Pengda Kagama Jawa Tengah.
Advertisement
Ganjar mengatakan, jumlah usaha di Jawa Tengah menurut skala usaha berdasarkan hasil SUSENAS BPS adalah 4.174.210. 3.358 usaha besar.
Sementara, sebanyak 39,125 usaha menengah, 354.884 usaha kecil, dan sebanyak 3.776.843 usaha mikro.
"Sekarang yang mikro mungkin sudah menjadi 7 juta," ujar Ketua Umum PP Kagama ini.
Oleh karenanya, kata Ganjar, perkembangan usaha mikro di lapangan tergolong cepat. Ganjar lantas mencari tahu persoalan-persoalan yang dihadapi oleh para pelaku usaha mikro. Kata Ganjar, mereka lebih banyak menghadapi persoalan bagaimana cara menjual online.
"Maka Kagama Inkubasi Bisnis ini menarik untuk melatih mereka supaya bisa jualan online. Jadi mereka nggak cuma nawarin produk kalau lagi arisan, pengajian, rapat," ujar alumnus Fakultas Hukum UGM ini.
Ganjar bercerita tentang pengalamannya menggandeng beberapa marketplace untuk membina para pelaku UMKM. Kata Ganjar, begitu para pelaku UMKM diberi pelatihan dan pendampingan, serta berjualan di marketplace tersebut, penjualan bisa naik sampai 130 persen.
Di sisi lain, kata Ganjar, pandemi turut berdampak pada UMKM. Sebanyak 625.230 unit UMKM di Kabupaten/Kota terdampak Covid-19.
"Tenaga kerjanya susut, asetnya susut, omsetnya susut, dan itu rata-rata 30 an persen susutnya. Sektor UMKM makan-minuman itu ternyata paling banyak, yakni 70 persen," jelasnya.
Setelah dicari penyebabnya, kata Ganjar, permasalahan UMKM selama pandemi antara lain pemasarannya terbatas, rendahnya kemampuan UKM beradaptasi ke pemasaran digital, kesulitan bahan baku karena distribusi terhambat, dan kemampuan pembiayaan serta bertahan yang rendah.
Oleh karenanya, Ganjar terus mendorong inovasi agar UMKM di Jawa Tengah bisa bangkit.
Seperti yang tengah dia upayakan yakni menggelar beberapa pameran virtual dengan menggandeng pihak lain. Baik di dalam kota maupun luar negeri.
"Teman-teman kita dubes di beberapa negara juga ingin bantu," ujarnya.
Di samping itu, Ganjar juga mengoptimalkan fasilitas yang diberikan oleh negara seperti KUR, CSR dan Baznas. Beberapa instrumen tersebut dia gerakkan agar UMKM bisa lebih produktif.
Strategi selanjutnya, kata Ganjar, yakni mendorong dari sisi bahan baku, ketersediaan, kuantitas, kualitas, dan tata kelolanya.
Begitu juga dengan instrumen lain seperti tempat dan proses produksi, teknologi, inovasi, diversifikasi, waktu, dan kemasan.
Menurut Ganjar, dukungan tersebut penting bagi UMKM. Pasalnya, jika UMKM ini hidup sendiri, aspek entrepreneurshipnya juga jalan.
"Mereka membuat startup bisa berjalan, mereka kemudian menjadi pengusaha, tidak lagi kemudian minta-minta agar dibuatkan lapangan kerja dimana dia menjadi pegawai. Karena kesempatan untuk menjadi pegawai juga belum tinggi. Investasi juga belum terlalu menggembirakan," tegasnya.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Berharap Peran Kagama
Untuk itu, Ganjar mengajak warga Kagama untuk berperan serta mendukung UMKM di Jawa Tengah agar bangkit.
"Kita punya workshop kemasan. Kawan-kawan Kagama kalau punya desainer-desainer bagus jago kemasan, boleh dong dibagi," ujar dia.
"Nanti Jawa Tengah saya kasih sebagai lapangan untuk teman-teman bisa share, bisa mendampingi. Konkrit dan bisa kita kerjakan, seperti ketika teman-teman PP Kagama dengan Mas Anwar Sanusi kita membuat desa-desa inklusif itu menurut saya luar biasa," Ganjar memungkasi.
Â
Advertisement