BMKG: Waspadai Siklus 100 Tahunan Tsunami di Pesisir Jawa

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi gempa besar magnitudo 8,7 di pesisir Jawa Timur. Gempa besar ini bisa berdampak tsunami mengacu siklus 100 tahunan di wilayah selatan Jawa.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 15 Okt 2021, 07:31 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2021, 05:38 WIB
Ilustrasi tsunami
Ilustrasi tsunami (unsplash/ Holger Link)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi gempa besar magnitudo 8,7 di pesisir Jawa Timur. Gempa besar ini bisa berdampak tsunami mengacu siklus 100 tahunan di wilayah selatan Jawa.

"Ini merupakan siklus 100 tahunan yang harus kita waspadai," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Malang Ma'muri saat menyampaikan survei lokasi dan evakuasi di pesisir selatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (13/10/2021).

Untuk itu, BMKG meminta setiap pemerintah daerah yang memiliki kawasan pesisir selatan di Jatim untuk melakukan skenario mitigasi sejak dini.

Dia menyebut, salah satu daerah memiliki banyak kawasan pesisir yang berpotensi tsunami setinggi 24 meter adalah Kabupaten Tulungagung.

"Itu potensi, bisa terjadi bisa enggak. Ketika kita tahu ada potensi maka kita bisa bersiap," katanya.

Dari hasil modeling, jika terjadi gempa bermagnitudo 8,7, maka bisa memicu gelombang tsunami setinggi 24 meter setelah 30 menit kegempaan.

Dalam upaya memitigasi potensi megabencana itulah BMKG melakukan sosialisasi ke daerah-daerah rawan tsunami di Jawa Timur mulai Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, Jember hingga Banyuwangi.

"Kami langsung turun lapangan guna melakukan verifikasi jalur evakuasi dan titik evakuasi akhir yang sudah ada di masing-masing daerah," ujar seperti dikutip dari Antara.

Hasilnya, lanjut dia, sejauh ini hampir semua daerah telah memiliki pemetaan dan sarana pendukung jalur evakuasi serta titik evakuasi dirasa sudah aman.

"Kami ukur ketinggiannya ternyata sudah aman dari tsunami," katanya.

Edukasi Masyarakat

Selain jalur evakuasi, yang terpenting menurut Ma'muri adalah edukasi terhadap masyarakat saat terjadi tanda-tanda bencana. Khusus untuk tsunami, masyarakat diharapkan mengingat rumus 20 20 20.

Rumus ini berarti, jika terjadi gempa lebih dari 20 detik, warga punya waktu 20 menit untuk mengungsi ke tempat dengan ketinggian di atas 20 meter.

"Edukasi 20 20 20 tepat, tapi yang terpenting harus secara kontinyu (berkelanjutan), sebab terjadinya kapan kita tidak tahu," katanya.

Menurut catatan sejarah, pada 1818 pernah terjadi tsunami di selatan Jawa Timur. 

"Ilmuwan mengatakan itu siklus 100 tahunan, tapi belum tentu pas 100 tahun. Belum ada yang tahu kapan itu terjadi, tapi harus diwaspadai bersama," tandasnya.

Kabupaten Tulungagung sendiri memiliki garis pantai dengan bentang sepanjang kurang-lebih 64 kilometer. Ada sekitar 14 titik pantai yang sudah teridentifikasi, enam di antaranya merupakan pantai yang terdapat pemukiman.

Enam pantai berpenghuni itu adalah Pantai Sine, Sidem dan Klathak, Molang, Popoh, dan Pantai Gemah. "Itu pantai-pantai yang banyak penduduknya," kata Bupati Tulungagung Maryoto Birowo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya