Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar menyebut Nahdlatul Ulama (NU) tidak bisa lepas dari politik. Ia menilai NU justru bisa menjadikan politik di perangkat perjuangam yang lebih luas.
"Kalau disebut kembali ke khittah, itu bukan berarti melepaskan diri dari politik, tetapi justru menjadikan perangkat politik lebih luas,” katanya pada wartawan, Kamis (23/12/2021).
Baca Juga
Menurut Cak Imin, istilah NU kembali ke khittah tidak membuat NU antipolitik, melainkan menjadikan politik NU semakin canggih alias naik kelas.
Advertisement
”Karena demokrasi dan reformasi telah melahirkan kebebasan untuk menentukan arah politik, kemudian warga NU terorganisir maupun pribadi menjadi kekuatan politik sehingga akhirnya jabatan-jabatan publik bisa diambil melalui pemilihan secara langsung,” kata dia.
Wakil Ketua DPR RI itu menyebut, khittah yang dimaksud adalah NU harus bisa membaca lebih luas posisi perjuangan politiknya, ia menyebut seharusnya NU tidak lagi pada level jabatan publik, melainkan pada level kebijakan-kebijakan publik.
"Saya yakin peran politik NU sangat cerah. Masa depan NU sangat luas apabila semua kekuatan solid di dalam satu kekuatan yang kokoh. Kalau tidak, akan terulang lagi percerai beraian seperti yang terjadi di masa Fusi di dalam sebuah parpol maupun di masa proses marginalisasi politik Orde Baru yang akhirnya tidak produktif sama sekali,” urainya.
Perjuangan Bisa Tercapai Lewat Politik
Dengan berpoltik, lanjutnya, target perjuangan ummat bisa dicapai. Dia mencontohkan era Mendikbud Muhammad Nuh dan dilanjutkan M Nasir sebagai Menristekdikti, perguruan tinggi NU telah berkembang pesat.
”Inilah efektivitas kekuasaan dalam melahirkan target-target perjuangan. Justru khittah tadi yang membuat kita memiliki peran perjuangan di pemerintahan, kenegaraan, dan politik,” tandas Cak Imin.
Advertisement