Ridwan Kamil Kecam Aksi Kekerasan ke Ade Armando di Demo 11 April

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau akrab disapa Kang Emil angkat suara mengenai demo 11 April 2022, di mana sempat terjadi aksi kekerasan.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 12 Apr 2022, 09:59 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2022, 09:59 WIB
Program Pemirsa Budiman dari Ridwan Kamil.
Program ini ditujukan bagi masyarakat menengah ke bawah.

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau akrab disapa Kang Emil angkat suara mengenai demo 11 April 2022, di mana sempat terjadi aksi kekerasan.

Diketahui, Dosen Universitas Indonesia Ade Armando dipukuli massa yang berdemonstrasi di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (11/4/2022). Dia babak belur dihajar massa.

Menurut mantan Wali Kota Bandung ini, aksi kekerasan tersebut tidak sepatutnya terjadi, terlebih di bulan suci Ramadhan. Seharusnya, semua pihak bisa menahan diri.

"Kekerasan terhadap Ade Armando tidak semestinya terjadi, jika semua bisa menahan diri. Apalagi ini adalah bulan suci Ramadhan yang harus kita hormati," kata Kang Emil dalam akun Instagram pribadinya, seperti dilihat Liputan6.com, Selasa (12/4/2022).

Di lain sisi, dia juga membahas sejumlah aspirasi yang dibawa para pendemo, salah satunya yang menolak perpapanjangan maa jabatan presiden. Menurut Kang Emil hal tersebut memang berbeda dengan konstitusi yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945, di mana membatasi masa jabatannya hanya dua periode saja.

Meski demikian, sebagai penganut sistem politik demokrasi, Kang Emil meminta sudut pandang berbeda tersebut dapat diargumentasikan tanpa kekerasan.

"Yang setuju silakan argumenkan dengan baik dan yang tidak setuju argumenkan dengan baik. Setelah dimusyawarahkan dan bermufakat, berubah tidaknya, itulah kesepakatan yang harus dihormati. Apapun ekspresi argumentasinya, jangan pernah membawa kekerasan," kata dia.

 


Harus Dimusyawarahkan

Kang Emil mendefinisikan, demokrasi adalah sistem pemerintahan yang langsung atau tidak langsung dikendalikan oleh kuasa rakyat.

Menurut dia, rakyat menitipkan aspirasi dan keinginannya melalui sistem perwakilan baik perwakilan eksekutif maupun legislatif.

Karena itu, jika memang ada perbedaan dalam sudut pandang dan cara pikir, memang bisa dieksepresikan tapi dengan cara yang baik. Apapun wacananya.

"Sehingga jika ada narasi atau wacana di negeri ini yang berbeda dengan kesepakatan, tentulah harus diekspresikan dan dimusyawarahkan secara baik-baik. Apapun wacananya," kata Kang Emil.

Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengecam insiden pengeroyokan aktivis Ade Armando saat aksi demonstrasi di Gedung DPR RI, Senin (11/4/2022).

Dia menyebut kejadian itu sebagai tindakan para pengecut dan mencoreng wajah demokrasi.

"Saya mengecam tindakan anarkis para pengeroyok terhadap saudara Ade Armando," kata Moeldoko dikutip dari siaran persnya.

Dia menekankan bahwa pemerintah terbuka menerima kritik dan masukan dari masyarakat melalui berbagai saluran, termasuk melalui unjuk rasa.

Sayangnya, unjuk rasa yang sebelumnya berjalan tertib malah tercoreng dengan tindakan anarkis. Akibatnya, dosen Universitas Indonesia (UI) yang juga pegiat media sosial Ade Armando, dikeroyok pengunjukrasa lainnya.

Moeldoko pun meminta aparat keamanan tidak ragu-ragu mengambil tindakan tegas. "Cari (pelakunya), temukan, dan tindak tegas," jelas dia.

 


Kronologi

Sementara, Sekjen (PIS) Nong Darol Mahmada menjelaskan kronologi pengeroyokan Ade Armando di depan gedung DPR. Dia menjelaskan, kehadirannya bukan untuk ikut berdemo, hanya memberikan dukungan.

Selain itu, sekitar pukul 14.00 WIB Ade didampingi dua orang kameramen dan tim penulis, karena memang tujuan PIS adalah membuat konten terkait pergerakan.

"Tujuannya untuk membuat konten youtube dan media sosial Gerakan PIS," kata Nong dalam keterangannya.

Dia menegaskan, pada awalnya tidak ada masalah, bahkan beberapa media massa mewawancarai Ade Armando.

Bahkan, sekitar pukul 15.35 WIB tim sudah menyepakati perekaman dan saat itu posisi berada di depan pintu gerbang utama DPR.

Namun naas, saat mundur, Nong menyebut ada sejumlah massa yang memang mengawasi. Bahkan, tiba-tiba didatangi oleh seorang ibu-ibu tidak dikenal sambil memaki-maki.

"Makian ibu-ibu inilah yang merangsang massa untuk bertindak beringas. Mereka semua mengepung Ade Armando dan tim," klaim dia.

 


Dihampiri Sejumlah Orang

Saat mundur dan menuju pagar DPR dan menghindari lokasi, Ade Armando dihampiri sejumlah orang tak dikenal dan langsung menyerang. Bahkan, timnya sempat mencoba menolong.

"Karena tidak mungkin bisa menolong, tim yang terpental mencari polisi untuk meminta pertolongan. Polisi kemudian datang dan memberikan pertolongan," jelas Nong.

Menurutnya, Ade baru bisa dilarikan ke rumah sakit sekitar 18.00 WIB. Kini kondisinya masih terus mendapatkan pantauan dari dokter, lantaran disebut ada pendarahan dalam di bagian dada.

"Kami mengutuk keras perlakuan biadab terhadap Ade Armando. Perlakuan ini jelas menunjukan betapa kebiadaban telah menjadi pertunjukan yang memuakkan," jelas Nong.

"Kami berharap pihak aparat secepatnya menangkap pelaku penganiayaan terhadap Ade Armando. Sebab ini bukan insiden biasa. Ini adalah sejenis ancaman bagi siapa saja yang berusaha merawat akal sehat di Indonesia," sambungnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya