Liputan6.com, Jakarta - Cuaca hari ini di awal pekan, Senin (26/6/2022), langit pagi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) diprediksi cerah berawan.
Namun siang hingga malam hari nanti kondisi cuaca di wilayah Jabodetabek diprediksi akan turun hujan, demikian laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Advertisement
Baca Juga
Cuaca hujan dengan intensitas ringan hingga sedang diperkirakan guyur Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur siang hari nanti. Sedangkan pada malam hari nanti, hujan ringan hanya diprediksi turun di Jakarta Timur, sisanya berawan.
"Waspada potensi hujan disertai kilat/petir dan angin kencang dengan durasi singkat di Jakpus, Jaktim, dan Jaksel pada siang dan sore hari," papar peringatan dini BMKG.
Lalu di wilayah penyangga Jakarta, yaitu Bekasi, Jawa Barat, hujan ringan hingga sedang diperkirakan turun pada siang sampai malam hari nanti.
Sedangkan wilayah Depok, Jawa Barat, hujan berintensitas sedang diprediksi mengguyur pada siang hari, malam nanti waspada hujan petir.
Untuk Kota Bogor, Jawa Barat, waspada hujan petir diperkirakan guyur di siang hari, lalu hujan sedang pada malam hari nanti.
"Waspada potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pada siang hingga malam hari di sebagian wilayah Kabupaten Subang, Kab Cianjur, Kota Depok, Kabupaten dan Kota Bogor, Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabupaten Karawang," jelas peringatan dini BMKG.
Senada, hujan dengan intensitas ringan juga diperkirakan turun di Kota Tangerang, Banten pada siang hari nanti.
Berikut informasi prakiraan cuaca untuk wilayah Jabodetabek selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
 Kota |  Pagi |  Siang |  Malam |
 Jakarta Barat |  Cerah Berawan |  Hujan Sedang |  Berawan |
 Jakarta Pusat |  Cerah Berawan |  Berawan |  Berawan |
 Jakarta Selatan |  Cerah Berawan |  Hujan Sedang |  Berawan |
 Jakarta Timur |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Hujan Ringan |
 Jakarta Utara |  Cerah Berawan |  Berawan |  Berawan |
 Kepulauan Seribu |  Cerah Berawan |  Cerah Berawan |  Berawan |
 Bekasi |  Cerah Berawan |  Hujan Sedang |  Hujan Ringan |
 Depok |  Cerah Berawan |  Hujan Sedang |  Hujan Petir |
 Kota Bogor |  Cerah Berawan |  Hujan Petir |  Hujan Sedang |
 Tangerang |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perkembangan Terakhir Kondisi Kualitas Udara di Wilayah Jakarta dari BMKG
Penurunan kualitas udara di wilayah Jakarta dan sekitarnya memasuki pekan yang baru. Tercatat sejak tanggal 15 Juni 2022, konsentrasi PM2.5 mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya pada level 148 µg/m3 (mikrogram per meter kubik).
Menurut Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Dr Ardhasena Sopaheluwakan, menurunnya kualitas udara di wilayah Jakarta dan sekitarnya disebabkan oleh kombinasi antara sumber emisi dari kontributor polusi udara dan faktor meteorologi yang kondusif untuk menyebabkan terakumulasinya konsentrasi PM2.5.
Berdasarkan Perban Nomor 2 Tahun 2022 tentang Penyediaan dan Penyebaran Informasi Kualitas Udara yang mengatur terkait pewarnaan dan rentang konsentrasi per jam PM2.5, yaitu rentang nilai 0 - 15 µg/m3 dengan kategori Baik, 16 - 65 µg/m3 dengan kategori Sedang, 66 - 150 µg/m3 dengan kategori Tidak Sehat, 151 - 250 µg/m3 dengan kategori Sangat Tidak Sehat dan >250 µg/m3 dengan kategori Berbahaya.
Ini juga Berdasarkan PP RI No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, nilai baku mutu udara ambien untuk PM2.5 dalam waktu pengukuran 24 jam sebesar 65 µg/m3 kemudian diperketat dengan PP RI No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, nilai baku mutu udara ambien PM2.5 selama 24 jam yaitu sebesar 55 µg/m3.
Â
Advertisement
Hasil Pantauan BMKG
Ardhasena menjelaskan, hasil pantauan konsentrasi PM2.5 di BMKG Kemayoran Jakarta menunjukkan bahwa sepanjang bulan Juni 2022 ini konsentrasi rata-rata PM2.5 berada pada level 49.07 µg/m3.
"Konsentrasi PM2.5 memperlihatkan pola diurnal yang mengindikasikan perbedaan pola antara siang dan malam hari. Konsentrasi PM2.5 cenderung mengalami peningkatan pada waktu dini hari hingga pagi dan menurun di siang hingga sore hari. Khusus pada beberapa hari terakhir PM2.5 mengalami lonjakan peningkatan konsentrasi dan tertinggi berada pada level 148 µg/m3 pada tanggal 15 Juni 2022," kata Ardhasena, Jumat 24 Juni 2022.
Ditambahkan, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Dr. Dodo Gunawan, tingginya konsentrasi PM2.5, dibandingkan hari-hari sebelumnya juga dapat terlihat saat kondisi udara di Jakarta secara kasat mata terlihat cukup pekat/gelap.
Pada tanggal 16-17 Juni konsentrasi PM2.5 cenderung turun dibandingkan tanggal 15 Juni saat terjadi konsentrasi yang cukup tinggi.
"Namun terjadi kenaikan konsentrasi PM2.5 pada tanggal 18 Juni hingga mencapai 147,5 µg/m3. Pada hari ini tanggal 23 Juni 2022 konsentrasi PM2.5 berada di atas 80 µg/m3 pada pukul 8 hingga 9 pagi waktu Indonesia bagian barat (WIB)," jelas Dodo Gunawan.
Faktor-Faktor Penurunan Kualitas Udara
Seperti disampaikan dalam Siaran Pers BMKG tanggal 17 Juni 2022, beberapa faktor yang mempengaruhi konsentrasi PM2.5 tetap memberikan kontribusi pada penurunan kualitas udara di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Konsentrasi PM2.5 di Jakarta dipengaruhi oleh berbagai sumber emisi baik yang berasal dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial, maupun dari sumber regional dari kawasan industri dekat dengan Jakarta. Emisi ini dalam kondisi tertentu yang dipengaruhi oleh parameter meteorologi dapat terakumulasi dan menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi yang terukur pada alat monitoring pengukuran konsentrasi PM2.5;
2. Proses pergerakan polutan udara seperti PM2.5 dipengaruhi oleh pola angin yang bergerak dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Angin yang membawa PM2.5 dari sumber emisi dapat bergerak menuju lokasi lain sehingga menyebabkan terjadinya potensi peningkatan konsentrasi PM2.5. Pola angin lapisan permukaan memperlihatkan pergerakan massa udara dari arah timur dan timur laut yang menuju Jakarta, dan memberikan dampak terhadap akumulasi konsentrasi PM2.5 di wilayah ini;
3. Peningkatan konsentrasi PM2.5 memiliki korelasi positif atau hubungan yang berbanding lurus dengan kadar uap air di udara yang dinyatakan oleh parameter kelembapan udara relatif. Pada beberapa hari terakhir, tingginya kelembapan udara relatif menyebabkan peningkatan proses adsorpsi yang dalam istilah teknisnya merujuk pada perubahan wujud dari gas menjadi partikel. Proses ini menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi PM2.5 yang difasilitasi oleh kadar air di udara;
4. Selain itu, kelembapan udara relatif yang tinggi dapat menyebabkan munculnya lapisan inversi yang dekat dengan permukaan. Lapisan inversi merupakan lapisan di udara yang ditandai dengan peningkatan suhu udara yang seiring dengan peningkatan ketinggian lapisan. Dampak dari keberadaan lapisan inversi menyebabkan PM2.5 yang ada di permukaan menjadi tertahan, tidak dapat bergerak ke lapisan udara lain, dan mengakibatkan akumulasi konsentrasi partikulat yang terukur di alat monitoring.
Advertisement
Stagnasi Pergerakan Udara
Selain beberapa faktor yang telah diuraikan di atas, penyebab lain yang berkontribusi pada memburuknya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya adalah adanya stagnasi pergerakan udara yang menyebabkan polutan udara yang telah terakumulasi di wilayah ini tidak beranjak dan berimbas pada kondisi yang cenderung bertahan lama.
Kondisi stagnasi udara ditandai oleh kecepatan angin rendah yang tidak hanya berimbas pada akumulasi PM2.5, tetapi juga dapat memicu produksi polutan sekunder udara lain seperti ozon permukaan (O3), yang keberadaannya dapat diindikasikan dari penurunan jarak pandang.
Masyarakat diimbau untuk menggunakan pelindung diri seperti masker yang sesuai untuk dapat mengurangi tingkat paparan terhadap polutan udara di luar ruangan.
"Masyarakat diimbau pula untuk terus memperoleh dan memanfaatkan informasi dan prediksi cuaca maupun iklim terkini dari BMKG," imbau Dodo.