Laporan TGIPF Kanjuruhan: Suporter Panik Usai Polisi Menembakkan Gas Air ke Tribun

Dalam laporan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan disebutkan bila penonton awalnya masih tenang saat terjadi kericuhan di Stadion Kanjuruhan usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 19 Okt 2022, 03:05 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2022, 03:05 WIB
Tragesi Stadion Kanjuruhan Malang
Aparat keamanan melepas tembakan gas air mata untuk menghalau massa dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu, 1 Oktober 2022 (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Jakarta Dalam laporan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan disebutkan bila penonton awalnya masih tenang saat terjadi kericuhan di Stadion Kanjuruhan usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya.

Namun para penonton menjadi panik dan berdesak usai polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun.

"Situasi makin mencekam ketika aparat dari satuan Brimob menembakkan gas air mata ke arah Tribun, dimana semula penonton/suporter dalam keadaan normal menjadi ikut panik, sehingga memicu untuk segera turun dari Tribun dengan berebutan menuju pintu keluar stadion yang sudah sangat penuh sesak oleh penonton/suporter yang dari dalam lapangan," demikian isi laporan dikutip Selasa (18/10/2022).

Dalam laporan disebutkan bila korban meninggal dunia diduga diawali dari dampak gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan dan asapnya menyebar dengan masif ke segala arah, sehingga menimbulkan kepanikan para penonton atau suporter yang berada di dalam lapangan.

Usai aparat keamanan menembakkan gas air mata ke arah Tribun, suasana makin mencekam lantaran penonton berusaha mencari udara segar. Karena saling berdesak-desakan, maka terjadi injak-menginjak.

"Dan di sinilah terjadi korban bergelimpangan dan diduga di sinilah penyebab banyaknya korban meninggal dunia," demikian isi laporan.

 

PSSI Masih Menunggu Evaluasi

Sementara, PSSI masih enggan memberi komentar terkait rekomendasi TGIPF yang menyarankan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan untuk mundur dari jabatannya.

Ini menyusul tragedi kemanusiaan yang terjadi selepas laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu, 1 Oktober 2022.

Anggota Exco PSSI Vivin Cahyani mengatakan pihaknya masih akan menunggu hasil evaluasi task force sebelum resmi membuat keputusan terkait rekomendasi TGIPF.

Hal ini disampaikannya kala ditemui di Kantor PSSI yang berlokasi di GBK Arena, Senayan pada Selasa (18/10/2022).

"Jadi kalau dari kita, tetap menunggu hasil evaluasi dari task force yang akan dibentuk, dan selanjutnya teman-teman media pasti akan diberikan hasil evaluasi," ujarnya kepada awak media.

"Mohon doanya, mohon dukungan buat PSSI, mohon dukungan juga untuk sepak bola nasional. Mudah-mudahan kejadian ini bukan lagi menjadi momen untuk keterpurukan kita, tetapi menjadi momen kebangkitan untuk prestasi sepak bola," sambung Vivin.

 

Rekomendasi

Seperti diketahui, TGIPF telah menyerahkan kesimpulan dan hasil investigasi Tragedi Kanjuruhan kepada Presiden Joko Widodo, beberapa waktu lalu.

Dalam keterangannya, Ketua Umum TGIPF Mahfud Md menyebut pengurus PSSI dan sub-sub organisasinya perlu bertanggung jawab atas tragedi yang menewaskan lebih dari 130 orang itu.

"Secara normatif, pemerintah tidak bisa mengintervensi PSSI. Namun, dalam negara yang memiliki dasar moral dan etik, serta budaya adiluhur, sudah sepatutnya Ketua Umum PSSI dan seluruh jajaran Komite Eksekutif mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban moral atas jatuhnya korban sebanyak 712 orang," bunyi dokumen TGIPF kala itu.

"Di mana saat laporan ini disusun, sudah mencapai 132 orang meninggal dunia, 96 orang luka berat, 484 orang luka sedang/ringan, yang sebagian bisa saja mengalami dampak jangka panjang"

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya