BKSAP: Penghapusan Ketimpangan Kesehatan di Asia-Pasifik Harus jadi Prioritas

Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana mengatakan penghapusan ketimpangan kesehatan di kawasan Asia-Pasifik harus menjadi prioritas.

oleh Andrie Harianto diperbarui 01 Nov 2022, 17:37 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2022, 17:28 WIB
Atasi Perubahan Iklim, BKSAP: Indonesia Komitmen Capai Emisi Nol Bersih di 2060
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana dalam “2nd Session Parliamentary Forum in The Context of The G20 Parliamentary Speaker’s Summit (P20)”

Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana mengatakan penghapusan ketimpangan kesehatan di kawasan Asia-Pasifik harus menjadi prioritas karena hak untuk menikmati standar kesehatan telah disebutkan dalam instrumen hak asasi manusia pada level internasional.

"Termasuk Kovenan Internasional untuk Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR) yang telah diratifikasi Indonesia. Saya harus menggarisbawahi bahwa tanpa penduduk dan warga negara yang sehat, kita tidak akan mampu pembangunan sosial-ekonomi yang lebih maju," kata Putu di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, upaya mengurangi dan menghapus ketimpangan kesehatan harus menjadi agenda prioritas negara-negara di kawasan Asia-Pasifik.

Karena itu dia menilai mengatakan target pemerataan kesehatan seperti yang ditetapkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030 membutuhkan sumber daya yang kuat termasuk dari aspek keuangan yang memadai.

Namun menurut dia, COVID-19 telah memberikan pelajaran kepada kita semua bahwa parlemen harus memiliki kemauan politik dan komitmen yang kuat dalam mengatasi berbagai hambatan kesehatan.

Di tingkat nasional dia menilai, masing-masing negara harus lebih intens memobilisasi sumber daya yang tersedia secara maksimal untuk mencapai pemerataan kesehatan.

Dia mengatakan setiap negara memiliki kapasitas dan kapabilitas yang berbeda dalam meningkatkan sistem kesehatannya, termasuk infrastruktur, pendanaan, hingga sumber daya manusia.

"Tentunya kondisi tersebut dapat mempengaruhi akses individu ke layanan kesehatan primer. Untuk itu kita harus memperkuat kerja sama di kawasan Asia-Pasifik, termasuk dalam hal perdagangan, investasi serta peningkatan kapasitas di bidang kesehatan," katanya.

 

Cakupan Kesehatan

Putu mengatakan Indonesia akan terus mengadvokasi implementasi Dana Perantara Keuangan (FIF) global, yaitu berupa mekanisme pembiayaan multilateral yang didedikasikan dalam mengatasi kesenjangan pembiayaan untuk kesiapsiagaan, pencegahan dan responsivitas (PPR) pandemi.

Menurut dia, untuk mendukung penanggulangan dan pencegahan penyakit di Indonesia, Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga telah dilaksanakan sejak lama.

"Program tersebut diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan," ujarnya.

Menurut dia, dalam meningkatkan sistem kesehatan, Indonesia terus berupaya untuk mencapai cakupan kesehatan yang komprehensif melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Dia menilai program tersebut dirancang untuk memberikan perlindungan dan manfaat kesehatan bagi semua warga negara, termasuk mereka yang hidup dalam kemiskinan.

Putu mengatakan, hingga saat ini perlindungan melalui JKN telah mencapai lebih dari 226 juta peserta atau 84 persen dari total penduduk Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya