Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Psikologi Forensik (APFISOR) Reni Kusuma Wardhani melakukan asesmen psikologis terhadap terdakwa mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawati, Ricky Rizal Wibowo, Richard Eliezer Pudihang Lumui, dan Ku'at Maruf.
Jaksa Penuntut Umum (JPU) menghadirkan Reni Kusuma Wardhani untuk memberikan kesaksian dalam sidang kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
"Fokusnya adalah pada profile psikologis masing-masing pihak yang kemudian dikaitkan dengan perilaku yang terkait dengan perkara ini," kata Reni di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (21/12/2022).
Advertisement
Baca Juga
Reni menerangkan, 12 orang dari Himpunan Psikolog Indonesia (HPI) dilibatkan untuk melakukan asesmen psikologis yang dimulai sejak 28 Juli 2022 sampai 24 Agustus 2022.
Khusus Brigadir J, tim mewawancara keluarga di Jambi, teman-teman dekat, teman kerja semasa di Jambi, teman sekolah, dan juga teman kerja di Jakarta.
Secara keseluruhan, sekitar 30 orang yang dilakukan interograsi secara mendalam.
"Untuk korban Yosua kami menggunakan metode yang lazim digunakan di dalam psikologi. Yaitu metode retro perspektif. Kami mencari data dari orang-orang signifikan," ujar Reni.
Reni mengungkapkan, metode pemeriksaan menggunakan pendekatan multi method. Pertama, menggunakan rangkai battery test terdiri dari berbagai alat tes psikologi untuk mengukur kepribadian.
"Kita tidak hanya menggunakan satu alat tes saja begitu juga untuk kecerdasan dan juga kondisi emosi psikososial dari para tersangka dan yang sekarang menjadi terdakwa," ujar dia.
Ferdy Sambo Miliki Kercedasan di atas Rata-Rata
Sementara itu, dalam proses analisis mengacu pada penelitian-penelitian serta teks book teoritis konsep psikologi. Diakuinya, Reni bersama tim menggunakan cukup banyak teori untuk menganalisis masing-masing terdakwa.
"Jadi kami berbeda di dalam menganalisis. Karena karakteristik kepribadian masing-masing dan typologi perilakunya berbeda maka landasan teoritik, konsep-konsep psikologi yang kami gunakan berbeda untuk masing-masing pihak," ujar dia.
Reni diminta jaksa membeberkan hasil analisis psikologis terdakwa Ferdy Sambo.
"Bisa ibu jelaskan dari terdakwa Ferdy Sambo kemudian disusul Putri Candrawathi dan seterusnya," pinta Jaksa.
Reni mengungkapkan, Ferdy Sambo memiliki kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan abstraksi, dan kreativitasnya sangat baik.
Secara umum, kata Reni cara berpikirnya lebih ke arah praktis dibanding teoritis dan pola kerjanya tekun. Selanjutnya, motivasi bekerjanya tinggi untuk mencapai target bahkan melebihi dari target yang diberikan kepadanya.
"Itu secara umum," ujar dia.
Advertisement
Ferdy Sambo Disebut Pribadi Kurang Percaya Diri
Reni melanjutkan menerangkan tipe kepribadian Ferdy Sambo. Pada dasarnya, merupakan individu yang kurang percaya diri dan membutuhkan orang lain dalam bertindak dan mengambil keputusan terutama hal-hal yang besar.
Reni mengatakan, Ferdy Sambo merasa nyaman apabila ada orang-orang yang melindungi.
Sedangkan, dalam situasi dan kondisi normal Ferdy Sambo akan terlihat dan sebagai figur yang baik dalam kehidupan bersosial dan patuh terhadap aturan norma.
"Dapat menutupi kekurangannya dari masalah-masalahnya. Jadi bukan berarti yang bersangkutan tidak mampu melanggar norma dan menggunakan kecerdasannya untuk melindungi diri di dalam situasi-situasi terdesak," ujar Reni.
Reni menerangkan, sebagai orang Sulawesi Selatan, Ferdy Sambo memegang teguh budaya siri'na pacce.
"Memang mempengaruhi bagaimana pertimbangan-pertimbangan keputusan dan emosi serta kepribadian dari bapak Ferdy Sambo," ucap dia.
Sambo Tidak Bisa Menahan Emosi Jika Harga Diri Terganggu
Reni mengungkapkan, Ferdy Sambo tidak bisa menguasai emosi atau mengkontrol diri apabila self esteem atau harga diri terganggu.
"Kemudian dapat menjadi orang yang dikuasai emosi, tidak terkontrol, tidak dapat berpikir panjang dan tindakan yang dilakukan," ujar dia.
Jaksa menimpali jawaban yang diberikan Reni.
"Sekalipun itu terjadi pada pribadi yang telah lama bergelut di bidang hukum? Dan memang sudah mempunyai pengalaman yang sangat banyak di bidang reserse itu pun tidak bisa mengendalikan emosinya. Padahal, dia sehari-hari berhubungan dalam tanda kutip penjahat," tanya Jaksa.
"Iya betul dalam keadaan normal ada upaya rasional untuk mengendalikan diri, tetapi dalam situasi memang ada hal yang menggangu kondisi emosinya. Dan self esteem itu yang kemudian bisa menjadi orang yang sangat dikuasi emosi," jawab Reni.
Jaksa kembali memperdalam jawaban Reni dengan melontarkan pertanyaan lain.
"Tadi saya tertarik dengan ada kebutuhan tinggi dukungan dari orang lain terutama ambil keputusan besar atau beresiko penting? Apakah ini juga bisa internal dalam dirinya bisa terefleksikan dari bekerja sama dari orang yang dia percayai," tanya Jaksa.
"Betul pak. Bisa seperti itu," ucap Reni.
"Artinya dia membutuhkan dukungan dan masukan dari orang-orang sekitar yang dia percaya untuk mengambil keputusan besar," tanya jaksa.
"Iya bisa seperti itu," Reni mengakhiri.
Advertisement