Liputan6.com, Jakarta PDIP memberikan apresiasi kepada UIN Sunan Kalijaga lantaran telah memberikan gelar Doktor Kehormatan atau Honoris Causa (HC) kepada Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, Ketua PP Muhammadiyah periode 2005-2010 Sudibyo Markus, dan Presiden Badan Kepausan untuk Dialog Lintas Agama Vatikan Cardinal Miguel Angel Ayuso Guixot.
"Melalui perguruan tinggi, agama dan ilmu pengetahuan bersama-sama memperjuangkan bekerjanya kemanusiaan dengan menebar kebaikan," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, dalam keterangannya, Senin (13/2/2023).
Baca Juga
Menurut dia, pemberian gelar tersebut menunjukkan luasnya cakrawala berpikir UIN Sunan Kalijaga yang semakin mengukuhkan jati dirinya sebagai jembatan persaudaraan dunia dalam keragaman kemanusiaan.
Advertisement
"PDI Perjuangan merasa bangga, bagaimana UIN Sunan Kalijaga menjadi pelopor perjuangan kemanusiaan dengan mengedepankan toleransi, persaudaraan sejati seluruh umat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagaimana disampaikan dalam Al-Quran Surat Al-Hujarat ayat 13 yang dibacakan pada saat pembukaan," ungkap hasto.HDia menuturkan, apa yang telah dilakukan UIN Sunan Kalijaga semoga menjadi inspirasi perguruan tinggi Indonesia lainnya.
"Tentang pentingnya membangun kerja sama internasional dan menjadikan perguruan tinggi sebagai pelopor pembangunan peradaban Indonesia untuk dunia," pungkasnya.
Penguasan Teknologi dan Pengetahuan Penting
Sebelumnya, Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menyatakan Indonesia membutuhkan kepemimpinan intelektual sebagai pemimpin bangsa di masa depan. Indonesia butuh pemimpin yang menyadari bahwa ketertinggalan Indonesia selama ini di berbagai aspek salah satunya adalah akibat adanya gap penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal itu diungkap Hasto ketika berbicara di hadapan mahasiswa Universitas Pertahanan (Unhan) RI yang melakukan kunjungan lapangan ke pabrik petrokimia milik negara, PT Pupuk Kujang, di Cikampek, Jawa Barat, Rabu (18/1/2023).
“Kepemimpinan intelektual itu artinya bisa membaca arah ke depan berbasis pada ilmu pengetahuan. Dengan membaca buku dan berdiskusi, kita tahu arah masa depan dan kita bisa tentukan migrasi terpendek mencapai masa depan itu,” kata Hasto yang saat ini tercatat sebagai dosen pengajar di Unhan.
Advertisement