Survei Indikator: Elektabilitas Erick Thohir Meningkat, Semakin Kuat Jadi Cawapres di Pemilu 2024

Lembaga penelitian Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei yang dilakukan pada dua periode Februari dan Maret 2023, di mana salah satunya melihat elektabilitas dari sejumlah tokoh yang maju di Pemilu 2024, khususnya sebagai calon wakil presiden.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 26 Mar 2023, 14:40 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2023, 14:40 WIB
Arus Baru Muslimah Ikrar Menangkan Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019
Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Erick Thohir memberi sambutan dalam deklarasi dukungan Arus Baru Muslimah terhadap capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo dan Ma'ruf Amin di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (24/2). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Lembaga penelitian Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei yang dilakukan pada dua periode Februari dan Maret 2023, di mana salah satunya melihat elektabilitas dari sejumlah tokoh yang maju di Pemilu 2024, khususnya sebagai calon wakil presiden.

Hasilnya, Menteri BUMN Erick Thohir masuk dalam salah satu nama yang mendapatkan banyak kepercayaan masyarakat, terutama terkait kontestasi menjadi calon wakil presiden.

"Terkait preferensi publik terhadap calon wakil presiden, Erick Thohir tampak menunjukkan perubahan paling positif ketimbang nama-nama lainnya," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam rilisnya secara virtual, Minggu (25/3/2023).

Adapun survei kali ini bertajuk "Dinamika Elektoral Capres dan Cawapres Pilihan Publik Dalam Dua Surnas Terbaru".

Menurut Burhanuddin, hanya Erick Thohir yang menunjukkan peningkatan dukungan pada simulasi 18 nama semi terbuka, sementara nama lainnya cenderung stagnan.

“Pada simulasi Sembilan nama calon wakil presiden, Erick Thohir, Sandiaga Uno, dan AHY menunjukkan peningkatan dukungan, tapi Erick Thohir cenderung meningkat paling besar,” ungkap Burhanuddin.

 

Sementara pada simulasi 7 nama Cawapres, elektabilitas Erick Thohir meningkat dari 19,6% pada Desember 2022 menjadi 21,3%. Begitu pula dengan simulasi 5 nama Cawapres, elektabilitas Erick Thoir melonjak dari 12,9% pada November 2022 dan 13,2% pada Desember 2022 menjadi 17,4% pada Februari 2023.

Burhanuddin menyebutkan bahwa elektabilitas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menurun dibandingkan dengan elektabilitas Erick Thohir. Pada simulasi 5 nama, elektabilitas Ridwan Kamil menurun dari 25,2% pada November 2022 dan 25,9% pada Desember 2022 menjadi 22,0% pada Februari 2023.

“Di antara lima nama cawapres, perubahan terjadi terutama pada Ridwan Kamil dan Erick Thohir yang menunjukkan pola terbalik. Pada saat elektabilitas Ridwan Kamil menurun signifikan kedipilihan Erick Thohir justru meningkat tajam,” ungkapnya.

Kelima nama yang masuk pada simulasi 5 nama tersebut adalah Ridwan Kamil, Erick Thohir, Sandiaga Uno, Khofifah Indah Parawansa, dan Agus Harimukti Yudhoyono

Adapun survei dilakukan dalam dua periode. Survei dilakukan pada periode Februari dan Maret 2023.

Pada periode pertama, dilakukan pada 9-16 Februari dengan 1.220 responden. Kedua, jajak pendapat berlangsung pada 12-18 Maret, menempatkan 800 responden. Margin of error 2,9 dan tingkat kepercayaan 95 persen.

 

Erick Thohir Punya Pengalaman

Sebelumnya, Nama Menteri BUMN dan Ketua Umum PSSI Erick Thohir dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) disebut-sebut menjadi kandidat kuat calon wakil presiden di Pemilu 2024.

Meski demikian, Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari meminta jangan dibandingkan antar keduanya. Terlebih mencoba menyamakan kekuatan AHY seperti ayahnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Memang keduanya Ketum Partai Demokrat, walaupun harus dikatakan juga bahwa AHY itu bisa jadi Ketum Demokrat karena faktor pak SBY. Sementara Pak SBY jadi Ketum Demokrat karena faktor dirinya sendiri," kata dia kepada Liputan6.com, Jumat (24/3/2023).

Selain itu dari segi pengalaman jelas jauh berbeda. Di mana SBY pernah menjadi menteri sedangkan AHY tak pernah sama sekali punya pengalamannya.

"SBY bertarung di pemilihan langsung, dia menang dua kali, AHY bertarung di pilkada kalah putaran pertana tahun 2017," jelas Qodari.

Sehingga, persepsi SBY berbeda dengan AHY dan tidak bisa disamakan keduanya. Bahkan, elektabilitas AHY tidak mungkin sama dengan ayahnya.

Berbeda dengan Erick Thohir, di mana dia menjabat sebagai menteri kemudian hasil-hasil kerjanya sudah kelihatan.

"Menindak tegas penyelundupan Harley dan brompton di pesawat Garuda oleh direksi Garuda, kemudian menindak tegas penyalahgunaan di Jiwasraya," kata dia.

Erick juga membenahi BUMN dengan klasterisasi, bahkan yang tidak bisa eksis dapat dihilangkan supaya dapat efisien dan dilakukan merger.

"Lalu tren laba BUMN juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, itu kan semua prestasi ditambah kegiatan-kegiatan Erick Thohir yang juga melibatkan 'kolam suara yang besar misalnya NU," papar Qodari.

 

 

Reporter: Alma Fikhasari/Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya