Liputan6.com, Jakarta - Sampah makanan memiliki dampak buruk terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. Secara global, sampah makanan menimbulkan 4,4 giga ton emisi karbon dan berbagai risiko lainnya, seperti kelangkaan air, erosi tanah, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Menanggapi hal itu, EdenFarm berkolaborasi dengan FoodCycle Indonesia (FCI) dan Campaign mengaskan komitmen untuk mengurangi sampah makanan.
Baca Juga
“Berangkat dari permasalahan ini, EdenFarm dan FCI mengajak masyarakat berkontribusi melalui cara-cara inovatif, salah satunya dengan kampanye sosial di aplikasi Campaign #ForChange,” kata Head of Eden Processed Food, Samuel Honesta, saat webinar bertema Kuliah Kuliner: Sulap Sisa Makanan Jadi Cuan, Kamis (11/5/2023).
Advertisement
Samuel mengatakan, sebanyak 214 pendukung kampanye telah berpartisipasi dengan mengambil foto piring bekas makan yang bersih tanpa sisa. Hal ini dilakukan sebagai ajakan mencegah sampah makanan.
“Kampanye ini telah berhasil meng-unlock donasi senilai Rp10.000.000 dari EdenFarm untuk mendukung keperluan logistik FCI dalam menyalurkan makanan kepada mereka yang membutuhkan di kawasan Jabodetabek, sebagai upaya mencegah stunting, dan berkontribusi dalam ketahanan pangan,” jelas Samuel.
Samuel melanjutkan, Webinar dihadiri 82 peserta yang terdiri dari pelaku usaha kuliner dan umum agar dapat mengelola sisa makanan yang ramah lingkungan bersama para ahli berpengalaman. Dalam diskusi, diperkenalkan EdenFarm sebagai startup industri pangan dan kuliner yang berpartisipasi secara aktif dalam mencegah sampah makanan.
“Saat ini, EdenFarm telah mencapai hampir zero waste dalam proses operasional perusahaan. Para mitra EdenFarm, yaitu pelaku bisnis kuliner juga turut berpartisipasi dalam usaha pencegahan food waste,” ungkap Samuel.
Samuel menambahkan, dalam aplikasi belanja EdenFarm tersedia fitur pembelian produk pangan dengan kuantitas kecil yang dapat digunakan oleh para mitra untuk meminimalisir food waste.
Pengelolaan Sampah Makanan
Senada dengan Samuel, Co-Owner Doux Cookies dan Bakmi Djie Tjap, Mira Surlaya, mengaku terus memaksimalkam manajemen pengelolaan sampah makanan dalam bisnis kulinernya. Menurut pengalamannya, untuk memaksimalkan food waste adalah dengan mencermati setiap bahan baku digunakan.
“Seperti tulang ayam yang tidak bisa disajikan sebagai lauk, dialihkan sebagai bahan baku membuat kaldu. Hal ini berkaitan dengan pemahaman pengusaha tentang Cost of Goods Sold (COGS) atau biaya langsung yang digunakan dalam produksi,” urai Mira.
Mira yakin, jika bisa menghitung COGS dengan baik dan benar, dengan sendirinya manajemen food waste bisa tercapai.
“Sebab tujuannya meng-cover semua kebutuhan, tidak membuat kerugian, dan tidak menyisakan bahan sedikit pun,” jelas Mira.
Sejalan dengan nilai yang diusung, FCI memiliki cara lain dalam manajemen food waste. Caranya, makanan yang masih layak, namun kurang baik secara estetika (ugly food) dikreasikan menjadi makanan lezat.
“Misalnya, pisang yang sudah terlalu matang atau berbintik hitam diolah menjadi pisang goreng atau banana cake. Selain itu, bagian tengah tomat (pulp) yang tadinya dibuang dapat diolah menjadi produk Spicy Marinara Sauce,” ujar General Manager FCI, Cogito Ergo Sumadi Rasan.
Cogito menyampaikan, kolaborasi ini merupakan salah satu solusi mengatasi sampah makanan dan sebagai sebuah NGO non-profit yang bergerak di bidang bank makanan, FCI sangat senang bisa berkolaborasi dengan EdenFarm.
“Dengan adanya webinar ini, FCI dapat lebih dikenal, baik di masyarakat, juga stakeholder di bidang F&B dan FMCG dan harapannya semakin banyak lagi pihak yang bisa bahu-membahu mengatasi masalah sampah makanan dan isu kelaparan,” dia menandasi.
Advertisement