Liputan6.com, Jakarta - Terkadang, orang tidak tahu makanan apa yang harus dibeli untuk buka puasa, sehingga sebagian orang membeli dalam jumlah banyak hanya untuk kesenangan sendiri. Karena itu, terjadilah pemborosan makanan karena orang terlalu kenyang setelah berbuka puasa.
Sebuah bazar Ramadan di Malaysia punya cara unik untuk memperingatkan orang-orang lapar mata yang berpotensi menyumbang tumpukan sampah makanan. Sebuah video memperlihatkan sekelompok anak muda menggelar fashion show bertema makanan di sebuah bazar Ramadan, baru-baru ini.Â
Advertisement
Baca Juga
Says merangkum dari akun TikTok @anistaqwa, pergelaran busana tidak biasa itu bermaksud mengimbau masyarakat agar tidak menyia-nyiakan makanan. Fashion show ini terdengar diiringi pemukulan kompang, alat mudik tradisional yang mirip dengan gendang.
Advertisement
Klip tersebut menuai beragam reaksi. Sebagian tidak setuju dengan parade busana tersebut, karena menganggapnya "salah tempat." "Bagaimana dengan rantai makanan cepat saji dan restoran?" kata seorang pengguna. Sementara itu, ada yang bermaksud mengedukasi sesama warganet.
"Buat orang yang kurang paham, perlu diketahui bahwa Ramadan, biasanya karena makanan berbuka, membuat jumlah sampah makanan bertambah setiap Bulan Suci. Menurut saya, kampanye ini sudah benar, karena bazar Ramadan jadi salah satu tempat orang beli makanan buka puasa," sahut yang lain.
"Semoga yang dipake model itu bukan makanan sungguhan. Kalau iya, masa mau dimakan? Kalau tidak, sama saja jadi mubazir," menurut seorang warganet. "Saya pikir ini ide yang bagus," timpal warganet berbeda.
Tidak Hanya di Malaysia
Tidak hanya di Malaysia, Indonesia juga menghadapi ancaman serupa. Limbah makanan selama Ramadan umumnya berkaitan dengan perilaku konsumsi berlebihan yang sering kali karena lapar mata.
Business Development FoodCycle Indonesia, Kukuh Napaki, menyebut bahwa fenomena lapar mata saat membeli takjil dan makanan berbuka menyebabkan banyaknya sisa makanan, karena sudah terlalu kenyang atau rasanya tidak sesuai ekspektasi. "Akhirnya terbuang," katanya melalui pesan pada Lifestyle Liputan6.com, Rabu, 5 Maret 2025.
"Selain itu," ia menambahkan. "Banyak rumah tangga dan institusi yang memasak atau menyajikan makanan dalam jumlah lebih besar karena acara buka puasa bersama."
Di skala rumah tangga, homecooking enthusiast Alun Rahma menyarankan untuk lebih dulu merencanakan menu dan porsi sajian demi mencegah maupun mengurangi sampah dapur. "Bila punya rencana masak, kita akan belanja sesuai kebutuhan, tidak berlebihan," ungkapnya melalui pesan terpisah, Sabtu, 8 Maret 2025.
"Bahan makanan yang dibeli tanpa rencana biasanya tidak akan termasak dan jadi sampah dapur. Selain, perlu juga konsistensi mengolah bahan makanan di dapur agar tidak berujung busuk dan terbuang jadi sampah," ia menyambung.
Advertisement
Cegah Sampah Makanan
Narasi itu diaminkan Kukuh. Ia berkata, "Sebagai individu, kita bisa merencanakan menu harian, membeli makanan sesuai kebutuhan, dan menghindari belanja impulsif saat berburu takjil. Kemudian, institusi dan pelaku bisnis bisa mengadopsi sistem manajemen stok yang lebih baik, menyusun porsi sajian dengan cermat, serta berkolaborasi dengan organisasi, seperti FoodCycle Indonesia, untuk mendistribusikan makanan berlebih pada yang membutuhkan."
Menurut Alun, kebiasaan masak tanpa mempertimbangkan kebutuhan menu keluarga jadi salah satu sebab munculnya sampah makanan dari dapur rumah. "Saat masak untuk buka puasa, kita terkadang membuat beberapa menu dan beraneka takjil, padahal kita hanya akan makan secukupnya saat berbuka, membuat menu yang dimasak tadi sisa banyak."
"Sisa makanan ini terkadang tidak langsung disimpan untuk diolah kembali, tapi hanya dibiarkan dan akhirnya jadi sampah," tuturnya. Membeli banyak bahan masakan, namun tidak disimpan dengan baik pun berpotensi menyumbang tumpukan limbah makanan.
"Cara mengubahnya bisa dengan membuat rencana masak, apa dan untuk berapa porsi, agar kita bisa belanja secukupnya guna memininalisir sisa bahan makanan yang kita hasilkan," ia menyarankan. Pun ternyata ada sisa makanan, itu harus dicek dulu, apakah ternyata masih bisa diolah atau tidak.
Sampah Makanan Meningkat Saat Ramadan
Alun menyambung, "Jika (sisa makanan) masih bisa dimanfaatkan, sebaiknya disimpan dengan benar untuk diolah lagi jadi menu lain. Misalnya, ada nasi sisa yang masih layak konsumsi, itu bisa kita simpan dan masak lagi untuk nasi goreng, bubur, atau bakwan nasi."
Sementara itu, Kukuh menyarankan untuk didistribusikan makanan sisa yang layak konsumsi ke orang yang membutuhkan di sekitar area masing-masing. "Juga, bisa melalui bank makanan atau komunitas sosial, seperti FoodCycle Indonesia. Jika sudah tidak bisa dikonsumsi, makanan sisa dapat diolah jadi kompos atau pakan ternak agar tetap bermanfaat," ujarnya.
Menyambung, Alun merekomendasikan publik lebih dulu memilah sampah dapur agar bisa diolah secara tepat guna. Misalnya, ia mencontohkan, sampah kulit bawang bisa diolah sebagai pestisida alami untuk tanaman. Kemudian, sampah sisa makanan biasanya dimanfaatkan untuk makan ternak.
"Jika sampahnya tidak memungkinkan untuk pakan, baru diolah jadi kompos," ucapnya. Merujuk data FoodCycle Indonesia, volume makanan yang didonasikan biasanya meningkat signifikan selama Ramadan, terutama dari sektor hotel, restoran, dan kafe (horeka) yang menyajikan hidangan buka puasa bersama secara besar-besaran.
"Tahun lalu, (donasi sisa makanan) meningkat 120 persen (saat Ramadan) dibandingkan bulan-bulan lain," sebut Kukuh.
Advertisement
