HEADLINE: Budiman Sudjatmiko Nekat Dukung Prabowo, Terancam Pemecatan?

PDI Perjuangan (PDIP) memberi ultimatum kepada Budiman Sudjatmiko. Pilihannya hanya dua. Mundur atau dipecat. Ini buntut langkah Budiman deklarasi mendukung capres Gerindra, Prabowo Subianto, di Pilpres 2024.

oleh Jonathan Pandapotan PurbaDelvira HutabaratAdy AnugrahadiMuhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 22 Agu 2023, 10:01 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2023, 00:00 WIB
Banner Infografis Budiman Sudjatmiko Nekat Dukung Prabowo Subianto. (Foto: Dok. Facebook @PrabowoSubianto)
Banner Infografis Budiman Sudjatmiko Nekat Dukung Prabowo Subianto. (Foto: Dok. Facebook @PrabowoSubianto)

Liputan6.com, Jakarta - PDI Perjuangan (PDIP) memberi ultimatum kepada Budiman Sudjatmiko. Pilihannya hanya dua. Mundur atau dipecat. Ini buntut langkah Budiman deklarasi mendukung capres Gerindra, Prabowo Subianto, di Pilpres 2024.

"Partai akan mengambil suatu tindakan yang tegas. Opsinya mengundurkan diri atau menerima sanksi pemecatan," tegas Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto.

Peneliti Senior Populi Center, Usep Saepul Ahya, mengatakan apapun sanksi yang diterima Budiman, itu merupakan konsekuensi dari sikapnya.

"PDIP pasti ingin menegakkan disiplin partai. Saya kira dalam konteks kepartaian biasa, misalnya kalau ada kader atau bahkan kader inti tidak disiplin mengikuti keputusan partai, saya kira ada sanksi yang harus didapat," kata Usep kepada Liputan6.com, Senin (21/8/2023).

"Saya kira mungkin antisipasi juga bagi PDIP agar tidak meluas. Nah, itu juga menunjukkan bahwa di tubuh PDIP ada pilihan-pilihan yang berbeda dan mungkin tidak hanya Budiman saja. Tapi Budiman saja yang muncul ke permukaan, tapi mungkin kader-kader yang lain sebenarnya juga ada."

Ia mengatakan, untuk mengeleminasi hal itu, PDIP mengambil langkah cepat untuk memberikan sanksi. Namun, kata Usep, yang dikhawatirkan justru pemberian sanksi akan melambungkan nama Budiman yang kemudian memberikan efek samping yang mungkin tidak dikehendaki oleh PDIP.

Usep menilai, dukungan Budiman ke Prabowo sebenarnya tidak terlalu signifikan dalam hal suara. Tapi akan jadi keuntungan jika bisa menkapilitalisasi dukungan Budiman menjadi narasi bahwa Prabowo sudah di jalur yang benar.

"Bahwa misalnya kesalahan atau opini-opini yang dulu dikembangkan Prabowo sebagai pelanggar HAM, lalu kemudian Prabowo penculik dan sebagainya ini akan lama-lama menjadi netral. Walaupun menculik misalnya, tapi kan para yang diculik itu ternyata bisa rekonsiliasi dengan Prabowo karena Prabowo dianggap sudah kembali melakukan hal yang benar," ucap dia.

Tidak Mendapat Tempat di PDIP

Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago menduga alasan Budiman merapat ke Prabowo karena sudah tidak mendapat tempat di PDIP. Misalnya, kata dia, adanya pemindahan dapil yang menyebabkan Budiman gagal ke Senayan.

"Dan kalau kita lihat Budiman ini punya ruang sebagai menteri, baik secara intelektual atau kinerja. Tetapi kenyataannya tidak mendapatkan ruang di kabinet," kata Arifki kepada Liputan6.com, Senin (21/8/2023).

Arifki percaya, berat sebenarnya bagi Budiman meninggalkan PDIP karena secara ideologi, partai ini cukup bisa menampung ide-ide Budiman.

Namun, ia menduga Budiman tetap nekat deklarasi dukung Prabowo karena realistis membaca peluang dimana Ketum Gerindra tersebut punya kesempatan menang lebih besar dibanding Ganjar Pranowo.

"Kayaknya Budiman membaca peluang tersebut. Karena potensi menjadi menteri juga bakal dimanfaatkan oleh Budiman dengan mendukung Prabowo. Jadi arahnya ke sana," ucap Arifki.


Budiman Tegaskan Takkan Mundur dari PDIP

Prabowo Subianto dan Budiman Sudjatmiko
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) berjabat tangan dengan politisi PDIP Budiman Sudjatmiko (kanan) saat berkunjung ke Kediaman Prabowo di Rumah Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (18/7/2023). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Budiman Sudjatmiko menegaskan takkan mengundurkan diri secara sukarela dari PDIP.

“Untuk mundur, saya enggak. Bagi saya kalau mundur itu seperti malah saya tidak mendapatkan penjelasan tidak punya kesempatan untuk menjelaskan apa yang menjadi argumen saya,” kata Budiman pada wartawan, Jakarta, Senin (21/8/2023).

Dia menyatakan tidak bersalah secara ideologi terkait dukungannya ke Prabowo Subianto. Ia hanya merasa telah menyalahi administrasi. Dia pun mengaku siap mempertanggungjawabkannya.

“Langkah saya mungkin dianggap salah secara administratif, secara organisasional. Dan karena itu saya siap mempertanggungjawabkannya. Tetapi, saya meyakini bahwa secara ideologis dan secara strategis, saya sedang menerjemahkan posisi Ibu (Mega) yang selama ini disampaikan. Jadi saya merasa, secara idoelogis, secara strategis, saya tidak melakukan kesalahan,” ujar dia.

“Sehingga menurut saya, tidak layak saya kemudian mundur,” sambungnya.

Budiman mengaku memiliki argumen atas tindakannya, yaitu menerjemahkan ceramah pandangan Ketum Megawati Soekarnoputri terkait calon pemimpin ideal.

Budiman Singgung Kriteria Pemimpin Ala Megawati: Ada di Sosok Prabowo

Budima siap menjelaskan kepada DPP PDI Perjuangan alasannya mendukung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres).

Mantan aktivis 1998 itu menyinggung kriteria kepemimpinan ala Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Kata Budiman, dari ceramah dan pendapat Megawati dalam setiap kesempatan, menjadi pemimpin butuh memiliki pandangan strategis.

"Ibu Mega kan selalu berkata bahwa Indonesia itu butuh pemimpin yang memiliki pandangan-pandangan strategis," ujar Budiman.

Budiman melihat calon presiden yang memenuhi kriteria itu adalah Prabowo Subianto, bukan Ganjar Pranowo atau Anies Baswedan.

"Nah, saya melihat bahwa kualifikasi-kualifikasi itu, setelah saya cermati dengan nalar saya, saya ingin mengatakan bahwa kualifikasi itu dari 3 tokoh yang selama ini ada, memang banyak ada di sosoknya Pak Prabowo," ujar Budiman.

Budiman menilai Ganjar tidak buruk. Punya gaya kepemimpinan sendiri. Tetapi, tokoh yang menurutnya sesuai kriteria Megawati adalah Prabowo Subianto. Bukan Ganjar Pranowo.

"Tapi tampaknya dalam penalaran saya, itu tidak dipenuhi dalam kualifikasi dan kriteria yang dimiliki oleh calon dari PDI Perjuangan," jelas Budiman.

"Karena itu, saya sih sebenarnya mencoba apa yang menjadi harapan dan cita-cita dari Ibu Ketua Umum (Megawati Soekarnoputri) untuk pilpres, kepemimpinan Indonesia ke depan," tegas Budiman.


Rayu Budiman, PDIP Sebut Prabowo Lakukan Politik Devide at Impera

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (Foto: Dokumentasi PDIP).

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menuding Prabowo Subianto menerapkan politik devide at impera karena telah melakukan bujuk rayu kepada Budiman Sudjatmiko.

Namun, kata Hasto, dengan ingin memecah belah PDIP, ini justru membuktikan ketidakpercayaan diri kubu Prabowo.

"Setelah mengeroyok Ganjar Pranowo, mereka masih menggunakan bujuk rayu kekuasaan mencoba bertindak tidak etis, terapkan devide at impera," kata Hasto dalam keterangannya.

"Dengan melakukan politik devide et impera itu sebenarnya menunjukkan ketidakpercayaan diri dari pihak sana meskipun sebelumnya telah mencoba mengeroyok Pak Ganjar Pranowo, sehingga langkah langkah itu malah akan menghasilkan suatu energi positif bagi pergerakan seluruh kader PDI Perjuangan," lanjut Hasto.

Hasto juga memberi catatan soal lokasi deklarasi dukungan itu di Provinsi Jawa Tengah. Hasto menerangkan tindakan yang dilakukan Budiman dan Prabowo di Semarang, justru akan membuat kader PDIP di Jawa Tengah semakin solid.

Tindakan seperti ini justru akan membuat semangat kader Banteng semakin bergelora.

Kejadian itu, lanjut Hasto, mirip ketika Pemilu 2019 lalu. Saat itu, kubu Prabowo membangun posko di wilayah Solo, yang merupakan tempat asal Joko Widodo (Jokowi) yang saat itu menjadi lawannya. Hasilnya, kubu Prabowo justru harus melenggang kalah. Sebab tindakan itu justru makin membuat semangat serta militansi kader dan pendukung semakin besar.

Hasto menegaskan, selama ini, PDIP selalu mengedepankan etika politik dan setiap orang yang masuk PDIP atas dasar kesukarelaan bukan dibajak atau diiming-imingi.

Fokus Bahas Survei Ganjar, PDIP Batal Umumkan Sanksi untuk Budiman

DPP PDIP batal mengumumkan nasib keanggotaan Budiman Sudjatmiko pada Senin (21/8/2023). Sebab partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu hanya akan fokus pada hasil survei dari Litbang Kompas.

“Hari ini PDI Perjuangan sedang fokus membahas hasil survei Indikator dan Kompas yang menunjukkan kenaikan elektoral Ganjar Pranowo dan terjadi rebound. Berbeda dengan trend elektoral Prabowo yang sudah mentok dan menunjukkan tren penurunan,” kata Kepala Sekretariat DPP PDI Perjuangan, Adi Dharmo dalam keterangannya, Senin (21/8/2023).

Menurut Adi, pembahasan hasil survei lebih penting daripada hal lain termasuk soal Budiman Sudjatmiko.

“Ini penting sebagai momentum politik bagi pergerakan yang semakin masif untuk Ganjar Pranowo bersama parpol pengusung dan relawan,” kata dia.

Infografis Budiman Sudjatmiko Nekat Dukung Prabowo, Ini Respons PDIP. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Budiman Sudjatmiko Nekat Dukung Prabowo, Ini Respons PDIP. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Alasan Budiman Nekat Dukung Prabowo Meski Sudah Ditegur PDIP

Prabowo Subianto dan Budiman Sudjatmiko
Prabowo Subianto dan Budiman Sudjatmiko (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Politikus PDIP Budiman Sudjatmiko nekat terang-terangan mendukung Prabowo Subianto, sebagai calon presiden untuk Pemilu 2024. Menurut dia, hal tersebut adalah sebuah resiko dan dirinya sudah terbiasa akan hal itu.

“Saya Budiman Sudjatmiko, biasa mengambil resiko apapun,” ungkap Budiman seperti dikutip dari Instagram resmi Partai Gerindra, Sabtu (19/8/2023).

“Saya katakan Budiman Sudjatmiko ingin menitipkan kepada Pak Prabowo Subianto jika Insya Allah atas kehendak Allah SWT Pak Prabowo jadi presiden Republik Indonesia ke-8,” lanjut dia.

Budiman berpesan, kepada Prabowo agar kelak bila menjadi presiden dapat semakin memajukan kesejahteraan umum dengan mengembangkan koperasi, mengembangkan BUMDes dan menata jaminan sosial untuk rakyat Indonesia.

“Tolong cerdaskan kehidupan bangsa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi,” pesan Budiman.

Deklarasi dukungan Budiman Sudjatmiko kepada Prabowo dilakukan di Semarang Jawa Tengah pada Jumat, 18 Agustus 2023.

Selain dukungan secara verbal, Budiman juga menyatakan dukungan secara basis massa yang dinamakan Relawan Prabu alias Prabowo-Budiman.

Didukung Budiman Sudjatmiko, Prabowo: Dapat Energi Baru

Bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto bertekad meneruskan perjuangan Presiden Joko Widodo atau Jokowi jika dia memperoleh mandat sebagai orang nomor satu di Indonesia setelah memenangi Pilpres 2024.

"Saya bertekad meneruskan perjuangan Presiden Joko Widodo. Saya bukan orang yang mencla mencle, bukan orang plin plan, bukan orang yang ragu-ragu," kata Prabowo saat acara Deklarasi Dukungan Prabowo-Budiman Bersatu di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (18/8/2023), seperti dilansir Antara.

Ketua Umum Partai Gerindra itu bersyukur telah diajak Presiden Jokowi untuk bergabung di jajaran Kabinet Indonesia Maju sebagai menteri pertahanan demi kepentingan rakyat Indonesia. Selama di Kabinet, Prabowo mengakui sepak terjang Presiden Joko Widodo.

Dia pun siap melanjutkan perjuangan untuk menuju Indonesia Maju.

Prabowo terkejut dengan dukungan yang diberikan kader PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko kepadanya.

"Saya merasa terharu, berbesar hati, diperkuat, mendapat energi baru," imbuhnya.

Dukungan dari tokoh Reformasi 1998 bersama para pendukungnya itu, lanjut Prabowo, menjadi penambah semangat baginya untuk terus maju dalam kontestasi politik di tahun 2024.

Infografis Budiman Sudjatmiko Nekat Dukung Prabowo Subianto. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Budiman Sudjatmiko Nekat Dukung Prabowo Subianto. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya