Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah berada di India dalam gelaran acara internasional, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Pada sela-sela kegiatan KTT G20 di India, Jokowi dan Presiden Persatuan Emirat Arab (UEA) Mohamed bin Zayed Al Nahyan (MBZ) menyempatkan diri bertemu.
“Keduanya bertemu empat mata dengan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang diselenggarakan di Bharat Mandapam, IECC, Pragati Maidan, New Delhi, India pada Sabtu, 9 September 2023,” tulis siaran pers Kantor Sekretariat Presiden Minggu (10/9/2023).
Baca Juga
Melaui foto-foto yang diterima redaksi Liputan6.com, tampak suasana kehangatan terlihat dari pertemuan kedua pemimpin negara. Dokumentasi keduanya diambil oleh Laily Rachev sebagai juru foto dari Biro Pers Sekretariat Presiden.
Advertisement
Berdasarkan pantauan foto, terlihat keakraban kedua kepala negara muncul dari raut wajah masing-masing. Sebab diketahui bersama, Indonesia dan Persatuan Emirat Arab memiliki hubungan kerja sama yang baik di pelbagai sektor.
Bahkan, nama Jokowi dan MBZ diabadikan menjadi nama jalan di masing-masing negara sebagai bukti keakraban keduanya.
Diberitakan sebelumnya, Jokowi pada KTT G20 sempat menyampaikan pandangan dalam pidatonya yang bertema perubahan iklim.
Jokowi meyakini, terdapat sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi peningkatan suhu bumi yang diprediksi akan terus meningkat dalam lima tahun ke depan untuk mengobati bumi yang sedang sakit.
"Bumi kita tengah sakit, pada bulan Juli lalu, suhu dunia capai titik tertinggi dan diprediksi akan terus naik dalam lima tahun ke depan, ini akan sulit ditahan, kecuali dunia menghadangnya secara masif dan radikal," kata Jokowi dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Sabtu 9 September 2023.
Percepat Transisi Ekonomi Rendah Karbon
Melihat hal tersebut, Jokowi menyampaikan bahwa percepatan transisi ekonomi rendah karbon menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan. Dia menilai, hingga saat ini pelaksanaan penurunan emisi masih sangat terbatas.
"Komitmen pendanaan negara maju, masih sebatas retorika dan di atas kertas, baik itu pendanaan climate USD 100 miliar per tahun, maupun fasilitas pendanaan loss dan damage," tutur Jokowi.
Advertisement