Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh prihatin dengan yang terjadi di Mahkamah Konstitusi. Hal itu diungkapkan Ketua DPP NasDem Effendi Choirie usai pertemuan NasDem dengan Din Syamsuddin di kantor DPP NasDem, Jakarta, Senin (6/11/2023).
Baca Juga
Effendi Choirie mengungkapkan Surya Paloh menilai Mahkamah Konstitusi berubah menjadi alat politik keluarga. Hal tersebut menanggapi putusan MK soal batas usia calon presiden dan calon wakil presiden yang meloloskan putra Presiden Joko Widodo menjadi bakal cawapres mendampingi Prabowo Subianto.
Advertisement
Kini, hakimnya tengah menjalani proses oleh Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK).
"Pak Surya memang prihatin melihat negara bangsa ini, prihatin pada perilaku-perilaku MK yang dulu kita obsesikan dia adalah negarawan-negarawan yang pikirannya untuk kepentingan bangsa dan negara ternyata mereka sudah menjadi alat-alat politik keluarga, kelompok, nah ini semuanya sedih, tadi di atas semuanya sedih," ungkap Effendi Choirie, Senin (6/11).
Menurut politikus yang akrab disapa Gus Choi ini, diharapkan putusan MKMK besok sesuai dengan harapan etika moral.
"(Surya Paloh) prihatin atas apa yang sudah terjadi. Harapannya putusannya sesuai dengan UUD. Putusannya sesuai dengan etika moral, kepatutan, kepantasan, karena itu bagian penting dalam kehidupan bersama ini," ujarnya.
Bagian dari keprihatinan itu, NasDem berharap bakal capres dan cawapres yang diusung yaitu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar bisa memenangkan Pilpres 2024 dalam satu putaran
"Kemudian jihad itu artinya bersungguh-sungguh memenangkan Anies. Mereka tadi mengatakan untuk menang kita membutuhkan sekitar 80 juta suara, 1 putaran," ungkap Gus Choi.
"Kalau dua putaran, misalnya tahap awal mungkin 66 juta atau mendekati 70 juta itu bisa mengikuti putaran kedua. Untuk menang dalam putaran kedua ya membutuhkan 80-an juta. Sudah dihitung. Mereka berjuang ke arah sana, dengan kemampuan sendiri, uang sendiri, semua sendiri, tidak bisa mengandalkan uang dari oligarki," pungkasnya.
Paloh Puji Sikap Jokowi Undang 3 Capres ke Istana
Ketua Umum Nasdem Surya Paloh memuji sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengundang tiga calon presiden, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan ke Istana Negara pada Senin, (30/10/2023). Ketiga bacapres tersebut diundang untuk makan siang bersama.
Paloh menilai hal ini menjadi modal berharga bagi perjalanan bangsa ke depan.
"Saya pikir bagus itu apapun juga fungsi peran presiden kepala pemerintahan sekaligus kepala negara," kata Paloh dalam siaran pers, Senin (30/10/22023).
Paloh mengatakan, NasDem pernah mengingatkan Jokowi tentang arti menjadi seorang presiden yaitu milik semua kelompok. Ia menilai Jokowi telah menunjukkannya dalam pertemuan dengan tiga capres.
"Ya milik bagi semua kelompok, golongan semua partai, dan presiden melaksanakan hari ini, nah ini menjadi modal yang lebih baik ke depannya," kata Paloh.
Sikap Jokowi itu juga dinilai untuk meredakan isu partisan kepada kandidat tertentu.
"Kalau selama ini ada persepsi pandangan sinisme menyatakan presiden hanya tahu satu partai, dua partai, satu caleg capres, dua capres, nah presiden start hari ini dengan makan siang bersama saya pikir bagus," ujarnya.
Advertisement
Makan Siang 3 Capres di Istana
Tiga bakal calon presiden di Pemilu 2024, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan kompak mengaku senang usai diundang Presiden Joko Widodo (Jokowi) makan siang di Istana Kepresidenan, Senin, (30/10/2023).
Usai keluar dari Istana, ketiganya tampak semringah saat berjalan menuju jurnalis yang menunggu mereka. Mereka pun mengucapkan terimakasih kepada Jokowi karena mengundangnya makan siang.
“Kita baru saja diundang presiden makan siang, tadi makan lontong sayur dan saya terimakasi sudah diundang makan siang,” singkat Prabowo.
Sementara Anies mengaku tidak ada pembicaraan serius dalam pertemuan makan siang itu.
“Kita ngobrol santai yang ringan, kami sampaikan ke beliau kalau kami sering bertemu orang-orang yang sayang kepada beliau,” ujar Anies.
Ganjar pun mengungkap hal senada. Dia bahkan bercanda kalau saat makan ada calon presiden yang tidak makan nasi.
“Tadi Pak Prabowo tidak makan nasi, makannya lontong,” canda Ganjar menandasi.
Sementara disinggung soal pakaian yang mereka kenakan, Ganjar mengaku tak janjian memakai batik.
“Tidak janjian kita, kebetulan aja,” kata Ganjar.
Reporter: Ahda Bayhaqi/Merdeka.com