Inayah Wahid: Demokrasi Ala Gus Dur Membela Rakyat, Bukan Malah Minta Dibela

Ketua Panitia Haul Gus Dur ke-14, Inayah Wulandari Wahid yang juga putri Abdurrahman Wahid mengulas etika demokrasi yang digaungkan ayahnya.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 17 Des 2023, 06:31 WIB
Diterbitkan 17 Des 2023, 06:31 WIB
Gus Dur
Abdurrahman Wahid

 

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Panitia Haul Gus Dur ke-14, Inayah Wulandari Wahid yang juga putri Abdurrahman Wahid mengulas etika demokrasi yang digaungkan ayahnya. Menurutnya, Presiden RI ke-4 itu memegang teguh makna demokrasi yang bertujuan kedaulatan rakyat.

“Apa kontribusi Gus Dur terhadap demokrasi di Indonesia. Demokrasi adalah tujuan untuk mencapai kedaulatan rakyat. Gus Dur membela rakyat bukan minta dibela rakyat,” tutur Inayah dalam acara Haul Gus Dur ke-14 di Warung Silah, Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (16/12/2023).

Inayah mengaku bingung, di masa sekarang malah para pendukung tiap paslon capres-cawapres selalu bersikap berlebihan menanggapi guyonan yang dibuatnya.

“Hari ini kita membela kekuasaan sebegitu besarnya, tapi apakah betul mereka akan membela kita, apakah mereka akan membela rakyat? kekuasaan Gus Dur digunakan untuk membela mereka yang tidak punya kekuasaan,” jelas dia.

Dia pun mengingatkan, seorang Gus Dur memilih mundur dari kursi kekuasaannya demi kemaslahatan demokrasi dan semua orang yang selama ini dibelanya.

“Gus Dur 23 Juli 2001 bisa saja semua perangkat kekuasaan ada di tangan Gus Dur, Gus Dur bisa saja dengan mudah meneruskan, melanjutkan kekuasaan, karena saat itu Gus Dur tidak sedang berhadapan dengan masyarakat, Gus Dur tidak sedang berhadapan dengan rakyat. Gus Dur sedang berhadapan dengan elite yang sedang berlomba-lomba mendapatkan kekuasaan,” ungkapnya.

 

Tolak Ukur Pemimpin Bela Rakyat

Menghadapi pihak yang haus kekuasaan, Gus Dur pun hanya dihadapkan pada dua pilihan, yakni tetap berkuasa untuk kepentingan dirinya dan elite atau mundur demi kemaslahatan rakyat. Sikapnya pun dapat menjadi tolak ukur masyarakat dalam memilih pemimpin.

“Kalau kita mau ngecek apabila seorang pemimpin betul-betul membela rakyatnya, kebutuhan rakyatnya gampang. kita lihat pilihan yang dibuatnya. Kalau ada pilihan bangun jalan yang rusak demi kemaslahatan semua atau bangun jalan tol demi yang bisa pakai jalan tol saja, pemimpinnya milih yang mana,” katanya.

“Kalau milih yang suka bangun jalan tol, bangun jalan tol di mana-mana, ya tidak heran kemudian kekuasaannya inginnya semua lewat jalan tol, semuanya di by pass, semuanya harus terus menerus lancar untuk kekuasaan berikutnya. Maka pilihan mana, apabila di antara meneruskan kekuasaan atau berhenti demi kemaslahatan, mundur demi kemaslahatan tapi itu yang dipilih, maka kita sudah tahu jawabannya,” Inayah menandaskan.

Infografis Demokrasi Indonesia Tidak Membaik
Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2016 lebih buruk daripada 2015 (liputan6/abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya