Dapat Restu 14 Penglingsir Puri Agung, Pembangunan Bandara Bali Utara Dilanjut

Setelah sempat tertunda, pembangunan Bandara Bali Utara yang berlokasi di Kabupaten Buleleng, Bali, akan dilanjutkan.

oleh Fachri diperbarui 22 Mei 2024, 14:25 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2024, 14:25 WIB
Bali.
Para Penglingsir Puri Agung di Bali saat berkumpul di Puri Agung Blahbatuh, Gianyar, Bali, bersama perwakilan tokoh Buleleng dan PT Bibu Panji Sakti terkait Bandara Bali Utara, Selasa (21/5/2024). (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Bali Setelah sempat tertunda, pembangunan Bandara Bali Utara yang berlokasi di Kabupaten Buleleng, Bali, akan dilanjutkan. Kepastian pembangunan bandara itu tercapai setelah mendapat dukungan dari 14 Penglingsir Puri Agung di Bali.

Direktur Utama PT Bandara Internasional Bali Utara (BIBU), Erwanto Sad Adiatmoko Hariwibowo mengatakan, secara administratif dan politis sudah selesai.

"Sepanjang tahun kemarin sudah menyaksikan kehadiran beberapa petinggi-petinggi negeri ke lokasi kami untuk menyakinkan bahwa ini sebuah kebutuhan," katanya.

Di sisi lain, Penglingsir Puri Singaraja, Buleleng, AA Ngurah Ugrasena mengatakan, pusaka Raja Buleleng dan Blahbatuh akan 'tedun' atau turun mendampingi topeng tapel Gajah Mada di Pura Penyusuhan Kubu Tambahan, Buleleng, yang merupakan kawasan terdekat dengan Bandara Bali Utara.

"Alasan tanggal 26 (Mei), kami berharap tanggal itu, di Pura Pengusuhan ada event yang kita tunggu, berkaitan dengan dengan Bandara Bali Utara," ujarnya.

Selain itu, dukungan juga diberikan Penglingsir Puri Klungkung, Ida Dalem Smaraputra. Menurutnya, bandara itu merupakan wujud pemerataan pembangunan ekonomi di Pulau Dewata.

Tak hanya itu, Penglingsir Puri Ageng Blahbatuh Anak Agung Ngurah Kakarsana juga mengatakan, keluarga besar Puri Blahbatuh memohon restu Ida Topeng Gajah Mada dan Pusaka Ki Tunjung Tutur untuk mendukung pembangunan Bandara Bali Utara tersebut.

"Karena kami percaya bahwa rencana pembangunan Bandara Bali Utara merupakan restu alam," katanya.

Sedangkan, Penglingsir Puri Peliatan, Cok Nindya mengatakan, pihaknya sangat mendukung pembangunan Bandara Bali Utara. Baginya, pembangunan di Bali perlu ada pemerataan.

"Kita menyadari di Bali ada delapan kabupaten dan satu kota. Tapi kenyataannya, dari sembilan kabupaten dan kota, hanya (Kabupaten) Badung yang mensejahterakan Bali,” katanya.

Koordinasi dengan Kementerian

Bali.
Direktur Utama PT Bandara Internasional Bali Utara (BIBU), Panji Sakti Erwanto Sad Adiatmoko Hariwibowo. (Foto: Istimewa)

Erwanto Sad Adiatmoko Hariwibowo mengatakan bahwa untuk pembangunan Bandara Bali Utara, di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, pihaknya sudah berkoordinasi dari sejumlah kementerian.

"Sejumlah kementerian telah memberikan rekomendasi untuk proyek pembangunan Bandara Bali Utara seperti, kementerian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementrian Perhubungan (Kemenhub), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)," katanya.

"Hampir semua kementerian terkait, dari mulai Bappenas, Kementerian Perhubungan, Kementerian Investasi, Kementerian KLHK yang paling penting dan Kementerian KKP, karena ini kan lokasi di laut, semua rekomendasi sudah kami dapatkan terutama yang KKP itu, wilayah laut itu sudah komunikasi semuanya," jelas Erwanto.

Ia juga menyebut bahwa pembangunan Bandara Bali Utara dari banyak studi dan kajian memang sebuah kebutuhan untuk di Bali agar menyeimbangkan pembangunan antara Bali Utara dan Bali Selatan.

"Ada 16 studi, 18 kajian, dan dua feasibility study di dalam negeri dan luar negeri menyatakan, bahwa Bandara Bali Utara ini ada sebuah kebutuhan sebuah keniscayaan, harus dibangun untuk menyeimbangkan perekonomian Bali Selatan dan Bali Utara," sebut Erwanto.

Tercipta 200 Ribu Lapangan Kerja

Erwanto menjelaskan bahwa dengan adanya pembangunan Bandara Bali Utara akan tercipta 200 ribu lebih lapangan pekerjaan. Ia menyebut, pembangunan Bandara Bali Utara harus dieksekusi secepatnya sebelum tahun 2026.

"Karena dalam dua tahun hanya bisa membuat satu runway atau landasan pacu pesawat dan desain di Bandara Bali Utara ada dua runway dan untuk dua runway itu butuh waktu lima tahun," jelasnya.

"Setelah kami melakukan DED tiga bulan, langsung gaspol, tidak ada waktu lagi buat tidur, buat istirahat, kita gaspol. Karena apa, DED selesai kita langsung kerja untuk mengejar itu (waktu) 18 bulan menyelesaikan satu runway agar bisa digunakan di Oktober 2026," kata Erwanto.

Dirinya pun mengungkapkan, untuk membangun satu bandara membutuhkan dana hingga Rp17 triliun. Erwanto menyebut, untuk di Bandara Bali Utara ada tiga hal yang penting untuk di bangun.

"Pertama tentu bandaranya sendiri, kedua adalah pembangunan aerocity dan aerotropolis hingga Baliwood yang totalnya sekitar Rp50 triliun," ungkap Erwanto.

"Konsep bandara kami semuanya di laut dengan pola restorasi abrasi dan ada tiga hal, tidak akan menggusur lahan produktif, tidak menggusur pura-pura dan situs, tidak menggusur tempat tinggal dan masyarakat," jelasnya.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya