PPIH Imbau Jemaah Haji dengan Risiko Tinggi hingga Lanjut Usia Badal Lontar Jumrah

Perjalanan dari tenda Mina ke Jamarat untuk lontar jumrah juga lumayan jauh. Jaraknya, sekitar 4 kilo meter (km) untuk sekali jalan.

oleh Winda Nelfira diperbarui 17 Jun 2024, 20:13 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2024, 20:13 WIB
Melihat Lebih Dekat Jemaah Haji Lempar Jumrah di Mina
Suasana jemaah haji melempar jumrah di Mina, dekat kota suci Makkah, Arab Saudi (11/8/2019). Usai wukuf di Padang Arafah, jutaan jemaah haji melanjutkan lempar jumrah yang merupakan simbol perlawanan terhadap setan. (AFP Photo/Fethi Belaid)

Liputan6.com, Jakarta - Jemaah haji Indonesia mulai melakukan lontar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada hari Tasyrik secara bergelombang, mengingat fase mabit (menginap) di Mina telah memasuki hari kedua.

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mengimbau jemaah haji Indonesia yang dalam kondisi tidak memungkinkan melakukan perjalanan ke jamarat agar tidak memaksakan diri. Petugas bilang, Lontar jumrah bisa dibadalkan.

"Jemaah haji dengan risiko tinggi (risti), lanjut usia, disabilitas, serta jemaah yang sedang kurang sehat dan mengalami kelelahan diimbau untuk mengurangi aktifitas di luar tenda Mina," kata Kepala Daerah Kerja Makkah Khalilurrahman dalam keterangan tertulis, diterima Senin (17/6/2024).

Menurut Ketua Satuan Tugas Mina ini, suhu di Mina saat juga sangat panas, berada atas 40 derajat Celsius.

Sementara itu, perjalanan dari tenda Mina ke Jamarat juga lumayan jauh. Jaraknya, kata Khalilurrahman sekitar 4 kilo meter (km) untuk sekali jalan.

"Jemaah dapat mewakilkan (membadalkan) pelaksanaan lempar jumrah kepada jemaah lain atau petugas," kata dia.

Khalilurrahman meminta Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) untuk mengoordinasikan pelaksanaan badal lempar jumrah bagi seluruh jemaah binaan yang lansia, risti, disabilitas, sakit, kelelahan dan kurang sehat secara fisik.

Dia menyatakan, mabit di Mina menjadi tahapan terberat pada fase puncak haji Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Sebab, jemaah tinggal lebih lama di tenda Mina.

Selain itu, jika di Arafah dan Muzdalifah jemaah haji relatif hanya berdiam di tenda, maka di Mina ada aktivitas lontar jumrah yang dilaksanakan jemaah haji.

"Karenanya, ikhtiar menjaga kesehatan sangat diperlukan. Jemaah diimbau untuk tidak memaksakan diri dalam melontar jumrah," ujarnya.

Hari Kedua Puncak Haji di Mina: Jemaah Mulai Lakukan Lontar Jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah

Suasana jemaah haji melakukan lempar jumrah aqabah di Jamarat. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)
Suasana jemaah haji melakukan lempar jumrah aqabah di Jamarat. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Setelah menyelesaikan lontar jumrah Aqabah dan Tahallul Awal, pada hari kedua di Mina, para jemaah haji melakukan lontar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah.

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah menetapkan waktu lontar jumrah jemaah haji Indonesia pada tanggal 11 Zulhijah yaitu pukul 05.00-11.00 WAS, pukul 11.00-17.00 WAS, dan pukul 17.00-00.00 WAS.

Di antara waktu tersebut, jemaah haji bisa menyesuaikan waktu lontar pada saat sore hari atau malam dengan pertimbangan kondisi cuaca tidak panas atau lebih sejuk.

"PPIH mengingatkan jemaah agar mematuhi ketetapan waktu lontar jumrah yang telah ditentukan. Penetapan jadwal tersebut untuk meminimalisasi potensi risiko di tengah kepadatan jemaah di area lontar jumrah, serta semata untuk keselamatan jemaah," tutur Anggota Media Center Kementerian Agama (Kemenag) Widi Dwinanda dalam keterangannya, Senin (17/6/2024).

"PPIH telah menempatkan petugas di sekitar area lontar jumrah untuk membantu mengarahkan dan memastikan jemaah haji indonesia melaksanakan lontar jumrah dengan aman," sambung dia.

Widi mengimbau jemaah agar selalu berada dalam rombongan regu atau pun kloternya ketika berangkat dari tenda Mina ke jamarat dan saat kembali.

"Tidak perlu tergesa-gesa ketika berjalan menuju jamarat, selain untuk menghemat tenaga juga untuk mempertimbangkan jemaah lain dalam rombongannya, khususnya jemaah wanita, disabilitas dan lansia," ucap dia.

"Ketika akan kembali ke tenda , pastikan berada di jalur yang benar. Jangan melawan arus jalur jemaah, karena akan berpotensi tabrakan. ikuti arahan petugas, ketua regu, ataupun ketua rombongan," lanjut Widi.

Diharap Bawa Bekal

Jemaah haji di Mina untuk melakukan lempar jumrah.
Jemaah haji di Mina untuk melakukan lempar jumrah. (Dokumentasi MCH 2024)

Widi juga meminta para jemaah yang akan melakukan aktivitas lontar jumrah untuk memastikan membawa bekal minuman untuk menjaga hidrasi tubuh.

Termasuk, kata dia, membawa identitas diri berupa paspor, visa, gelang tangan, serta identitas rombongan yang mudah dikenali oleh rekan lainnya.

"Antar-jemaah agar saling bantu bila jemaah lain mendapatkan kesulitan. Jangan sungkan meminta bantuan petugas yang bersiaga penuh di sepanjang jalur jamarat," terang Widi.

Selama di Mina, lanjut dia, jemaah agar fokus melakukan aktivitas ibadah dengan memperbanyak zikir, mengingat dan mendekat kepada Allah, mengagungkan Asma Allah, baik dengan bertakbir, membaca Al-Qur’an, kalimat tauhid, dan wirid-wirid lainnya.

"Selingi zikir dengan berdoa kepada Allah, karena Mina termasuk tempat mustajab. Langitkan doa-doa dan harapan terbaik bagi pribadi, keluarga dan untuk bangsa kita tercinta," papar Widi.

"Bila tidak ada keperluan mendesak, jemaah sebaiknya tetap berada di tenda. Upayakan memakai masker selama di luar tenda, mengingat kawasan Mina yang padat dan berdebu. Kenali dengan baik identitas dan jalur menuju tenda masing-masing agar tidak tersesat," Widi menandaskan.

Hingga hari ini, Senin (17/6/2024) tercatat jemaah haji reguler yang wafat di Tanah Suci berjumlah 120 orang dengan rincian wafat di Bandara 3 orang, di Madinah 18 orang, di Makkah 87 orang dan di Arafah 9 orang. Jemaah haji khusus yang wafat berjumlah 8 orang.

Infografis Perbedaan Rukun dan Wajib Haji dengan Rukun Umrah. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Perbedaan Rukun dan Wajib Haji dengan Rukun Umrah. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya