Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Deddy Yevri Sitorus mengingatkan kabinet Prabowo Subianto untuk lebih efektif menjawab tantangan ke depan. Menurutnya, persoalan defisit anggaran seharusnya menjadi pertimbangan kabinet dalam merumuskan langkah-langkah dan prioritas program.
Deddy mengingatkan hal ini jelang pemerintahan Prabowo-Gibran akan memasuki 100 hari kerja sejak mereka dilantik pada 20 Oktober 2024.
Advertisement
Baca Juga
"Yang terpenting itu bagaimana kabinetnya dapat efektif bekerja untuk menjawab tantangan di depan, persoalan defisit anggaran seharusnya menjadi pertimbangan kabinet dalam merumuskan langkah-langkah dan prioritas program," kata Deddy lewat pesan tertulis, Selasa (14/1/2025).
Advertisement
Deddy juga mengingatkan agar persoalan birokrasi bisa diselesaikan secara cepat. Pasalnya, birokrasi bisa berjalan lambat seiring bertambahnya nomenklatur kementerian.
"Selain itu perlu menyelesaikan secara cepat dan sesuai regulasi struktur birokrasi agar tidak mengalami kemacetan sebagai konsuekensi bertambahnya nomenklatur kementerian dan lembaga," tuturnya.
Sementara, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menyoroti sejumlah persoalan menilai kinerja pemerintahan Prabowo masih terhitung lambat lantaran banyaknya pos kementerian.
"100 hari pertama kinerja pemerintahan Prabowo masih terhitung lambat, utamanya karena banyak pos kementerian baru dan tidak berdampak pada pembangunan ril," kata Dedi saat dihubungi, Selasa (14/1).
"Terkesan hanya Presiden dan beberapa menteri yang bekerja, sisanya sekedar menjabat tanpa progress signifikan," sambungnya.
Prabowo Dinilai Perlu Evaluasi Kabinet
Dedi mengatakan, Prabowo perlu melakukan evaluasi pada struktur kabinet dan pos elit Istana. Menurutnya, perlu adanya pengurangan jabatan yang tidak perlu.
"Termasuk perlu dihapusnya pos utusan khusus Presiden, juga para Wamen yang perlu dievaluasi keberadaanya," ujarnya.
Dedi menyebutkan, perlu dikaji ulang keberadaan kementerian baru yang tidak produktif. Tujuannya agar Prabowo bekerja dengan efisien dan efektif.
"Perlu ditimbang ulang kehadiran kementerian baru yang tidak produktif, hal ini agar Presiden benar-benar bekerja dengan tim efisien dan efektif dalam bekerja," ucapnya.
"Terpenting, tiga bulan ini pemerintah masih terkesan berada di fase transisi, lobi politik dan kegiatan politis masih cukup mendominasi jalannya pemerintahan," pungkasnya.
Reporter: Muhammad Genantan Saputra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement