Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, curah hujan ringan diprediksi akan melanda wilayah Jakarta hingga 4 Februari 2025. Oleh sebab itu, untuk meminimalisir resiko bencana maka digelar operasi modifikasi cuaca (OMC) hingga 6 Februari 2025.
"Berdasarkan pantauan dari BMKG, prediksi sebaran hujan yang terjadi kemarin cenderung ringan hingga sedang, dengan arah angin dari barat laut," kata Plt Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG, Budi Harsoyo, dalam keterangannya, dikutip Senin (3/1/2025).
Baca Juga
OMC dilakukan oleh BPBD DKI Jakarta bekerja sama dengan BMKG, TNI AU, dan PT Rekayasa Atmosphere Indonesia (PT RAI). OMC telah dimulai sejak 1 Februari 2025 dengan fokus penyemaian pada wilayah barat hingga utara Jakarta.
Advertisement
"Hasil analisis (BMKG) mengindikasikan peningkatan curah hujan yang signifikan di wilayah Jawa. Hal itu dikarenakan terjadi peningkatan kelembapan udara di Indonesia akibat dari penguatan Monsun Asia serta fenomena seruakan dingin atau cold surge yang teridentifikasi berada pada kategori signifikan dan pengaruh dari fenomena La Nina," jelas Budi.
Budi menyampaikan, bagi wilayah tropis, fenomena La Nina yang berstatus lemah cenderung meningkatkan curah hujan. Selain itu, kata Budi, juga ada fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang atmosfer ekuator lainnya seperti Rossby Ekuator dan Kelvin yang turut mendukung pembentukan awan konvektif yang berpotensi memicu hujan lebat.
Budi menjelaskan, pola sirkulasi siklonik yang terdeteksi di beberapa lokasi, seperti Selat Karimata, Laut Halmahera, Laut Arafuru, hingga Samudra Hindia selatan Jawa juga memperbesar peluang curah hujan tinggi di wilayah tersebut.
"Sehingga curah hujan yang tinggi dan ekstrem di beberapa wilayah Jawa, termasuk DKI Jakarta perlu diperhatikan, terutama dalam penentuan titik-titik penyemaian," kata Budi.
Indonesia Dikepung 3 Bibit Siklon Aktif, BMKG Imbau Waspada Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa saat ini Indonesia tengah dikepung dua bibit siklon tropis aktif yang berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap cuaca di berbagai wilayah.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem akibat dinamika atmosfer yang kompleks.
Analisis terbaru BMKG per 2 Februari 2025, teridentifikasi dua bibit siklon tropis aktif yang berada di sekitar wilayah selatan Indonesia, yaitu Bibit Siklon 99S yang tumbuh di Samudra Hindia selatan Banten dan Bibit Siklon 90S yang tumbuh di selatan Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Sedangkan bibit Siklon 96P yang sebelumnya terbentuk di sekitar Teluk Carpentaria, status saat ini (2/2/2025) telah meluruh menjadi sirkulasi tekanan rendah dan sudah masuk daratan benua Australia, tetapi masih berkontribusi dalam membentuk pola cuaca di wilayah Indonesia," kata Dwikorita dalam konferensi pers yang digelar secara daring pada Sabtu malam (1/2/2025).
Meskipun dua bibit siklon di selatan Indonesia (99S dan 90S) yang masih aktif ini diprediksi bergerak ke arah barat daya semakin menjauhi wilayah Indonesia, tetapi dampak tidak langsungnya tetap terasa dalam bentuk peningkatan curah hujan, angin kencang, dan gelombang tinggi di sejumlah wilayah.
"Kehadiran dua bibit siklon tropis yang masih aktif dan satu bibit siklon yang telah meluruh tersebut cukup meningkatkan kondisi dinamika atmosfer pada periode puncak musim hujan saat ini. Kombinasi antara bibit siklon, fenomena La Nina lemah, Monsun Asia, Seruak Udara Dingin dari Dataran Tinggi Siberia, dan aktivitas gelombang atmosfer, serta Madden Julian Oscillation (MJO) akan meningkatkan risiko cuaca ekstrem di banyak wilayah Indonesia," jelas Dwikorita.
Advertisement
Waspada Cuaca Ekstrem
Dalam sepekan terakhir, berbagai wilayah di Indonesia telah mengalami hujan dengan intensitas sangat lebat hingga ekstrem. Beberapa catatan curah hujan tertinggi meliputi Kalimantan Timur dengan curah hujan 229 mm/hari dan Sulawesi Tengah 192 mm/hari pada 26 Januari, Kepulauan Riau 154 mm/hari pada 27 Januari, serta Jabodetabek yang mencatat curah hujan hingga 264 mm/hari pada 28 Januari.
"Di wilayah lain, NTT mencatat curah hujan 105 mm/hari, Jawa Timur 137.8 mm/hari, Jawa Tengah 110.7 mm/hari, dan Sulawesi Selatan 106.2 mm/hari pada 29 Januari, kemudian di Papua Barat terukur 112 mm/hari pada 31 Januari 2025," ungkap Dwikorita.
Untuk sepekan ke depan mulai 2 Februari 2025, beberapa daerah perlu siap siaga. Potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, bahkan dapat meningkat menjadi sangat lebat atau ekstrem, yaitu meliputi daerah Papua, Papua Pegunungan, Papua Selatan, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, DI.Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku Utara, Jawa Barat, Jambi, Papua Barat dan Papua Barat Daya.
BMKG juga meminta masyarakat untuk mematuhi peringatan dini terkait cuaca ekstrem, terutama bagi nelayan dan operator transportasi laut yang berisiko terdampak gelombang tinggi. Seluruh informasi terbaru mengenai perkembangan cuaca dapat diakses melalui kanal resmi BMKG seperti website www.bmkg.go.id, media sosial @infobmkg, atau aplikasi InfoBMKG.
“Kami mengimbau seluruh pihak, baik masyarakat, pemerintah daerah, hingga instansi terkait untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Jangan sepelekan potensi dampak dari tiga bibit siklon ini. Waspada, siaga, dan selalu pantau informasi resmi BMKG untuk mengurangi risiko bencana hidrometeorologi yang mungkin terjadi,” tutup Dwikorita.
Infografis
Advertisement