Pabrik Pembuatan Olahan Makanan di Depok Bantah Warga Meninggal Dampak Limbah

Kuasa Hukum PT Indo Fermex, Andi Nababan mengatakan, meninggalnya warga akibat dampak kebocoran limbah, dinilai tidak ada relevansinya. Pihaknya sudah menemui warga dan meminta klarifikasi terkait hal tersebut.

oleh Dicky Agung Prihanto diperbarui 13 Feb 2025, 17:05 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2025, 17:05 WIB
Bogor
Factory Manager PT Indofermex, Daniel Setiawan memperlihatkan pengolahan limbah pada pabrik pembuatan olahan makanan yang sempat diprotes warga Kampung Cipayung, Sukmajaya, Depok. (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto)... Selengkapnya

 

Liputan6.com, Depok - Pabrik pembuatan olahan makanan yang dikelola PT Indo Fermex membantah adanya warga meninggal karena dampak kebocoran pengolahan limbah. Hal itu membantah keterangan salah seorang warga yang melakukan aksi protes atas adanya kebocoran pengolahan limbah pabrik pembuatan olahan makanan.

Kuasa Hukum PT Indo Fermex, Andi Nababan mengatakan, meninggalnya warga akibat dampak kebocoran limbah, dinilai tidak ada relevansinya. Pihaknya sudah menemui warga dan meminta klarifikasi terkait hal tersebut.

"Ternyata dia (warga) mengakui saat berbicara sedang emosional dan istrinya meninggal delapan bulan lalu, sedangkan ini ada satu insiden terjadi di 6 Februari 2025, jam 21.00 WIB ada kebocoran di tangki dan ini isinya semua adalah food grade, yaitu bahan baku untuk proses pembuatan ragi," ujar Andi saat dikonfirmasi Liputan6.com, Kamis (13/2/5).

Andi menjelaskan, pabrik kliennya itu memastikan tidak ada satu partikel keluar yang berbahaya dari proses pengolahan. Pihaknya sudah menjelaskan dan diterima pihak warga.

"Ini rasanya tidak masuk akal kalau satu orang saja, sedangkan di pabrik ini sudah ada berapa ratus orang dan mereka tinggal di belakang pabrik dan terjalin hubungan baik," tegas Nababan.

PT Indo Fermex membuat olahan pembuatan makanan seperti ragi yang sudah beroperasi sejak 1976. Saat terjadi kebocoran limbah pabrik, PT Indo Fermex sudah sudah melaporkan ke DLHK Depok dan telah datang melakukan inspeksi, serta verifikasi.

"Jadi kira-kira yang tumpah dari tangki yang bocor itu 8 kubik. Tapi kami punya sistem tanggap darurat," ucap Andi.

Andi mengakui, perusahaan kliennya didatangi sejumlah pihak seperti DPRD Kota Depok, Polres Metro Depok, hingga Puslabfor Polri. Bahkan DPRD Kota Depok telah mediasi terkait keinginan warga.

"Persoalan pertama CSR, tidak dirasakan oleh beberapa pihak warga. itu dibicarakan saja dengan RT RW nya, dan terjadi kesepakatan tentang relasi masyarakat dan pabrik," terang Andi.

Sementara, Factory Manager PT Indo Fermex, Daniel Setiawan mengatakan, kebocoran limbah tersebut berawal dari salah satu tangki yang lepas bautnya karena berkarat. Akibatnya cairan hasil pengolahan masuk ke dalam tangki dan tidak dapat menahan.

"Hal itu yang mengakibatkan kebocoran," ujar Daniel.

 

Rutin Lakukan Pengecekan

Daniel menjelaskan, perusahannya rutin melakukan pengecekan atau pemeliharaan mesin baik tahunan maupun rutinitas berkala. Sejak berdirinya perusahaan tersebut belum pernah mengalami gangguan dan baru satu kali yakni peristiwa kebocoran beberapa hari lalu.

"Ini pertama kali dan sebelumnya belum pernah," terang Daniel.

Daniel mengungkapkan, hasil olahan limbah pada pabriknya digunakan bahan makanan ternak. Selain itu, perusahaannya sudah memiliki sertifikasi ISO 9001, ISO 22000, MSC.

"Untuk lingkungan kita proper biru. Jadi kita semua peduli, peduli terhadap produk jadi nya, kemudian peduli juga terhadap lingkungan," tegas Daniel.

Sebelumnya, Puluhan warga Kampung Cipayung RW 4, Sukmajaya, Depok, melakukan aksi protes di depan pabrik bahan makanan. Aksi protes yang dilakukan warga merupakan buntut dari dugaan pabrik yang membuang limbah di lingkungan, menyebabkan pencemaran lingkungan.

Salah seorang warga, Junaedi mengatakan, aksi protes tersebut merupakan puncak kekesalan warga terhadap pengelola pabrik, membuang limbah di lingkungan warga. Hal itu menyebabkan warga mengalami gangguan kesehatan akibat limbah tersebut.

"Pencemaran ini sudah terjadi sejak beberapa tahun ini, kami di sini mengalami dampaknya," ujar Junaedi saat dikonfirmasi Liputan6.com, Rabu (12/2/2025).

Bukan tanpa fakta, lanjut Junaedi, warga melihat limbah pabrik mengalir di saluran warga sehingga berdampak pencemaran lingkungan. Akibatnya, limbah tersebut meresap ke dalam tanah dan mencemari air lingkungan masyarakat.

"Air kami tidak bisa di konsumsi dan membuat kami harus membeli air untuk konsumsi," tegas Junaedi.

 

Anggota Keluarga Meninggal

Warga lainnya, Pujiono harus kehilangan keluarganya akibat bau limbah dari pabrik tersebut. Hal itu diakibatkan sakit yang diderita akibat dugaan dampak bau dari limbah pabrik.

"Istri saya meninggal delapan bulan lalu, karena penyakit asma yang dideritanya," kata Pujiono.

Pujiono menuturkan, istrinya sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit asma, namun setelah adanya limbah tersebut membuat istrinya sesak nafas. Usai menjalani pemeriksaan kesehatan, dokter menyatakan istrinya sesak nafas.

"Kami meminta pengelola pabrik untuk menghentikan pembuangan limbah ke warga," tutur Pujiono. (Dicky Agung Prihanto)

 

Infografis

Infografis Sampah Elektronik
Pelanggaran Pengelolaan Limbah Elektronik. (Abdillah/Liputan6.com)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya