Liputan6.com, Jakarta - Pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi Liga Arab di Kairo pada Selasa 4 Maret 2025 mengadopsi proposal rekonstruksi Jalur Gaza yang diajukan oleh Mesir, untuk membangun kembali wilayah kantong itu pasca agresi brutal Israel.
Proposal rekonstruksi Gaza tersebut memberikan alternatif lain terhadap usulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang sebelumnya menyebut ingin mengambil alih Jalur Gaza, mengusir warga Palestina, dan membangun wilayah itu menjadi 'Riviera Timur Tengah'.
Baca Juga
Apakah isi proposal tersebut? Mengutip Al Jazeera, Rabu 5 Maret 2025, rencana Mesir terdiri dari tiga tahap utama yaitu langkah-langkah sementara, rekonstruksi, dan pemerintahan.
Advertisement
Tujuannya adalah untuk merekonstruksi Jalur Gaza, yang hampir sepenuhnya hancur oleh Israel, menjaga perdamaian dan keamanan, serta mengembalikan pemerintahan Otoritas Palestina (PA) di Jalur Gaza.
Bagaimana respons pejabat tinggi dunia? Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi menyatakan apresiasinya atas konsensus di antara negara-negara Arab untuk mendukung rencana rekonstruksi Jalur Gaza, yang memungkinkan rakyat Palestina tetap tinggal di tanah mereka tanpa harus mengungsi.
Hamas pun memuji para pemimpin Arab yang menolak segala upaya untuk mengusir rakyat Palestina atau melemahkan perjuangan nasional, sebagai pesan bersejarah bahwa peristiwa Nakba kedua tidak akan dibiarkan terjadi.
Namun, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menolak proposal Mesir soal rekonstruksi Jalur Gaza. Alasannya yaitu Trump tetap pada visinya untuk mengusir warga Palestina dari Gaza dan mengubah wilayah kantong itu menjadi 'Riviera Timur Tengah'.
Lantas, apa sajakah isi rekonstruksi Gaza versi Arab yang diusulkan Mesir vs Amerika Serikat (AS)? Berapa jangka waktunya? Bagaimana respons Presiden AS Donald Trump dan pejabat dunia lainnya? Simak selengkapnya dalam rangkaian Infografis berikut ini:
Infografis Rekonstruksi Gaza Versi Arab Vs AS
Advertisement
Infografis Respons soal Proposal Rekonstruksi Gaza
