Banjir sudah bagaikan tamu setia Jakarta. Januari lalu, tepat 100 hari kerja Jokowi-Ahok sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, banjir menjadi kado spesial. Salah satu kawasan yang terendam banjir dan sulit surut saat itu adalah Pluit, Jakarta Utara.
Waduk seluas 80 hektar itu tidak mampu menampung air hujan, sehingga meluap. Salah satu penyebab dari tidak mampunya waduk tersebut untuk menampung air karena sampah yang menumpuk. Akhirnya, pada Rabu 24 April lalu, Jokowi menyimpulkan perlunya normalisasi Waduk Pluit.
Pantauan Liputan6.com, Sabtu (6/7/2013), di Waduk Pluit, Jakarta Utara, terlihat banyak alat berat yang sedang mengeruk tanah guna menambah kedalaman waduk tersebut. Tampak 8 eskavator sedang bekerja bersama dengan puluhan pekerja.
"Ini memang kami ditugasi untuk mengeruk sampai kedalaman 10 sampai 15 meter," ujar salah seorang pekerja kepada Liputan6.com.
Ketika terjadi banjir besar, area waduk ditutupi oleh tumbuhan eceng gondok dan juga sampah. Kini, tidak terlihat lagi, karena sudah dibersihkan semua. "Ya, itu sudah dibersihkan, sudah lama itu," imbuh pekerja yang bertelanjang dada itu.
Pemprov DKI Jakarta menggelontorkan dana sebesar Rp 20 miliar untuk mengembalikan fungsi waduk yang sudah 40 tahun tidak pernah 'dirawat' ini. Selain itu, waduk ini tidak hanya akan menjadi penampung air saja, melainkan salah satu wahana hiburan bagi masyarakat sekitar.
Jokowi merencanakan akan membangun sebuah amphitheatre atau teater terbuka juga akan disediakan sebagai hiburan bagi warga. Tidak hanya itu, jogging track di sepanjang bantaran waduk juga tak ketinggalan bakal dibangun. Agar menambah suasana teduh dan nyaman, penanaman pohon pun juga dilakukan. Pemerintah pusat turut andil dalam penghijauan Waduk Pluit.
"Nanti semua waduk kita mau tanami. Itu bantuan dari Paspampres pohon-pohonnya. Paspampres punya pohon banyak, dia mau bantu. Ada dari Dinas Pertanian. Paspampres yang banyak, yang besar-besar itu," ujar Ahok di Balaikota, Jakarta, Jumat 21 Juni lalu. (Sss)
Waduk seluas 80 hektar itu tidak mampu menampung air hujan, sehingga meluap. Salah satu penyebab dari tidak mampunya waduk tersebut untuk menampung air karena sampah yang menumpuk. Akhirnya, pada Rabu 24 April lalu, Jokowi menyimpulkan perlunya normalisasi Waduk Pluit.
Pantauan Liputan6.com, Sabtu (6/7/2013), di Waduk Pluit, Jakarta Utara, terlihat banyak alat berat yang sedang mengeruk tanah guna menambah kedalaman waduk tersebut. Tampak 8 eskavator sedang bekerja bersama dengan puluhan pekerja.
"Ini memang kami ditugasi untuk mengeruk sampai kedalaman 10 sampai 15 meter," ujar salah seorang pekerja kepada Liputan6.com.
Ketika terjadi banjir besar, area waduk ditutupi oleh tumbuhan eceng gondok dan juga sampah. Kini, tidak terlihat lagi, karena sudah dibersihkan semua. "Ya, itu sudah dibersihkan, sudah lama itu," imbuh pekerja yang bertelanjang dada itu.
Pemprov DKI Jakarta menggelontorkan dana sebesar Rp 20 miliar untuk mengembalikan fungsi waduk yang sudah 40 tahun tidak pernah 'dirawat' ini. Selain itu, waduk ini tidak hanya akan menjadi penampung air saja, melainkan salah satu wahana hiburan bagi masyarakat sekitar.
Jokowi merencanakan akan membangun sebuah amphitheatre atau teater terbuka juga akan disediakan sebagai hiburan bagi warga. Tidak hanya itu, jogging track di sepanjang bantaran waduk juga tak ketinggalan bakal dibangun. Agar menambah suasana teduh dan nyaman, penanaman pohon pun juga dilakukan. Pemerintah pusat turut andil dalam penghijauan Waduk Pluit.
"Nanti semua waduk kita mau tanami. Itu bantuan dari Paspampres pohon-pohonnya. Paspampres punya pohon banyak, dia mau bantu. Ada dari Dinas Pertanian. Paspampres yang banyak, yang besar-besar itu," ujar Ahok di Balaikota, Jakarta, Jumat 21 Juni lalu. (Sss)