Kronologi Penelantaran Lion Air Jurusan Solo Versi Penumpang

"Ternyata pilot mengaku belum pegang flight approval atau dokumen ijin terbang dari angkasa pura," kata Ama.

oleh Riski Adam diperbarui 04 Sep 2013, 03:23 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2013, 03:23 WIB
lion-air-penumpang-130903d.jpg
Penumpang pesawat Lion Air JT 530 jurusan Jakarta-Solo sempat terlantar selama 9 jam di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, Minggu 1 September 2013 lalu.

Pesawat tersebut rencananya terbang ke Solo sekitar pukul 20.30 WIB, Minggu 1 September. Tetapi delay menghantui para penumpang selama 9 jam dan pesawat baru bisa terbang pada hari Senin 2 September sekitar pukul 05.30 WIB.

Penumpang pesawat Lion Air JT 530 bernama Ama menjelaskan selama menunggu tertunda9 jam, ia memiliki cerita tersendiri. Pesawat yang mengangkut sekitar 192 penumpang itu tidak bisa terbang lantaran pesawat belum mendapatkan dokumen ijin terbang dari pihak angkasa pura.

"Setelah kita desak pihak Lion Air alasa kita tidak bisa terbang dan harus menunggu sampai pagi itu karena ternyata pilot belum pegang flight approval atau dokumen ijin terbang dari angkasa pura," kata Ama saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Selasa (2/9/2013).

Ama menuturkan sebelumnya para pramugari dan pilot enggan memberitahu penyebab pesawat tersebut tidak bisa berangkat sesuai dengan jadwalnya. Padahal ketika seluruh penumpang masuk ke dalam pesawat dan seluruh awak pesawat sudah siap semuanya tetapi tiba-tiba sang pilot mengatakan bahwa pesawat tidak bisa terbang karena kurang dokumen.

"Nah akhirnya co-pilot bilang kita harus menunggu 20 menit. Tetapi setelah 20 menit pesawat belum terbang juga dan penumpang curiga bahwa dokumen apa yang kurang," tutur Ama.

"Dan sekitar pukul 22.00 atau jam 10 malam pramugarinya bilang bahwa Bandara Solo sudah tutup dan itu kita dongkol bahwa awalnya bilang dokumen belum lengkap dan tiba2 bilang Bandara Solo sudah tutup. Itu yang kita tidak terima jadi kita merasa dibohongi," sesal Ama.

Akhirnya sekitar puikul 23.00 Wib atau sekitar pukul 11 malam para penumpang diminta turun dari pesawat dan pihak manajemen Lion Air menawarkan kepada seluruh penumpang untuk bermalam di hotel hingga menunggu pesawat bisa diterbangkan menuju Solo. Namun, para penumpang sebagian tinggal di dalam pesawat dan sebagian lagi turun dari pesawat. Ironisnya, tawaran kompensasi menginap di hotel hanya lips service saja.

"Setelah turun dari pesawat dan kita diminta untuk lewat ruang tunggu dulu, tapi ternyata itu nggak di hotel dan kita hanya disiapkan di ruang tunggu saja. Sedangkan penumpang sebanyak ini dan kita bingung mau diinapkan di hotel mana," tutur Ama.

Setelah menanyakan akan menginap di hotel mana, pihak manajemen Lion Air mengatakan ratusan penumpang akan diinapkan di daerah Daan Mogot, Jakarta Barat. "Tetapi kita bilang kalau kita ke Daan Mogot mau sampai jam berapa balik ke Cengkarengnya belum lagi proses administrasi bandara. Jadi itu konyol solusinya. Karena kita minta agar kita flight pukul 05.00 WIB. kalau kita ke hotel itu nggak mungkin," tegas Ama.

Pesawat

Akhirnya, Ama menambahkan ia dan keluarganya serta para penumpang lain memilih tidur dan bermalam di dalam pesawat. Tetapi sebagian penumpang lagi memilih beristirahat di bawah pesawat dan sebagian lagi di ruang tunggu bandara.

Namun, sekitar pukul 24.00 WIB atau sekitar jam 12 malam, para awak pesawat berencana meninggalkan pesawat, tetapi para penumpang yang masih menunggu di pesawat baik di dalam maupun di luar sekitar pesawat mencoba mencegah para awak pesawat itu. "Dan kita bilang kalau mereka keluar, maka sangat tidak bertanggung jawab," ungkap Ama.

"Jadi pada waktu itu kita berada dibawah pesawat dan kita dalam posisi bukan di terminal 1A, kita ada di posisi terminal 2F apron R55 jadi itu jauh sekali dari terminal 1A dan kita ada di tengah lapangan terbang tempat pesawat parkir di apron R55 dan angin juga kencang pada malam itu, kan kasihan yang pada bawa anak termasuk saya yang bawa anak kecil," tuturnya.

Sekitar pukul 02.00 wib hingga puikul 03.00 wib dirinya memilih beristirahat bersama keluarganya di kursi pesawat yang tertera dalam tiket yang ia beli, namun sekitar pukul 04.00 dirinya dibangunkan oleh penumpang pesawat lainnya untuk menanyakan nasib para penumpang kepada pihak Lion Air.

"Dan datang lah pihak Lion Air menjelaskan bahwa kita dapat kompensasi sekitar Rp 300 ribu dan kompensasi penginapan Rp 275 ribu jadi total Rp 575 ribu per tiket dan kita dijanjikan flight jam 05.30 WIB. Dan sekitar 06.30 akhirnya kita flight sampai Solo," ungkapnya.

Klaim

Meski para penumpang bisa terbang dan sampai di Solo, Namun masalah itu belum selesai. Lantaran para penumpang yang mencoba untuk mengklaim ganti rugi selama pesawat yang ditumpanginya itu tertunda selama 9 jam.

"Yang bikin kita kesal lagi itu ketika kita sampai Solo pada saat kita mau klaim ganti rugi petugasnya yang jaga cuma 2 orang. Dan itu untuk mengurusi ratusan penumpang 190-an penumpang dan kita kesal semua dan itu harus nunggu lama banget," ungkap Ama.

Akhirnya, lanjut Ama, setelah dirinya dan para penumpang lain melayangkan komplain dan protes, pihak manajemen Lion Air baru menambah lagi petugasnya untuk mengurusi klaim ganti rugi para penumpang.

"Dan kami diminta meninggalkan dokumen kami termasuk nomor rekening kami dan dijanjikan hari itu pencairan dana senilai Rp 575 ribu per tiket bisa kami dapatkan," imbuh Ama.

"Dan sorenya saya telpon tetapi mereka malah baru mau mengkoordinasikan ke manajemen pusat dan itu yang membuat saya marah lagi. Tetapi akhirnya dijanjikan bahwa besok mau masuk kerekening kita, jadi kita tunggu besok saja kebenaran pencairannya," tukas Ama. (Adi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya