Setelah mogok nasional 3 hari, perajin tahu tempe kembali berproduksi. Mereka menyayangkan aksi mogok tak juga mampu menggerakkan Pemerintah untuk mengendalikan harga kedelai. Harga kedelai masih saja bertahan di kisaran Rp 9.500 per kilogram.
Tayangan Liputan 6 Siang SCTV, Kamis (12/9/2013), perajin tahu tempe di Tasikmalaya, Jawa Barat, kembali beraktivitas setelah mogok nasional selama 3 hari. Namun, cara ini tidak ampuh mendesak diturunkannya harga kedelai, yang kini masih bertengger pada level Rp 9.500 per kilogram.
Selama mogok, pengusaha maupun buruh tempe tahu pun kehilangan pemasukan. Akibatnya, harga kedelai mencekik, terpaksa perajin menurunkan produksi hingga setengahnya. Penghasilan pekerjanya pun menurun dari Rp 90.000 menjadi Rp 36.000.
Hal sama juga terjadi di Desa Sumberjo, Rembang, Jawa Tengah. Mogok 3 hari yang mereka gelar, bagai sia-sia, karena harga kedelai tetap tinggi.
Jumlah produksi terpaksa dikurangi dari 10 kwintal hingga menjadi 2 kwintal saja. Untuk bertahan, terpaksa harga tahu tempe dinaikkan Rp 500 per potong.
Tak jauh berbeda, di Ende, Nusa Tenggara Timur, harga tahu tempe di sejumlah pasar tradisional belum naik walau harga bahan bakunya melonjak. Tetapi jika diperhatikan ukuran tahu dan tempe menyusut.
Menyusul kenaikkan harganya, kedelai juga sulit diperoleh perajin tahu dan tempe. Jika kondisi terus seperti ini, dikhawatirkan pengusaha tahu dan tempe tidak mampu bertahan. (Rmn/Sss)
Tayangan Liputan 6 Siang SCTV, Kamis (12/9/2013), perajin tahu tempe di Tasikmalaya, Jawa Barat, kembali beraktivitas setelah mogok nasional selama 3 hari. Namun, cara ini tidak ampuh mendesak diturunkannya harga kedelai, yang kini masih bertengger pada level Rp 9.500 per kilogram.
Selama mogok, pengusaha maupun buruh tempe tahu pun kehilangan pemasukan. Akibatnya, harga kedelai mencekik, terpaksa perajin menurunkan produksi hingga setengahnya. Penghasilan pekerjanya pun menurun dari Rp 90.000 menjadi Rp 36.000.
Hal sama juga terjadi di Desa Sumberjo, Rembang, Jawa Tengah. Mogok 3 hari yang mereka gelar, bagai sia-sia, karena harga kedelai tetap tinggi.
Jumlah produksi terpaksa dikurangi dari 10 kwintal hingga menjadi 2 kwintal saja. Untuk bertahan, terpaksa harga tahu tempe dinaikkan Rp 500 per potong.
Tak jauh berbeda, di Ende, Nusa Tenggara Timur, harga tahu tempe di sejumlah pasar tradisional belum naik walau harga bahan bakunya melonjak. Tetapi jika diperhatikan ukuran tahu dan tempe menyusut.
Menyusul kenaikkan harganya, kedelai juga sulit diperoleh perajin tahu dan tempe. Jika kondisi terus seperti ini, dikhawatirkan pengusaha tahu dan tempe tidak mampu bertahan. (Rmn/Sss)