Penyadapan Australia, Menlu Marty: Jangan Emosi

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengimbau agar masyarakat Indonesia tak terpengaruh isu dugaan penyadapan oleh Australia.

oleh Andi Muttya Keteng diperbarui 18 Nov 2013, 19:35 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2013, 19:35 WIB
marty130403c.jpg
Terkait dugaan penyadapan yang dilakukan oleh Australia, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa pun mengimbau agar masyarakat Indonesia tidak terpengaruh dengan kabar tersebut. Sebab, masalah tersebut akan diselesaikan antara pemerintah masing-masing.

"Jangan kita emosi atau terlalu bagaimana. Masalahnya nanti jadi lain lagi. Jadi kita sampaikan bahwa dengan rakyat Australia hubungan kita baik. Hanya sekarang ini kita ada masalah, mari kita kelola bersama," imbau Marty dalam konferensi persnya di Ruang Nusantara Kementerian Luar Negeri, Senin (18/11/2013).

Marty juga mengingatkan, Indonesia berada pada status yang dihormati karena tetap bermoral, menaati, dan menegakkan standar yang diakui secara keadilan universal. Maka, posisi tersebut perlu dijaga dengan bersikap sesuai aturan dan etika Internasional. Dengan tidak mengambil keputusan secara emosional.

"Saya juga ingat kita ini berada dalam posisi moral high ground. Posisi kita kuat dalam segi hukum dan tata krama hubungan internasional. Jadi tanggapan kita harus tetap menjaga posisi itu," kata Marty.

Namun, Marty tetap meminta kepada pemerintah Australia untuk tidak meremehkan masalah dugaan penyadapan terhadap Presiden SBY pada 2009 silam.

"Sekali lagi saya sampaikan jangan diremehkan. Jangan dikecilkan sikap kita yang sangat terganggu dengan pemberitaan (penyadapan) ini. Kita meminta pihak Australia untuk memahami. Kita sudah ambil langkah-langkah," pungkas menteri berkacamata itu.

Dalam dokumen yang dibocorkan whistleblower Edward Snowden, Australia diketahui telah mencoba menyadap telepon Presiden SBY, Ibu Negara Ani Yudhoyono, Wapres Boediono, mantan Wapres Jusuf Kalla, mantan Menpora Andi Mallarangeng, Menko Prekonomian Hatta Rajasa, mantan Menkeu Sri Mulyani, Widodo Adi Sucipto, dan Sofyan Djalil. (Tnt/Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya