Menurunnya elektabilitas partai Islam menjelang pemilu April nanti menjadi sorotan tersendiri. Kini kembali muncul wacana koalisi antar-partai Islam alias 'Poros Tengah Jilid II'. Tapi, apakah partai-partai Islam mampu bersaing dengan partai nasionalis?
"Publik beralasan koalisi mampu meningkatkan kekuatan dan solidaritas partai Islam. Hal itulah yang menjadi modal kuat mereka melawan kekuatan partai nasionalis," ungkap Direktur Polcomm Institute, Heri Budianto dalam diskusi politik di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (23/2/2014).
Berdasarkan survei yang dilakukan Political Communication (Polcomm) Institute, 47,4% responden yakin koalisi partai Islam mampu bersaing dengan parpol nasionalis. Sebanyak 19,2% menjawab tidak mampu dan 33,4% lainnya menjawab tidak tahu.
Hasil survei menunjukkan masyarakat mendukung terbentuknya Poros Tengah Jilid II. Alasannya, responden merasa koalisi dapat menjadi wadah yang dapat menyatukan suara umat Islam. Tidak hanya itu, koalisi poros dinilai dapat menjaga solidaritas umat Islam serta menjadi kekuatan untuk melawan partai nasionalis.
Namun, pandangan berbeda dilontarkan oleh pengamat politik Gun Gun Heryanto. Gun Gun menuturkan, peluang koalisi yang dibentuk oleh partai-partai Islam sangat kecil dalam memenangkan pemilu. "Meski disatukan, partai Islam tidak akan menang melawan partai nasionalis," ujar Gun Gun.
Jumlah responden pada survei ini sebanyak 1.200 orang dari populasi seluruh warga negara Indonesia yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Metode yang digunakan multistage random sampling dengan margin of error sekitar 3,1%, tingkat kepercayaan 96,9%.
Rekam Jejak Poros
Berdasarkan data hasil pemilu pada tahun 2004 dan 2009, Gun Gun menyebutkan, koalisi partai Islam hanya berhasil memperoleh 38,1%. Pada tahun 2004 dan turun menjadi 29,16% pada tahun 2009. Sedangkan partai nasionalis berturut-turut pada tahun 2004 dan 2009 memperoleh suara yakni 59,5% dan 70,48%.
"Secara tidak langsung, partai-partai Islam hanya menjadi pelengkap pemilu dan pendukung saja," pungkas Gun Gun.
Gun Gun juga setuju dengan para responden yang mengatakan koalisi partai-partai Islam tidak akan efektif karena kepentingan yang dimiliki partai satu dengan yang lainnya berbeda.
Koalisi Poros Tengah pertama terjadi pada pemilu tahun 1999 yang sukses mengantarkan Gus Dur menjadi presiden. Namun, meski wacana koalisi Poros Tengah Jilid II sudah muncul sejak tahun 2013 lalu, aksi nyata dalam mewujudkannya belum terlihat sampai saat ini. (Ism/Riz)
Baca juga:
Pengamat: Partai Islam Tak Tangkas Atasi Krisis Kepemimpinan
Jelang Pemilu 2014, PAN Tak Tertarik Usulan Koalisi Partai Islam
Jokowi-Hatta Naik KRL Bareng, PAN: Ini Duet Maut
"Publik beralasan koalisi mampu meningkatkan kekuatan dan solidaritas partai Islam. Hal itulah yang menjadi modal kuat mereka melawan kekuatan partai nasionalis," ungkap Direktur Polcomm Institute, Heri Budianto dalam diskusi politik di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (23/2/2014).
Berdasarkan survei yang dilakukan Political Communication (Polcomm) Institute, 47,4% responden yakin koalisi partai Islam mampu bersaing dengan parpol nasionalis. Sebanyak 19,2% menjawab tidak mampu dan 33,4% lainnya menjawab tidak tahu.
Hasil survei menunjukkan masyarakat mendukung terbentuknya Poros Tengah Jilid II. Alasannya, responden merasa koalisi dapat menjadi wadah yang dapat menyatukan suara umat Islam. Tidak hanya itu, koalisi poros dinilai dapat menjaga solidaritas umat Islam serta menjadi kekuatan untuk melawan partai nasionalis.
Namun, pandangan berbeda dilontarkan oleh pengamat politik Gun Gun Heryanto. Gun Gun menuturkan, peluang koalisi yang dibentuk oleh partai-partai Islam sangat kecil dalam memenangkan pemilu. "Meski disatukan, partai Islam tidak akan menang melawan partai nasionalis," ujar Gun Gun.
Jumlah responden pada survei ini sebanyak 1.200 orang dari populasi seluruh warga negara Indonesia yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Metode yang digunakan multistage random sampling dengan margin of error sekitar 3,1%, tingkat kepercayaan 96,9%.
Rekam Jejak Poros
Berdasarkan data hasil pemilu pada tahun 2004 dan 2009, Gun Gun menyebutkan, koalisi partai Islam hanya berhasil memperoleh 38,1%. Pada tahun 2004 dan turun menjadi 29,16% pada tahun 2009. Sedangkan partai nasionalis berturut-turut pada tahun 2004 dan 2009 memperoleh suara yakni 59,5% dan 70,48%.
"Secara tidak langsung, partai-partai Islam hanya menjadi pelengkap pemilu dan pendukung saja," pungkas Gun Gun.
Gun Gun juga setuju dengan para responden yang mengatakan koalisi partai-partai Islam tidak akan efektif karena kepentingan yang dimiliki partai satu dengan yang lainnya berbeda.
Koalisi Poros Tengah pertama terjadi pada pemilu tahun 1999 yang sukses mengantarkan Gus Dur menjadi presiden. Namun, meski wacana koalisi Poros Tengah Jilid II sudah muncul sejak tahun 2013 lalu, aksi nyata dalam mewujudkannya belum terlihat sampai saat ini. (Ism/Riz)
Baca juga:
Pengamat: Partai Islam Tak Tangkas Atasi Krisis Kepemimpinan
Jelang Pemilu 2014, PAN Tak Tertarik Usulan Koalisi Partai Islam
Jokowi-Hatta Naik KRL Bareng, PAN: Ini Duet Maut