Liputan6.com, Jakarta Manusia tidak semuanya sama dalam segala hal. Ada beberapa individu yang telah mencapai penguasaan yang tak tertandingi di bidangnya.
Dr. Kumar Mehta, Ph.D. selaku penulis buku “The Innovation Biome” dan “The Exceptionals” serta seorang Peneliti Senior di Center for the Digital Future menyebutnya sebagai yang luar biasa. Dengan kata lain, mereka adalah 1 persen dari 1 persen orang paling sukses di dunia.
Beberapa contoh termasuk inovator seperti Elon Musk dan Jeff Bezos, atlet seperti Michael Jordan dan Serena Williams, dan musisi seperti Mozart dan Beethoven.
Advertisement
Atau mereka mungkin orang yang belum pernah Anda dengar tetapi telah menemukan obat-obatan yang menyelamatkan jiwa atau memenangkan Hadiah Nobel dengan membuat kemajuan mendasar dalam pengetahuan.
Dalam lima tahun lebih, Mehta telah mempelajari cara membesarkan orang dewasa yang luar biasa. Ia telah menemukan bahwa hampir semuanya, di usia muda, telah mengembangkan keterampilan untuk memaksimalkan potensi fisik, mental, dan sosial yang tersedia bagi mereka.
Dalam kebanyakan kasus, orang tua mereka memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menciptakan lingkungan yang memungkinkan mereka untuk berkembang.
Mengutip CNBC, Rabu (19/05/2021), berdasarkan penelitian dan studi, berikut tujuh hal (ya, beberapa diantaranya sedikit intens) yang selalu dilakukan oleh orang tua dari anak-anak yang bersifat sangat tangguh dan sukses:
1. Mendorong anak-anak untuk bermain dengan kekuatan mereka
Ahli catur Norwegia Magnus Carlsen menunjukkan kemampuan unik untuk dengan sabar memecahkan teka-teki dan struktur Lego tingkat lanjut pada usia yang sangat muda. Ayah Carlsen mengira keterampilan ini akan cocok untuk catur dan mengenalkannya pada permainan.
Akhirnya, Carlsen menunjukkan kemampuan yang begitu menjanjikan sehingga orang tuanya mulai membawanya ke turnamen catur. Mereka melihat serangkaian keterampilan terkait yang jelas pada putra mereka dan kemudian mendorongnya untuk mengambil aktivitas yang sesuai dengan kekuatannya.
Setiap anak dilahirkan dengan keterampilan yang lebih maju di beberapa bidang dibandingkan bidang lainnya. Anak Anda mungkin memiliki kekuatan spasial, seperti kemampuan berpikir abstrak dan dalam berbagai dimensi.
Atau mungkin mereka berbakat dalam matematika dan dapat menganalisis masalah secara logis atau menyelidiki masalah secara ilmiah. Selalu jeli akan bakat alami anak Anda dan kemudian bantu mereka membangun bakat bawaan mereka.
2. Menunjukkan hubungan antara kerja keras dan hasil yang luar biasa
Orang tua dari anak-anak yang luar biasa mencontohkan ini dengan mengabdikan tahun-tahun hidup mereka untuk menjadi lebih baik dalam keahlian mereka dan mereka memastikan bahwa anak-anak mereka memperhatikan.
Dalam postingan blog tahun 2020 yang menjelaskan etika kerja ayahnya, salah satu pendiri Microsoft Bill Gates menulis: “Dia adalah salah satu pengacara yang bekerja paling keras dan paling dihormati di Seattle, serta pemimpin sipil utama di wilayah kami. [...]. Dia bijaksana dan serius dalam belajar."
Ayah Gates mengajari anak-anaknya bahwa mereka harus bekerja untuk mendapatkan penghargaan. Jadi, tunjukkan kepada anak-anak Anda bahwa kerja keras memang membuahkan hasil, tidak ada yang "diberikan" begitu saja, dan jalan pintas tidak akan membantu mereka mencapai tujuan.
Advertisement
3. Menciptakan budaya berjuang dan unggul
Pada 2017, tim peneliti Inggris mempelajari perbedaan antara atlet "elit" dan "ultra elit". Tentu saja, semua pemain NBA adalah elit tetapi kemudian ada Michael Jordan atau LeBron James atau Kobe Bryant, yang prestasinya sangat menonjol dibandingkan dengan yang lain.
Para peneliti menemukan bahwa mayoritas atlet ultra elit berasal dari lingkungan yang mendukung budaya berjuang. Mereka dibesarkan di rumah dimana mengejar kesempurnaan dan mendorong batasan selalu diharapkan, bukan hanya diinginkan.
Keberhasilan Venus dan Serena Williams yang tak tertandingi di lapangan tenis, misalnya, dipengaruhi oleh lingkungan bersama yang diciptakan bagi mereka untuk berprestasi. Kenaikan mereka ke puncak dimulai dengan ayah mereka, Richard, yang menulis rencana rinci 78 halaman untuk kenaikan putrinya ke puncak dunia tenis.
Dia menetapkan ekspektasi lebih awal ketika Williams bersaudara bahkan belum berusia lima tahun ketika dia menuliskan prosesnya. Tapi, itu akhirnya membentuk dua juara paling produktif dalam sejarah tenis.
4. Mendorong kepercayaan diri
Membantu anak-anak Anda membangun kepercayaan diri membuat perbedaan besar di kemudian hari dalam hidup mereka. Ini mendorong mereka untuk bermimpi besar dan mencegah mereka dari keinginan untuk menyerah setelah mengalami kemunduran.
Bahkan sebagai anak-anak, individu yang paling luar biasa selalu percaya bahwa pencapaian luar biasa ada dalam jangkauan mereka dan tidak hanya untuk orang yang mereka lihat di TV atau baca di berita.
Ketika orang tua mendorong kepercayaan diri alih-alih mengkritik anak-anak mereka dan merendahkan mereka setiap kali mereka gagal dalam sesuatu, anak-anak mereka lebih mungkin untuk tampil di tingkat tertinggi dan mengadopsi pola pikir bahwa mereka pada akhirnya akan naik ke puncak.
Kepercayaan diri semacam ini atau keyakinan teguh bahwa mereka bisa menjadi yang terbaik adalah kunci untuk mencapai kejayaan.
5. Sabar ketika anak-anak mereka bertanya
Orang tua dari orang-orang yang paling berprestasi selalu menjadikan aktivitas mempelajari hal-hal baru sebagai prioritas. Karena mereka mengajari anak-anak mereka untuk merangkul rasa ingin tahu, satu hal yang mereka anggap sangat serius adalah menjawab pertanyaan.
Mehta telah mewawancarai beberapa penerima Nobel dan hampir semuanya ingat bahwa, bahkan jauh di kemudian hari, orang tua mereka selalu dengan sabar berusaha menjawab pertanyaan yang mereka ajukan. Ketika orang tua bahkan tidak memiliki jawaban langsung, mereka akan mengajari anak-anak mereka cara mencari jawaban dan sering mencarinya bersama.
Orang tua mereka juga rajin menemukan mentor, pelatih, dan guru terbaik yang dapat mendukung pertumbuhan mental dan pengembangan keterampilan anak-anak mereka.
6. Mempromosikan 'spesialisasi dini' atau ‘early specialization’
Orang tua sering menghadapi pertanyaan apakah mereka harus mengambil pendekatan "spesialis" dan mendorong anak-anak mereka untuk berspesialisasi dalam aktivitas yang mereka tunjukkan berpotensi tinggi atau mengambil pendekatan "generalis" dan memaparkan mereka pada banyak hal yang berbeda (misalnya, bisbol, sepak bola, piano, klub matematika) untuk membantu mereka menjadi berpengetahuan luas.
Kebanyakan orang tua memilih yang terakhir, tetapi orang tua dari anak-anak yang luar biasa memilih pendekatan spesialis.
Spesialisasi dini tidak berarti bahwa anak Anda menyerah untuk melakukan hal lain, mungkin untuk bersenang-senang atau bahkan untuk mengembangkan keterampilan tambahan. Ini hanya berarti bahwa mereka telah memilih aktivitas dan berkomitmen untuk dilakukan dengan upaya sebaik mungkin.
Pola pikir yang harus ditanamkan adalah semakin awal mereka mendorong anak-anak mereka untuk mempelajari dasar-dasar bidang yang dimana anak mereka memiliki kemampuan yang menjanjikan, semakin cepat pula mereka akan menguasai keterampilan yang lebih maju.
Semakin cepat mereka mengembangkan keterampilan lanjutan tersebut, semakin cepat juga mereka mengembangkan keterampilan terbaik di kelasnya. Kemudian, semakin cepat mereka memperoleh keterampilan terbaik di kelasnya, semakin besar kemungkinan mereka mencapai tingkat kemahiran yang langka dan elit.
7. Mendorong persaingan dan peningkatan
Banyak dari orang luar biasa dipelajari dan diwawancarai oleh Mehta tumbuh dalam lingkungan persaingan yang terus-menerus.
Menjadi kompetitif sejak usia dini, bahkan dalam aktivitas kecil seperti permainan papan atau siapa yang dapat membersihkan kamar mereka paling cepat, membuat mereka terpapar stres dan tekanan yang diperlukan agar mereka bisa menang di kemudian hari.
Tetapi, orang tua mereka juga mengajari mereka bahwa mereka tidak boleh hanya menghargai persaingan dan hasil, bahwa menjadi luar biasa lebih dari sekedar menjaga skor. Jika Anda hanya terpaku pada hasil dan bukan peningkatan, maka anak Anda justru cenderung tidak menguasai bidang yang ditekuni.
Reporter: Priscilla Dewi Kirana
Advertisement