Oh Ternyata Ini Alasan Kebanyakan Makan Nasi Bisa Bikin Kantuk

Seorang ahli gizi Pooja Makhija menjelaskan alasan kenapa terkadang setelah mengonsumsi nasi seringkali menyebabkan kantung di dalam akun instagramnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Sep 2021, 17:05 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2021, 17:05 WIB
nasi putih
ilustrasi nasi/copyright Unsplash/Vitchakorn Koonyosying

Liputan6.com, Jakarta Nasi adalah salah satu makanan pembangkit energi. Sebab, nasi juga merupakan makanan pokok bagi beberapa orang di seluruh dunia yang biasa dikonsumsi pada pagi, siang, dan malam hari. Mengonsumsi nasi itu baik, tetapi jika berlebih terkadang cenderung menyebabkan kantuk.

Seorang ahli gizi Pooja Makhija menjelaskan alasan kenapa terkadang setelah mengonsumsi nasi seringkali menyebabkan kantung di dalam akun instagramnya.

Dia menjelaskan bagaimana proses pencernaan dalam tubuh bekerja untuk mengolah salah satu jenis karbohidrat tersebut.

Di dalam video unggahannya, seperti dikutip laman The Indian Express, Jumat (3/9/2021), Makhija menjelaskan, Karbohidrat apa pun akan memiliki efek yang sama.

Sebab, karbohidrat akan diubah menjadi glukosa dan kemudian glukosa membutuhkan insulin. Setelah insulin meningkat, itu akan mendorong asam lemak esensial – triptofan.

Alhasil akan menyebabkan melatonin dan serotonin meningkat, keduanya merupakan hormon penenang yang dapat menyebabkan kantuk.

Ini adalah respon yang sangat normal sehingga tubuh dapat memperlambat apa pun yang dilakukannya dan fokus pada pencernaan.

Menurutnya, pemahaman dasar mengenai teori “membantu dalam penerapan jangka panjang dari kebiasaan yang mendorong ‘gaya hidup’”.

 

 


Apa yang seharusnya dilakukan?

Karbohidrat
Ilustrasi Nasi Credit: unsplash.com/Pille

Kemudian Makhija memberikan dua cara sederhana untuk mengatasi hal tersebut.

Pertama, jangan terlalu banyak mengonsumsi nasi atau karbohidrat lain. Kedua, semakin banyak asupan karbohidrat, sebaiknya semakin banyak pula beraktivitas untuk menghindari kantuk.

Terakhir, dalam seporsi piring setidaknya mengandung 50 persen sayuran, 25 persen protein, dan 25 persen karbohidrat. Jangan lupa pula untuk menyertakan protein di dalam makanan. Sebab, protein ini mampu berkontribusi terhadap triptofan, kata Makhija.

 

 Reporter: Aprilia Wahyu Melati

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya