Liputan6.com, New York - Legalisasi ganja masih menimbulkan pro dan kontra. Salah satu argumen yang kerap dilontarkan pihak yang kontra adalah bahwa ganja akan menyebabkan lebih banyak kecelakaan lalu lintas.
Pertanyaannya, benarkah demikian? Riset yang dilakukan oleh Columbia University’s Mailman School of Public Health menjawabnya.
Mengutip Reuters, Rabu (4/1/2017), riset yang dipublikasikan di American Journal of Public Health itu menemukan bahwa tidak ada hubungan langsung antara legalisasi ganja dan meningkatnya angka kecelakaan fatal.
Advertisement
Baca Juga
Riset ini menganalisa data kecelakaan dari Fatality Analysis Reporting System National Highway Traffic Safety Administration, antara tahun 1985 hingga 2014.
Lebih menarik, riset ini justru menemukan hasil yang berkebalikan. Ditemukan bahwa angka kematian di jalan lebih rendah di tempat yang melegalisasi ganja. Insiden bahkan lebih rendah di negara bagian yang ada apotek ganjanya.
"Rata-rata, negara bagian yang melegalisir ganja punya tingkat fatalitas lalu lintas lebih rendah dari negara non legalisir ganja. Hukum ganja untuk medis diasosiasikan dengan mengurangan langsung kecelakaan lalu lintas pada mereka yang berusia 15 hingga 24 dan 25 sampai 44 tahun," demikian tulis Abstrak riset tersebut, dikutip dari situs resmi jurnal, ajph.aphapublications.org.
Perlu diperhatikan bahwa riset ini tidak menjawab mengapa kecelakaan bisa berkurang saat ganja dilegalkan. Riset ini hanya menunjukkan hubungan, bukan sebab-akibat.
Namun, Silvia Martins, anggota senior tim riset, mengatakan bahwa penurunan ini mungkin disebabkan karena banyak pengguna ganja sebelumnya adalah peminum alkohol. Alih-alih menenggak miras saat berkendara, mereka kini lebih memilih ganja.
Selain itu, Martins juga menekankan bahwa rendahnya tingkat kecelakaan fatal juga disebabkan karena banyak faktor lain, dari mulai karakter infrastruktur, kualitas sistem pelayanan kesehatan, hingga tingkat pendapatan.