Kelebihan dan Kekurangan Tambal Ban Tubeless

Ban tubeless semakin diterima pasar karena kepraktisannya

oleh Herdi Muhardi diperbarui 19 Jan 2017, 14:20 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2017, 14:20 WIB
Tambal ban
Ban tubeless semakin diterima pasar karena kepraktisannya

Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan ban tubeless semakin diterima pasar. Ban jenis ini sangat praktis, karena saat tertusuk paku ban tidak langsung bocor. Alhasil kendaraan masih bisa melaju hingga menemukan tempat tambal ban untuk dilakukan perbaikan.

Passenger Car Business Manager PT Michelin Indonesia Refil Hidayat mengatakan, jika ban tubeless mengalami bocor karena tertancap paku, disarankan tidak menggunakan teknik penambalan plug repair.

Tambal ban dengan cara plug repair sering ditemukan di bengkel pinggir jalan. Ban akan ditusuk dari luar, lalu digunakan karet mirip cacing ditancapkan, kemudian ditarik dan digunting.

“Cara ini memungkinkan ada bahan lain masuk, seperti hydro ataupun cairan yang lama kelamaan akan panas, dan pengaruhi bagian lapisan dalam ban,” ujar Refil saat ditemui Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Sebaliknya, kata Refil, cara terbaik untuk melakukan tambal ban tubeless yaitu ditambal dari dalam, atau dikenal dengan sebutan teknik tip top.

Cara ini disebut lebih ampuh, karena ban ditambal langsung dari dalam menggunakan karet seukuran logam, lalu dipanaskan agar melebar dan rekat.

Teknik ini juga disebut bisa menambal pada bagian dinding. Beda dengan plug repair yang tidak bisa dilakukan. Dengan tip top, tak hanya lubang kecil, tetapi juga lubang yang lebih lebar.

Namun demikian, teknik tip top juga memiliki kekurangan yaitu waktu yang diterapkan cukup lama. Sebab, ban yang tertusuk harus dilepas, kemudian ban diangkat.

Sebaliknya saat akan memasang kembali memerlukan waktu lama. Selain itu, harga tambal ban tip top juga disebut lebih mahal dibandingkan plug repair.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya