Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Produsen Mobil Tiongkok (CAAM) mengumumkan bahwa produksi dan penjualan mobil pada 2024 di China, masing-masing tembus 31,282 juta unit dan 31,436 juta unit. Jumlah tersebut, meningkat 3,7 persen dan 4,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Disitat dari Carnewschina, secara khusus volume ekspor juga mencapai 5,8 juta unit, dan meningkat 19,3 persen dibanding tahun sebelumnya.
Advertisement
Baca Juga
Jika dijabarkan secara detail, produksi dan penjualan kendaraan energi baru (NEV) masing-masing mencapai 12,888 juta unit dan 12,866 juta unit.
Advertisement
Pencapaian tersebut, meningkat 34,4 persen dan 35,5 persen dari tahun sebelumnya, dan menduduki peringkat pertama di dunia selama sepuluh tahun berturut-turut.
Secara spesifik, penjualan NEV baru mencapai 40,9 persen dari total penjualan kendaraan baru di Tiongkok, meningkat 9,3 persen, dibandingkan 2023.
Sementara itu, untuk penjualan battery electric vehicle (BEV) sudah mencapai 60 persen dari total keseluruhan pasar NEV.
Jumlah tersebut, ternyata turun 10,4 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan penjualan PHEV mencapai 40 persen dari total keseluruhan pasar NEV, atau naik 10,4 persen dari tahun sebelumnya.
Pabrikan China Diprediksi Kuasai Pasar Mobil Listrik Murah di Indonesia
Pasar mobil listrik baterai (BEV) di Indonesia diprediksi akan mengalami akselerasi perkembangan signifikan pada 2025. Terutama dengan penetrasi merek-merek otomotif baru asal China.
"Faktor utama yang mendorong proyeksi ini adalah semakin kompetitifnya harga jual yang ditawarkan oleh merek-merek baru China yang bermutu tinggi, memiliki desain produk yang keren dan fitur teknologi terbaru, hal yang tidak mungkin dilakukan baik oleh produk Jepang maupun Eropa," kata pakar otomotif Institut Teknologi Bandung Yannes Martinus Pasaribu, seperti dikutip dari Antara, Jumat (10/1/2025).
Merek-merek China, yang telah melakukan investasi besar dalam riset dan pengembangan hingga meningkatkan kualitas produksi, diprediksi akan menguasai segmen entry-level dan menengah, dengan harga yang lebih bersaing dibandingkan produk Jepang maupun Eropa.
"Segmen terbesar pasar yang ada di Indonesia itu, sebagai catatan, ada di entry level, kisaran Rp 150 juta hingga Rp 500 jutaan," Yannes menambahkan.
Strategi harga agresif dari pabrikan mobil China berpotensi mendisrupsi pasar yang sebelumnya didominasi oleh merek Jepang, termasuk Eropa yang lebih fokus pada segmen premium. "Model bisnis yang telah mapan dan fokus pada segmen premium menyulitkan mereka untuk bermanuver ke segmen entry-level," jelasnya.
Advertisement