Cerita Anies soal Kehebatan Neneknya Menentang Belanda

Karena dilarang, nenek Anies Baswedan bersama para perempuan lain saat itu berbaring di rel kereta depan lokomotif.

oleh Rezki Apriliya Iskandar diperbarui 06 Des 2016, 18:00 WIB
Diterbitkan 06 Des 2016, 18:00 WIB
Yusron Fahmi/Liputan6.com
Anies Baswedan jadi pembicara di acara dialog publik perempuan memilih (Rizki Apriliya)

Liputan6.com, Jakarta - Saat menghadiri dialog publik 'Perempuan Memilih: Dari, Oleh, dan Untuk Perempuan Jakarta', Senin 5 Desember kemarin, calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bercerita tentang proses kehidupannya hingga ia besar seperti sekarang.

Anies tumbuh di lingkungan perempuan yang luar biasa. Neneknya merupakan anggota Kongres Wanita Indonesia (Kowani) saat itu.

Pernah suatu saat neneknya menjadi utusan dari Tegal dan sempat dilarang menghadiri kongres di Yogyakarta.

Kereta api sebagai sarana transportasi saat itu dilarang Pemerintah Belanda, untuk mengantarkan para anggota Kowani. Akhirnya, sang nenek bersama para perempuan saat itu memilih berbaring di rel kereta depan lokomotif.

Aksi nekat sang nenek tersebut menyebabkan kereta tidak bisa berangkat. Alhasil, sang nenek diizinkan mengikuti kongres Kowani di Kota Gudeg.

"Saya telah menyaksikan dan mendengar langsung bagaimana dahsyatnya perempuan. Ketika di rumah ia berperan sebagai ibu. Ketika di luar, ia sebagai warga dan bagian di masyarakat," ujar Anies di hadapan 500 peserta dialog publik, Jakarta, Selasa (6/11/2016).

Menurut Anies jika perempuan lemah, maka semua urusan lainnya akan lemah. Begitu pun sebaliknya. "Di Indonesia, pada dasarnya perempuan mempunyai peran besar."

"Maka, kita akan kembalikan hal itu. Insya Allah jika dapat terjadi di Jakarta, efeknya akan ke seluruh Indonesia," tegas Anies Baswedan di hadapan peserta dialog dari LSM, Kowani, Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari), dan mahasiswa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya